Chereads / HE ISN'T MYBROTHER / Chapter 21 - Mendapatkan Hadiah Sayembara

Chapter 21 - Mendapatkan Hadiah Sayembara

Sayembara dimulai. Delon menyeringai senyumnya untuk membuat Rachel tidak berkutik dengan tiga permintaannya.

Sebelum jam 9, Rachel harus bisa menemukan proposal itu. Jika tidak, dipastikan Rachel pasti tidak akan lulus di mata kuliah profesor yang terkenal oleh nilai dinginnya.

Delon sudah tahu di mana proposal itu. Tapi, ia hanya berpura-pura bingung mencari keberadaan proposal itu.

Kemarin. Lebih tepatnya kemarin sore. Rachel sedang di dalam mood buruknya.

Saat Rachel sedang ingin diajari Delon tentang sistem data Ekonomi Bisnis, tiba-tiba ponsel Delon berdering. Entah itu dari siapa, Delon mengangkatnya menjauh darinya.

Rachel yang awalnya tidak peduli, hingga dering yang ketiga kali, Rachel sudah tidak bisa menahan amarahnya. Diraihnya paksa ponsel Delon, lalu Rachel menjawab panggilan itu.

Dan ternyata suara dalam panggilan itu adalah seorang wanita dengan nada yang seksi.

Betapa murkanya Rachel hingga semua barang-barang di kamarnya ia lemparkan pada Delon. Rachel berpikir, jika Delon telah berselingkuh di belakangkangnya selama ini.

Padahal Delon sudah menjelaskan siapa yang menelpon kepada Rachel. Tapi, Rachel masih saja kekeh berpikir negative pada Delon.

Salah satu barang yang Rachel lempar masih dalam taraf normal. Hanya bantal, bolpoin, buku, dan salah satunya proposal yang sedang dicarinya saat ini.

"Sayang, sudah ketemu belum?" tanya Delon dengan akting maksimalnya. Rachel menggeleng lemah. Tubuh Rachel benar-benar lelah.

"Aghh... Aku capek, Kak ...," Rachel membanting tubuhnya di atas kasur besarnya sembari menutup matanya.

Delon menatap lekat kekasihnya yang mulai putus asa. Didekatinya Rachel, hingga tubuh Delon ikut ia ambrukkan di sisi Rachel dengan posisi menyampingkan tubuhnya.

"Udah rela nggak lulus di mata kuliah profesor Husein?" Delon mengulas pelipis Rachel dengan ibu jarinya. Rachel menggeleng sebagai jawabannya.

"Aku tidak pernah gagal, Kak. Tapi, kalau aku nggak lulus ... pasti papa ngeledek aku. Aku nggak mau itu!" sahut Rachel masih setia memejamkam matanya.

Rachel memang terkenal pintar dan penuh ambisius dalam segala pekerjaan atau tugas yang Jeno berikan.

Dan pada waktu di mana Rachel sempat gagal mendapatkan tender, Jeno habis-habisan mengolok putrinya.

Bukan maksud Jeno seperti itu. Tapi, hanya membuat hubungannya dengan sang putri tidak hanya melulu tentang pekerjaan saja.

Namun, Rachel menganggap ledekkan papanya sebagai hal yang tidak ingin ia ulangi lagi.

"Madep sini," kata Delon sembari menarik tubuh kekasihnya itu menghadap dirinya.

"Kemarin yang kamu dengar itu adalah sekretaris di kantor papa. Sekretaris yang Regan bawa," jelas Delon mencoba membersihkan pikiran buruk di otak Rachel.

Rachel hanya menatap kedua mata tajam Delon. Tanpa mau mengatakan balasannya. Hati Rachel masih sakit, jika memikirkan kejadian kemarin.

"Aku hanya mencintaimu, Chel. Pertama dan terakhir dalam hidupku." Delon mendekatkan dirinya, lalu mencium kening Rachel dengan lembut.

Cup

Rachel tersentak dengan kalimat Delon. Bahkan kalimat itu juga berlaku pada Rachel. Delon adalah pria pertama dan terakhir untuknya.

"Sayembara ini masih berlaku kan?" Rachel mengangguk tanpa ingin membuka mulutnya.

"Ayo ikut aku!" Delon mendirikan tubuhnya, lalu menarik tubuh Rachel untuk mengikutinya.

Delon membawa Rachel mendekati lemari besar miliknya. Delon mengangkat tangannya keatas, mencari sesuatu yang telah ia taruh di sana.

Hap.

Delon mendapatkannya. Lalu membawanya turun. Rachel yang sedari tadi memperhatikan setiap gerak tubuh Delon langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi begitu senang, senyum cantik Rachel mulai mengembang.

