Chereads / HE ISN'T MYBROTHER / Chapter 17 - Serangan Tiba-Tiba

Chapter 17 - Serangan Tiba-Tiba

Delon sudah memakai baju putih polos santainya dengan celana selutut membuat penampilan Delon nampak lebih segar.

Delon menuruni anak tangga dengan langkah yang begitu cepat, mungkin jika dapat dihitung dengan stopwatch tidak akan lebih dari 5 menit.

Bi Rina telah menyiapkan bahan-bahan yang selalu Delon minta dulu, sebelum Delon menyelesaikan masa perkuliahanya di Amerika.

Delon akan turun kedapur sendiri, jika Rachel sedang marah padanya. Dan masakan pria tampan itu tidak pernah meleset dari selera tinggi Rachel.

"Sore, Bi," sapa Delon yang telah berada di muka dapur.

"Sore, Tuan muda," balas Bi Rina dengan senyum ramahnya.

"Sekarang, Tuan muda?" tanya bi Rina dan diangguki Delon cepat.

"Sudah lama, ya, Tuan muda. Tuan muda tidak memasak seperti ini," pungkas Bi Rina seraya berjalan mengambil celemek untuk Delon.

Delon membalas perkataan Bi Rina dengan senyum tampannya seraya mengambil tepung di dekat tangan kanannya.

"Iya, sudah lama, Bi. Semoga saja rasanya masih seperti dulu." Delon telah memakai celemeknya, dan mulai memasukkan bahan-bahan kedalam baskom alumunium.

"Jika memasaknya dengan cinta, pasti akan lebih enak," ujar Bi Rina dan langsung diangguki lagi oleh Delon.

Aku akan membuat ini ... pastinya dengan penuh cinta, Bi.

Sedangkan Rachel di dalam kamar masih saja menangisi kebodohannya. Menangisi kebaperannya.

Rachel sadar jika dirinya terlalu membawa semua perkataan Delon kearah negative. Mungkin saja niat Delon tidak seperti itu.

Lalu, jika perkataan Rachel tadi dianggap serius Delon bagaimana? Dan Delon langsung mencari wanita yang lebih cantik dari Rachel, bagaimana?

Pikiran-pikiran buruk itu mulai menari-nari di otak Rachel. Kedua tangan Rachel terangkat keudara, lalu menghempas berkali-kali di bantal yang Rachel pangku saat ini. Rachel melampiaskan kekesalannya.

"Kalau kejadian gimana dong gue? Gue bahkan nggak bisa bayangin itu semua ... aaargh!" gumam kesal Rachel seraya mengacak rambut panjangnya dengan kasar.

"Gue harus apa dong? Gak mungkin minta maaf kan? Gengsi banget!" tambah Rachel yang mulai serba salah.

Gue harus tanya dua tuyul itu.

Rachel mengambil ponselnya di atas nakas. Lalu membuka aplikasi chatt grup antara Rachel, Sellyn, dan Vero.

"Gaess... ada yang aktif nggak?" tanya Rachel pada pesan grup kelompok mereka.

Pesan Rachel itu langsung diterima dan dibaca Sellyn dan Vero dengan cepat.

"Ada angin apa ni, si ratu biangkerok tiba-tiba muncul?" balas Vero yang sudah terlebih dulu membalas pesan Rachel.

Mata Rachel masih intens menatap layar ponselnya. Hanya Sellyn dan Vero-lah satu-satunya yang bisa Rachel percaya. Apalagi Sellyn yang telah memiliki pengalaman lebih jauh darinya.

"Wahh... gue ketinggalan nggak? Gue habis ngevlog design kamar gue yang baru soalnya," balas Sellyn terakhir.

"Ngevlog apaan? Palingan juga lagi konser di kamar mandi," sahut Vero sembari memberikan ekpresi emotikon tertawa mengejek.

"Sialan lo!" umpat Sellyn dalam teksnya.

"Gue mau tanya. Cara minta maaf ke cowok itu gimana, sih? Maksud gue ... tanpa ngomong gitu?" Rachel mengirim pertanyaan itu. Pertanyaan yang masih mengganggu dalam pikirannya.

"Cowok siapa? Lo punya cowok sekarang, Chel? Kenapa nggak bilang-bilang, sih? Lo takut kena pajak jadian, hah?" celoteh Sellyn yang langsung membuat Rachel membulatkan matanya.

"Bukan gue ... itu cowok saudara gue. Bukan gue!" Rachel menekan dirinya jika bukan dia. Rachel belum siap mengatakan yang sejujurnya, karena waktunya belum tepat.

"Oh, kirain lo! Gampang aja sih, saudara lo suruh ngerayu aja. Sekesal-kesalnya cowok sebel sama kita, dia nggak akan tahan dengan rayuan maut kita,"

"Atau nggak ... saudara lo boleh coba, ini ...," tambah Sellyn dengan emoticon jari di bibir.

Rachel melotot horor kearah layar ponselnya. Saran yang terakhir dari Sellyn membuatnya menyilangkan kedua tangannya pada tubuh Rachel.

