"Kemarilah ... " Justin mengikuti Ern di belakangnya.
Kelopak mata hazel dan hidung ningratnya terlihat jelas ketika justin memandangi beberapa foto di atas meja. Foto orang tua Ern yang begitu bahagia.
"duduklah," ucap Ern ketika sampai pada sofa.
"Jangan sentuh!" teriak Ern saat tangan justin hampir saja mengenai bingkai foto.
"Maaf aku hanya ... " Justin mematung dan bingung harus berkata apa.
"Maaf. Aku hanya tidak suka. Kita baru berteman beberapa hari. Aku hanya takut." suara ern terdengar aneh oleh justin.
"tak apa. aku memahami itu." justin pun mendaratkan bokongnya di sofa yang lembut. menggosok- gosokan tangannya untuk mengahatkan diri.
Ern melangkah berniat menuju kamar mandi namun langkahnya tehenti saat mendengar suara khas miik justin memanggil.
"ern." Terdengar lembut. namun ern agak ragu dengan pendengarannya mengingat ia baru saja bangun dari tidurnya.
"aku memanggilmu ern." Ucap justin tak sabar.
Dengan malas ern mendekat ke arah justin.
"dimana kau menyimpan kayu?" tanya justin terdengar lembut . matanya sengaja memadang lama wajah ern.
Ern menengok melihat perapian yang ternyata hanya ada abu.
"ada di halaman belakang." jawabnya datar tanpa melihat justin. ia benar-benar malu pada justin. Mengingat dirinya yang belum mandi.
Justin mengangguk paham ia berdiri.
"kau disini saja." cegah ern kepada justin.
"kau mandi saja sana." Ucap justin seraya pergi begitu saja.
Ern menatap pungggung justin kesal.
" Lagi pula kau tampak berantakan."
mendengar itu mata ern tambabh melotot kesal.
"berani sekali dia. Heh " mata ern melihat bayangannya pada cermin di sampingnya. Rambutnya berantakan dna bajunya tampak kusut.
"sial." Gerutunya dengan mengacak rambut dan berlari kecil menuju kamar mandi.
Setelah beberapa menit selesai membersihkan diri. ia membuka pintu kamar mandi,berusaha tidak kentara supaya pria bermata hazel itu tidak melihatnya memakai handuk yang hanya menutupi sebagian dari tubuhnya. ern berjalan mengedap dan terus melihat kepala justin.
"jangan sampai justin melihatku."
"ern.. kau lama sekali." Teriak justin masih tetap memamainkan handphonenya.
"sial. Kenapa aku harus lupa membawa baju." Bisiknya dalam hati. Kini ia sudah sampai di depan pintu kamarnya. saatnya membuka pintu dengan pelan.
Cring!!
Gantungan kunci kura-kura jatuh di atas lantai.
Deg! Ern gentar. Ia mengumpat diri.
Mata ern melihat justin yang sudah mendapati dirinya .
"kau sudah selesai mandi?" tanya justin tanpa berkedip sekalipun.
"eh iya tentu saja. " ern mengangguk mencoba rileks.
Keduanya sama sama canggung. Tiba-tiba mata justin melihat cicak pada pundak ern.
"ada sesuatu di pundakmu"
"sesuatu?" ern mengerutkan dahinya. Sedetik kemudian ern melihat pundaknya. Sontak ia langsung berteriak dan membuang cicak itu dengan jarinya.
"ya tuhan itu sangat menjijikan!" teriaknya membuat justin tertawa.
Tak disangka cicak itu malah merayap pada kaki putihnya.
Aaaa! Menjijikan! beberapa kali ern menghentakkan keras kedua kakinya . justin berdiri dan mendekati ern.
"hey berhentilah!"
Ern kewalahan sendiri. Ia amat geli dengan sentuhan cicak itu pada kulitnya. Untung saja cicak itu sudah pergi menghilang entah kemana.
"heh ya tuhaaaan."
Segera kakinya melangkah berniat masuk ke kamarnya.
"Aaaaaaaa! Ya tuhan ada cicak lagi!" ern menginjak mahluk kenyal itu.
Sontak dengan reflek ia memeluk justin.
"oh wow." Justin kaget dengan tindakan ern. namun dalam batin ia tersenyum penuh bahagia.
"tolong buang cicak itu cepatlah just!"
