KETUA RT 05 RW 09
Oke, disinilah gue dan Pak Bintang berada sekarang. Habis sudah riwayat gue, mau kabur juga percuma karena di depan pintu ada 2 pria yang berbadan besar sedang berkipas-kipas menyaksikan kami berdua.
"Bagaimana, Pak, Bu?" tanya Pak Damar selaku ketua RT setempat.
"Maaf pak, bukannya saya tidak menghormati aturan di desa ini. Tapi ini hanya kesalahpahaman saja. Saya dan sekretaris saya ini tidak melakukan hal-hal yang bapak-bapak pikirkan," jelas Pak Bintang.
"Benar pak. Kami bapak-bapak ini hanya sering menemukan pasangan yang berbuat-tidak-tidak. Kami khawatir jika hal ini terus menerus dibiarkan, jadi kami sudah memiliki keputusan dan sudah disepakati orang desa bahwa kami dengan tegas akan menikahkan pasangan yang berduaan di atas jam 9 malam tanpa ikatan suami istri," jelas pak RT setempat.
Kami berdua saling pandang dan mau tidak mau mengikuti aturan desa setempat. Malam ini gue resmi menjadi seorang istri setelah dinikahkan dengan paksa karena kejadian ini.
Maaf, Ma. Kala pulang bukan bawa oleh-oleh tapi malah bawa mantu buat mama. Kala harap mama ga bakal shock denger Kala nikah dadakan yang ngalahin tahu bulat ini.
Setelah acara ijab qobul yang disaksikan oleh 10 bapak-bapak ngeronda, kami pun pulang. Gue membawa seperangkat alat sholat yang baru dibeli sama Pak Bintang. Untung aja bu RT masih punya simpenan mukena sama sajadah yang masih baru jadi seenggaknya gue nikah ada mas kawinnya.
"Maaf ya kamu jadi keseret-seret" sesal Pak Bintang.
"Iya pak. Kita bisa lupain ijab nya yang tadi kok pak. Kan orang di jakarta gaada yang tau."
"Enggak Kal. Kita udah resmi dimata agama, dan saya tidak mau mempermainkan pernikahan karena bagi saya saya hanya akan sekali mengucapkan ijab qobul."
WEDEHHH MERINDING DISKO
Jujur gue merinding untuk kedua kalinya. Pertama ketika Pak Bintang mengucapkan ijab dan kedua ya barusan ini. Jadi gue beneran jadi istri bos nih?
Kami berdua memutuskan untuk kembali ke penginapan setelah kejadian panjang yang membuat kita tiba-tiba berganti status.
"Besok pagi jam 8 kita pulang. Malam ini kamu packing barang-barang kamu. Barang saya akan saya urus sendiri saja."
"Baik Pak. Saya permisi."
Setelah masuk ke kamar, gue segera menjatuhkan diri ke kasur. Menatap langit langit kamar yang terhiasi ornamen klasik berwarna coklat.
Hah
Apakah ini emang nyata? Gue dipinang oleh seorang laki-laki kaya yang merupakan bos gue sendiri. Bahkan bukan orang yang gue suka dan pernikahan ini terjadi kejadian tidak terduga. Udah kaya novel aja hidup gue. Tanpa sadar gue tertidur setelah terlalu lama memikirkan banyak hal.
~
Pagi ini gue memutuskan untuk memasak untuk sarapan kami berdua. Di kulkas ada bahan lengkap sih sebenernya. Tapi gue mungkin akan membuat masakan simpel yang kaya sinetron sinetron di TV apalagi kalo bukan nasi goreng. Andalan banget ngga sih? Gue setiap nemenin mama nonton sinetron pasti sarapannya kalo ngga roti sama selai ya nasi goreng.
Gue nggak terlalu banyak menggunakan potongan sosis sama suwiran ayam aja dan telur mata sapi sebagai pelengkap karena Pak Bintang nggak terlalu suka sayuran. Doi tuh picky kalo masalah makanan. Apalagi kalo masalah sayur. Tante Ratna aja sampe puyeng kalo masak.
Sarapan udah siap semuanya. Dua nasi goreng, dua air putih, dan secangkir kopi. Hari ini cerah banget ngga kaya hati gue yang mendung. Gue takut mau pulang kerumah dengan status yang berbeda. Takut mama syok dan berujung Mas Rendi nonjok Pak Bintang.
"Sarapan dulu, Pak," ajak gue ketika melihat Pak Bintang keluar dari kamarnya.
"Oke"
Buset canggung banget anjir. Ngga suka gueeee.
"Barang kamu udah siap semua Kal?
"Udah pak."
"Oke abis sarapan kita langsung cabut aja ya. Pulang kerumah kamu dulu."
Mampus kerumah gue dulu
"I-iya pak"
Setelah sarapan gue memutuskan untuk mencuci piring dan Pak Bintang memanasi mobil. Buset ini udah kaya rumah tangga beneran anjir. Gue tersenyum miris melihat tangan gue. Kosong. Nggak ada cincin.
"Bisa-bisanya gue nikah tapi tangan kosongan gini. Udah kek bakso kosongan aja, gapake mie."
Ma, jangan kaget ya kalo nanti Pak Bintang bilang jujur soal kami.