Masak iya, gue pakai cara yang terakhir dari curut itu? Aaaaghhh... mana bisa! Gue nggak punya yang kayak begituan lagi ...,

"Hahaha... otak lo mesum banget, Sell!" balas Vero menanggapi ide gila yang disarankan Sellyn untuk saudara Rachel. Eh, lebih tepatnya untuk Rachel sendiri.

"Yahh... gimana ya, itu sih, terserah saudara lo, Chel. Mau pilih yang mana. Semua manjur! tapi, lebih manjur yang terakhir," kata Sellyn meyakinkan Rachel.

Sellyn pikir sarannya itu memang untuk saudara sahabatnya. Kehidupan Sellyn dan Vero memang bebas. Tapi, mereka tahu baik-buruknya.

Sedangkan Rachel ... perempuan itu tidak mempunyai pengalaman apapun di bidang seperti itu. Untuk pacaran saja, Rachel tidak pernah. Apalagi berpikir untuk merayu atau saran yang terakhir Sellyn, itu sungguh bukan Rachel.

"Hmm... coba nanti gue kasih tau dia. But, thanks gaes!" balas Rachel yang masih memutar bola matanya keseluruh arah. Menimbang-nimbang saran yang akan ia pilih.

"Yo... sama-sama. Ohya, satu lagi! Yang agresif," balas Sellyn lagi dengan emotikon serius.

Rachel tidak membalas pesan terakhir Sellyn, hanya membaca saja. Pikiran Rachel sudah mengelakar kemana-mana.

Delon akhirnya telah menyelesaikan masakannya. Brownies manis kesukaan Rachel telah siap menemui tuannya. Guratan senyum bahagia tercetak di bibir Delon. Hanya satu tujuan dari Delon adalah mendapatkan maaf dari kekasihnya itu.

Delon tidak tahu jika Rachel telah salah menyangka, jika Delon-lah yang sedang marah padanya dan berniat mencari pengganti Rachel.

"Wahh... kelihatan sangat enak Tuan muda," puji Bi Rina.

"Entahlah, Bi. Semoga saja memang seperti itu," sahut Delon sembari melepas celemeknya.

"Tuan muda calon suami idaman. Sudah tampan, pintar ... jago masak lagi, siapa yang tidak mau dengan Tuan muda," tungkas Bi Rina semakin memuji apa adanya kelebihan Delon.

Delon mengulas senyum tampannya yang belum juga hilang.

Delon mengingat saat dirinya mengatakan cinta kepada Rachel, perempuan itu sempat menolaknya, hingga dipersekian kali ungkapannya, Rachel baru menerimanya. Meskipun Delon tahu, perasaan Rachel sama dengannya.

"Ada Bi. Dia dulu menolakku ... tapi, sekarang aku sudah memilikinya," ujar Delon.

Bi Rina begitu terkejut mendengar perkataan Delon. Sungguh mustahil pikir Bi Rina, pria sesempurna Delon pernah ditolak.

Pasti perempuan itu sudah buta matanya! Pria sesempurna tuan muda, dia tolak! Jika putriku sudah besar saja, pasti aku akan mengenalkannya. Tapi, sayang, putriku masih umur 10 tahun....

Bi Rina tidak tahu, jika yang ia umpat buta adalah putri dari majikannya sendiri. Hahaha...

Delon mulai melangkahkan kakinya menunju kekamar Rachel. Di tangan Delon sudah ada brownis yang terlihat sangat menggiurkan itu.

"Sayang, aku mau bicara denganmu," ucap Delon lembut. Ia sudah berada di bibir pintu kamar Rachel.

Delon masih menunggu jawaban dari pemilik kamar itu. Tapi, Rachel tidak kunjung menjawabnya. Delon berniat ingin masuk saja kekamar Rachel. Mungkin sang pemilik kamar itu telah tertidur. Pikir Delon.

"Chel, Kakak masuk ya?" kata Delon lagi sembari membuka knop kunci dengan mudah. Kamar Rachel memang tidak pernah dikunci pemiliknya. Itu membuat Delon sedikit cemas karena kebiasan buruk kekasihnya itu.

Mata Delon tidak menemukan sosok yang ia cari. Rachel tidak berada di dalam kamarnya. Namun, kamar mandi Rachel terbuka sedikit, menampakkan celah cahaya.

Delon tahu sekarang, Rachel tengah berada di kamar mandi. Delon langsung melangkahkan kakinya tanpa suara. Delon mencoba ingin mengejutkan Rachel.

Tapi, betapa terkejutnya Delon saat melihat pantulan Rachel dari cermin dengan hanya menggunakan linggeri hitam yang begitu seksi.

Apalagi rambut hitam panjang Rachel dibiarkan terurai begitu saja. Sungguh membuat Delon sulit menelan ludahnya.

Delon mulai melangkahkan kakinya menuju kearah Rachel. Dengan sekali gerakan, tubuh Rachel sudah berada dalam dekapan Delon dari belakang.

"Ka---Kakak ... apa yang kamu lakukan?" tanya Rachel yang sangat terkejut merasakan kedua tangan kekar Delon mendekap perut datarnya.

"Menurutmu?"