"Kenapa bisa di situ, Kak?" tanya antusias seraya mengambil alih proposal itu ketangannya.

Delon memasukkan kedua tangannya di saku celanannya, merubah wajahnya seketika menjadi cool.

"Aku hanya menemukannya. Dan itu sudah menjadi milikku. Dia sudah dibuang pemiliknya." Delon langsung merebut kembali proposal itu dari tangan Rachel.

Rachel begitu ternganga dengan apa yang ia dengar dan apa yang dia lihat saat ini. "Itu punyaku, Kak! Kenapa kamu ambil, sih?" sungut Rachel berkacak pinggang.

"Ingat, saat kamu cemburu, dan melempari barangmu padaku? Dan seketika semua barangmu yang menyentuh badanku telah menjadi milikku. Termasuk ini ...," sahut Delon seraya menunjukkan proposal itu di depan hidung mancung Rachel.

"Nggak bisa! Nggak bisa!" Rachel menghentakkan kakinya di lantai menandakan dirinya tidak terima dengan perkataan pria di depannya itu.

"Terserah. Ini sudah menjadi milikku," ucap Delon masih suka menggoda Rachel. "Kecuali ...," Delon sengaja memotong kalimatnya.

Rachel mengangkat satu alisnya, ia penasaran dengan kelanjutan kalimat Delon. "Apa?" tanya balik Rachel.

Delon mencodongkan tubuhnya, lalu mendekatkan wajahnya begitu dekat dengan wajah Rachel. Hingga hidung mancung mereka bersentuhan.

"Aku merindukanmu Sayang," ucap Delon dengan nada beratnya. Rachel juga bisa merasakan napas panas Delon.

"Jangan macam-macam, Kak. Aku hanya punya waktu 1 jam. Mana bis ...," sebelum kalimat penolakan Rachel tuntas. Delon sudah menempelkan bibirnya sekilas.

"Hanya satu ronde, dan itu tidak akan lama. Satu jam cukup Sayang," tawar Delon.

Rachel mengernyitkan dahinya. Sebisa mungkin Rachel akan membuat alasan, supaya Delon berhenti meminta hal seperti ini di waktu yang kurang tepat.

"Di bawah sana ada papa, mama, dan bi Rina. Kamu ingin membuatku jadi artis dadakan?" Rachel berharap alasan ini bisa menunda permintaan Delon saat ini.

"Tidak masalah Sayang," sahut Delon yang langsung membukam bibir Rachel dan menarik tengkuk Rachel agar ciumannya lebih dalam.

"Emhmph, Kak ...," Rachel tidak pernah bisa menolak, jika Delon sudah menyentuhnya. Rachel reflek mengalungkan tangannya di leher Delon dan ikut menikmati permainan Delon.

Tangan Delon juga bergerak dari bawah tengkuk Rachel, perlahan melepas karet kuncir rambut Rachel. Hingga rambut hitam panjang itu tergerai bebas.

"Aku sangat mencintaimu, Sayang. Ini adalah satu dari tiga permintaanku tadi." Rachel hanya mengangguk, dan menarik rahang Delon untuk memulainya kembali.

Delon dan Rachel akhirnya melakukan kegiatan rutinas barunya. Delon membawa Rachel ketempat tidur, tanpa melepas baju mereka, hanya membuka pakaian bawah yang mereka pakai.

Delon benar-benar merindukan Rachel seminggu ini. Karena perempuan itu sedang kedatangan tamu. Sungguh sangat menyiksa.

Dan ketika Delon mendengar Rachel sedang kehilangan salah satu barangnya. Delon bisa dengan gampang meminta tanpa mendengar celotehan Rachel.

Aktivitas pagi panas mereka sudah berlangsung hampir satu jam. Rachel sudah berkali-kali tepar, tapi pria yang berada di atasnya masih saja belum menyelesaikan tugasnya.

"Kak, sudah belum ...,"

"Emhmp, aagh... sebentar laaagi Sayang," teriak Delon yang masih kuat tanpa berhenti mencapai puncak.

Setelah hampir 15 menit. Akhirnya Delon mencapai puncaknya. Delon mencium pucuk kepala Rachel sebagai tanda terima kasihnya.

Cup

"Terima kasih Sayang. Aku sangat mencintaimu," ucap Delon seraya mendirikan tubuhnya, lalu menutup rok Rachel dan menuju kekamar mandi.

Rachel hanya bisa memejamkan matanya. Setelah Delon telah berada sampai di kamar mandi, Rachel baru tahu dirinya ditinggal sendirian di sana.

"Habis dipakai langsung ditinggal."