"Di mana, Rachel! Katakan sekarang padaku! Dia putriku, aku berhak mengatur hidupnya akan berakhir dengan siapa!" pekiknya dengan nada begitu tinggi.
Sedang wanita paruh baya yang sedang menidurkan tubuhnya setelah aktivitas rumah yang ia jalani seharian ini harus terpaksa kembali menuruti suara memekikan membuka matanya. Begitu sakit gendang telinga Martha mendengar suami yang akhir-akhir ini selalu membuat sakit kepala. Tak ada kemesraan seperti biasa, kini Jeno hanya mengisi hari-harinya dengan marah-marah.
"Kenapa harus bertanya padaku? Jawabannya ada padamu, Jeno."
"Kamu yang sudah mengusirnya, jelas kamu sudah mengetahui lebih dariku, bukan?" sambung Martha dengan napas malas berdebat di pertengahan malam seperti ini. Hari esok Martha lebih berharga dari pada menanggapi kemarahan Jeno.