"baiklah baiklah.." justin melepas pelukan ern pelan. Ternyata kakinya tersandung oleh kaki ern , sontak ia akan terjatuh dan tangannya memgang lengan ern. keduanya jatuh bersamaan diatas sofa. Ern mennindih justin. kedua mata hazel itu menatap intens pada wajah ern yang memerah. Ern menundukkan kepala dan menggigit bibir bawahnya. Ia tak menyangka akan sedekat ini dengan justin.
"baiklah aku akan segera ganti baju." Ucap ern langsung berusaha berdiri dan pergi menuju kamarnya.
"ya tuhan dia benar benar cantik." Justinpun menggelengkan kepalanya dan berusaha duduk bersender.
"Mengapa kau tidak menciumnya, Justin? bodoh!" gerutunya sambil mengacak rambut belakangnya.
Beberapa menit ern keluar dengan rambut lurusnya yang sudah di sisir dan sdikit make up tipis. Membuat dirinya tambah manis.
***
Jutaan butiran lembut turun dengan tenang melewati tingkatan udara. Putihnya menyebar dingin sampai jalan terkecil sekalipun. Kadang menjadikan manusia jemu bahkan mendongkol karena tak bisa puas dengan kisahnya. Meskipun begitu masih ada yang waras dengan alam. Mereka yang dengan hati baik dan mata beningnya terpesona. Sebagian teringat akan kenangan masa lalunya. Seperti Hyun Ern gadis manis berambut pendek yang terpaksa melebur dalam kenangan bersama ayah dan ibunya. Saat salju itu turun ia terpuruk karena kedua orang tuanya meninggal. Harusnya ia menyadari firasat berupa mimpi rumah yang roboh dan menimpa ayah dan ibunya adalah pertanda bahwa kedua orangtuanya tak usah melakukan panjat tebing. Bila akhirnya mereka yang sangat di cintai oleh Ern jatuh dan tertimbun tebing besar.
Perasaannya kalut. Ern terpaksa mendongak agar air matanya tak jatuh. Kemudian menghembuskan nafasnya pelan. Mengunci pintu dengan baik dan menyimpan kuncinya pada tas ranselnya.
Sekilas mata caramel milik justin sempat menyoroti gantungan kunci yang berupa kura-kura. Jika tak salah melihat justin bertanya. Mengapa ern sepertinya suka sekali dengan kura-kura. Gantungan kunci kamarnya juga kura-kura. Satu hal yang harus di catat olehnya. Ern mungkin sangat menyukai kura-kura.
Mereka berjalan menjauhi pagar rumah. jalanan licin oleh salju. Sementara hawa dingin makin terasa ketika mereka sampai pada halte. Hanya mereka berdua yang ada di tempat itu. kemungkinan besar karena jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Justin segera duduk terlebih duduk di pinggir supaya ia bisa meringkuk sekalipun pada tembok. Sementara Ern berdiri di tengah.
"kau tinggal sendiri di rumahmu?" tanya justin membuka keheningan diantara mereka.
"tidak." jawab ern singkat.tangan kecilnya menengadah merelakan jatuhnya salju di atas kulitnya. Rupanya ern tak memperhatikan justin yang kedinginan.
"huuuuuf dingin sekali." Kalimat justin membuat ern menengok ke arahnya. Namun kembali mata ern menikmati salju.
"sikapnya sangat tenang. tak banyak bicara tapi membuatku semakin ingin memilikinya." Ucap justin dalam lubuk hatinya. justin yakin ern adalah cinta terakhirnya. Rasa itu tumbuh ketika ia berbeda dari kebanyakan gadis yang pernah justin kenal. Ern sederhana namun mempesona dan juga elegan.
Cinta sejati yang justin rasakan tak perlu terucap oleh bibir. Cukup mata dan sikapnya yang ia tunjukkan pada ern. memberitahu ern bahwa dirinya mencintainya akan menambah kesan buruk. Karena ia baru 2 hari ini mengenal ern. ia tahu mungkin ern menyimpan bebrapa memorinya dengan detail. Mungkin saja.
Hampir 20 menit menunggu bus tak kunjung datang. Tampaknya ern mulai bosan berdiri. Ia memundurkan diri dan duduk seraya merapikan rok dan kaos kaki panjangnya. Ern masih canggung dengan justin. mengingat dengan bodohnya ia jatuh menindih justin di atas sofa. Apalagi kemarin ia berciuman dengan justin diatas loteng sekolah. Ia menggeleng tak percaya sambil mencuri sosok justin yang masih kedinginan.
"kau tinggal dengan siapa?" tanya Justin tiba-tiba.