"Ssst... diam! Aku hanya memintamu untuk diam. Apa kamu benar-benar ingin aku memperkosamu di sini?"
"Lo pikir gue ngga bisa teriak, ha? Jangan pernah macem-macem sama gue!" pekik Rachel yang sudah tidak bisa mengendalikan emosi dan ketakutanya menjadi satu.
"Baiklah. Mari, kita lakukan di sini ... sepertinya menyenangkan juga melakukan dengan suasana yang berbeda," sahutnya dengan nada penuh intrik. Rachel menggeram, ia sudah tidak bisa diam lagi, lebih baik dirinya tertangkap oleh Jeno daripada harus ternodai oleh iblis dari kegelapan itu.
"Tolooo—"
"Aku sudah bilang jangan mengeluarkan suara apa pun. Apa kamu memahaminya, hem?" bisiknya kembali dengan tangan yang sudah berlabu di depan bibir Rachel.