Elena melemparkan senyum terbaiknya pada Jason yang sudah berada di dalam bus menuju Echternach untuk menempati jabatan barunya sebagai kepala pemadam kebakaran. Menjadi kepala pemadam kebakaran di usianya yang terbilang masih muda Jason termasuk orang yang sangat beruntung, karena itu Elena mendorong Jason untuk menerima tawaran yang menggiurkan itu.
"Aku akan langsung menghubungimu begitu sampai di Echternach, Elena," teriak Jason dari dalam mobilnya yang sudah mulai meninggalkan halte bus.
Elena mengangguk. "AKu tunggu kabar darimu, Jason."
Jason tersenyum kecut mendengar jawaban Elena, meski begitu dia tetap melambaikan tangannya pada Elena hingga akhirnya bus yang membawanya semakin menjauh dari tempat Elena berdiri. Melihat bus yang membawa Jason semakin menjauh Elena kemudian meneruskan langkahnya menuju ke sebuah gereja yang berada tidak jauh dari tempatnya berada, hari ini adalah hari yang dia janjikan pada kedua orang tuanya kalau dia akan mulai bekerja di Clarke Enterprise. Elena masih belum punya keberanian berkata jujur pada kedua orang tua perihal kemalangan yang kembali dia dapatkan, Elena sendiri bingung kenapa selama dua tahun ini dirinya selalu gagal mendapatkan pekerjaan.
Ketika baru baru saja tiba didepan pintu gerbang gereja tiba-tiba Elena dikejutkan dengan suara klakson yang sangat memekakakan telinga, spontan Elena pun berbalik badan berusaha melihat siapa orang arogan yang sudah bersikap tidak sopan di lingkungan gereja.
Sebuah mobil Mclaren Elva berwarna hitam nampak sudah berhenti tepat di depan Elena yang sudah membalik tubuhnya, mobil mewah itu terlihat sangat dominan dan begitu mengintimidasi. Selama beberapa detik Elena terjebak dalam kekagumannya melihat mobil mewah itu hingga akhirnya suara klakson dari mobil itu membuat Elena langsung tersadar. Dengan segera Elena berjalan ke samping, memberi jalan pada mobil itu untuk lewat. Mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti itu dari sang pengendara mobil membuat Elena memutuskan untuk langsung membenci siapapun orang yang ada di dalam mobil itu.
"Dasar orang kaya sombong!"
"Apa kau bilang?!"
Langkah Elena terhenti saat seorang pria dengan lantang langsung menjawab perkataannya, sedikit bimbang Elena akhirnya memutuskan untuk tetap meneruskan langkahnya. Namun baru akan melangkah teriakan lelaki itu kembali terdengar.
Elena menghentakkan kakinya ke tanah dengan penuh kekesalan. "Coba lihat siapa orang arogan yang merasa gereja ini adalah tempat bermainnya.....Kau!!"
Elena langsung menutup mulutnya dengan tangan saat melihat sosok laki-laki yang berdiri dua meter darinya itu, sosok laki-laki arogan menyebalkan yang sudah memecatnya di hari pertamanya bekerja kini sudah berdiri di hadapannya dan kembali membuat Elena naik darah.
Setelah menimbang cukup lama, akhirnya Elena pun memutuskan untuk tidak melanjutkan niatnya memberikan pelajaran pada lelaki sombong itu. Niat Elana untuk berdoa tidak boleh ternodai akan provokasi lelaki angkuh itu. Setelah merapalkan beberapa kalimat penyemangat akhirnya Elena kembali membalik tubuhnya dan berjalan menuju gereja yang terlihat cukup ramai.
Christian yang sudah siap meledak dibuat tidak bisa berkata-kata saat seorang gadis miskin yang sudah dia pecat dari kantornya dengan sangat tidak hormat mengacuhkannya. Sial. Tidak ada seorangpun yang berani mengacuhkan seorang Christian Clarke, apalagi seorang wanita. Amarah Christian benar-benar berkobar di dadanya, niatnya untuk masuk kedalam gereja pun terpaksa dibatalkan. Sepertinya saat ini kekuatan Lucifer lebih besar melingkupinya.
