Pak Raden sedang berdiri menatap rekan kerjanya dari kejauhan.
Pak Dinar masih dengan setia memegang tangga yang telah digunakan Delon tadi untuk memanjat ke kamar Rachel.
Pak Raden menggelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir dengan teman kerjanya itu.
Pak Raden sudah selesai makan. Tapi, Pak Dinar masih saja berdiri dengan tangan yang masih menahan kaki tangga.
"Aku kira kamu udah nyusul aku, Pak. Ternyata masih di sini aja," ucap Pak Raden yang sudah mengikis jaraknya lebih dekat.
Pak Dinar memutar kepalanya, lalu melirik ke arah pusat suara itu. "Aku takut, kalau Tuan muda marah, jika aku tidak di sini," balas Pak Dinar apa adanya.
Pak Raden yang mendengar jawaban dari Pak Dinar langsung mengulas wajahnya dengan kasar. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan temannya yang satu ini.
Entah Pak Dinar yang polos, atau memang bod*h.
"Gini... gini, dengerin ya!"
"Ini udah jam berapa?" tanya Pak Raden sengaja.