Tanpa membuka mulut, Christian kembali masuk kedalam mobilnya. Duduk dengan konsentrasi penuh menatap pintu gereja yang masih terbuka lebar, menanti para hamba Tuhan datang. Detik demi detik berlalu berganti dengan menit hingga akhirnya apa yang ditunggu oleh Christian akhirnya datang, wanita kurang ajar yang berani mengacuhkannya terlihat tengah menuruni anak tangga bersama beberapa jemaat yang lain.
"Kena kau sekarang wanita jelek," desis Christian jengkel, perlahan kakinya menginjak pedal gas yang membuat mobilnya perlahan akhirnya berjalan meninggalkan area gereja.
Christian terus mengemudikan mobilnya dengan hati-hati, berusaha menjaga jarak dengan wanita incarannya. Christian harus menunggu wanita itu benar-benar sendiri dan waktu itu akhirnya tiba, tanpa pikir panjang Christian lalu menambah kecepatan mobilnya dengan segera dan berhenti mendadak tepat dihadapan Elena, memotong jalannya.
Elena yang masih hafal dengan mobil milik mantan calon atasannya itu melebarkan matanya dan bersiap mengeluarkan sumpah serapahnya kalau saja si empunya mobil tidak tiba-tiba keluar dari mobil mahalnya dan langsung mencekal tangannya dengan kuat.
"Ouchh..."
"Damn woman, apa yang sebenarnya kau rencanakan, huh? Sepertinya kau sudah merencanakan semuanya dengan sangat matang, ya? Kau dengan sengaja muncul di depanku seperti tadi supaya aku menabrakmu sehingga kau bisa menuntut uang padaku dalam jumlah yang besar, bukan?" tuduh Christian bertubi-tubi dengan kejam.
Bibir Elena sampai terbuka lebar karena terlalu kaget mendengar tuduhan tidak berdasar yang baru saja diucapkan lelaki tampan yang tengah mencengkram tangannya.
"Kenapa diam? Terkejut aku sudah tahu semua rencana busukmu?" ucap Christian kembali tidak kalah kejam.
"Rencana...rencana apa?" tanya Elena bingung, otaknya masih belum bisa memproses tuduhan yang Christian tujukan padanya sebelum ini. Elena terlalu terkejut dengan semuanya.
Christian menyeringai, cengkramannya menguat. "Jangan pura-pura bodoh, kau tidak sebodoh itu untuk tidak tahu kemana arah pembicaraanku!"
"Aku benar-benar tidak mengerti," ucap Elena lirih, tatapan matanya membulat terlihat sangat jujur saat berbicara.
Untuk beberapa detik Christian mematung, dia tertegun melihat sorot mata gadis yang sedang berada dalam cengkramannya. Sorot mata milik gadis ini sama dengan sorot mata Suri ketika dia sedang mengiba, meminta belas kasih.
Deg
Kedua manik biru Christian membulat, berkilat penuh kemarahan pada Elena yang tidak tahu apa-apa dan tentu saja tidak bersalah.
"Kau sama seperti wanita-wanita diluar sana, murahan dan menjijikan." Christian kembali mengeluarkan kalimat pedas dari bibirnya yang berwarna pink muda. "Kalau kau butuh uang cepat katakan padaku berapa jumlahnya supaya kau tidak lagi muncul di hadapanku, aku muak melihatmu. Rasanya aku ingin muntah saat.."
Plak...
Sebuah tamparan keras mendarat diwajah Christian, tangan Elena yang kini terasa sakit karena digunakan untuk melayangkan tamparan sudah mengepal. Terlihat jelas betapa besar kemarahan Elena saat ini.
"Aku, aku sama sekali tidak punya niat sedikitpun untuk muncul lagi di hadapanmu Tuan sombong menyebalkan! Kau kira aku tidak muak padamu, huh? Aku justru lebih muak padamu, kau hanyalah orang kaya sombong yang menikmati kekayaan turun menurun dari keluargamu. Kau kira uang akan menyelesaikan semua masalahmu? Tidak, uang tidak bisa melakukan semua hal itu. Ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli dengan uang dan aku termasuk salah satu diantaranya," ucap Elena penuh emosi, setelah berkata seperti itu Elena berlari menuju halte bus. Mengejar bus yang akan segera tiba di halte itu, meninggalkan Christian yang sudah diam membisu.
Bersambung