Zwetta terus berlari meskipun kakinya sudah terasa sakit, dikejar sepuluh orang pria yang memiliki tubuh yang lebih besar darinya memaksa Zwetta harus berlari meskipun saat ini tenaganya sudah hampir habis. Zwetta lebih memilih mati karena kelelahan daripada harus tertangkap, apalagi saat ini dia memegang misi penting untuk mencari seorang pria bernama Jackson Clarke sesuai keinginan gadis cantik yang hampir menjadi korban Osbert.
"Berhenti disana!"
"Stop!
"Hanya orang bodoh yang akan menuruti perintah kalian," gumam Zwetta lirih sembari terus mempercepat laju larinya.
Yang ada dalam pikiran Zwetta saat ini adalah mencari tempat berlindung dan keramaian adalah pilihan tercepat yang terlintas di kepalanya, saat Zwetta sedang mengedarkan pandangan tidak jauh dari tempatnya berada saat ini terdapat sebuah parade. Tanpa pikir panjang Zwetta segera merubah arah larinya menuju iring-iringan parade yang cukup ramai itu. Seperti harapan Zwetta, sepuluh orang pria yang mengejarnya terlihat bingung ketika tidak berhasil menemukan jejaknya. Zwetta yang belum merasa aman masih memilih untuk tetap berada ditengah-tengah rombongan yang sedang menjadi pusat perhatian masyarakat, Zwetta ingin memastikan para pengejarnya benar-benar pergi terlebih dahulu sebelum memisahkan diri dari rombongan parade itu.
"Ok, sepertinya keadaan sudah aman. Aku harus segera kembali ke hotel dan menemukan Jackson Clarke," ucap Zwetta lirih, setelah kembali memastikan keadaan benar-benar aman Zwetta lantas memisahkan diri dari rombongan parade yang menjadi penyelamatnya.
Begitu berhasil keluar dari iring-iringan parade hal pertama yang Zwetta lakukan adalah mencari taksi untuk kembali ke hotel tempatnya meninggalkan barang-barang perlengkapannya dalam melakukan misi, Zwetta mempercepat langkahnya ketika melihat jalan raya yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Karena masih takut akan keberadaan para pengejarnya, Zwetta akhirnya memilih berlari untuk mencapai jalan raya. Ketika baru saja menghentikan larinya, Zwetta dibuat bingung oleh teriakan beberapa orang wanita yang cukup keras. Saat akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi tiba-tiba dunia Zwetta menjadi gelap dan ringan.
***
Luksemburg.
Sudah hampir enam jam Christian belum meninggalkan ruang kerjanya, sejak tiba di Luksemburg tiga hari yang lalu Christian berubah menjadi seorang pendiam. Hari ini tepat empat hari Suri menghilang tanpa kabar dan jejak, para polisi yang bekerja diam-diam dan anak buah terbaik keluarga Clarke masih belum berhasil membawa kabar baik. Christian sendiri yang sudah mengerahkan anak buah terbaiknya juga belum mendapatkan info apapun mengenai keberadaan Suri, adik kecilnya yang manja dan cengeng.
Mengingat betapa berharganya Suri untuk kedua orangtuanya, kedua mata Christian yang masih sembab kembali berkaca-kaca. Christian benar-benar didera penyesalan yang luar biasa menyesakkan dadanya, berkali-kali Christian menghujat dan menyalahkan dirinya sendiri karena sudah memaksa Suri datang ke Luksemburg. Seandainya kemarin dia sendiri yang menjemput adik kecilnya itu ke Swiss mungkin hal mengerikan semacam ini tidak akan terjadi, mungkin saat ini Suri cantiknya masih berada di tengah-tengah keluarganya. Memberikan keceriaan dengan semua sifat randomnya yang kadang-kadang tidak masuk akal.
"Suri, dimana kau berada saat ini sayang? Kembalilah Suri, kembalilah sayangku.. kasihan Mommy, Suri. Mommy masih terus mengunci dirinya di kamarmu, Suri. Pulanglah adikku," ucap Christian serak, jemarinya yang bergetar menyentuh pigura foto Suri.
Di dalam foto itu Suri terlihat sangat cantik dan anggun meski usianya masih lima belas tahun ketika foto itu diambil, gen terbaik yang diwariskan Anne dan Jack berhasil membuat Suri menjadi layaknya seorang putri kerajaan yang sangat cantik saat di foto. Meskipun sikap aslinya tidak seperti yang orang-orang pikirkan saat melihat foto itu pertama kali.
Kainer yang berdiri tidak jauh dari tempat Christian duduk hanya bisa diam dan tidak berani bersuara, dia tahu yang dibutuhkan Christian saat ini adalah waktu untuk menenangkan diri. Karena itu Kainer tidak mau mengganggu proses healing tuannya itu, sebagai orang yang cukup mengenal Suri sang princess kesayangan keluarga Clarke, Kainer ikut berduka atas menghilangnya gadis periang itu.
"Kainer," panggil Christian serak memecah keheningan di ruang kerja yang dingin itu.
"Iya Tuan."
"Kosongkan jadwal untuk satu bulan kedepan, aku tidak mau proses pencarianku atas Suri diganggu," ucap Christian lirih tanpa mengalihkan pandangannya dari foto keluarganya yang diambil lima tahun yang lalu itu.
"Tapi minggu depan anda punya jadwal temu dengan..."
"Batalkan, aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa. Aku mau fokus mencari adikku, Kainer. Sebelum menemukan Suri aku tidak bisa hidup dengan tenang, melihat foto Mommy yang masih meratapi Suri dadaku terasa sesak. Karena itu aku harus segera menemukannya dan membawanya pulang bertemu Mommy." Christian yang biasanya bicara lantang kali ini berbicara dengan suara yang nyaris tidak terdengar, satu hal yang tidak pernah Christian lakukan sejak dia kecil.
Didikan keras dari Luis sejak kecil membuat Christian selalu bicara dengan cara elegan dan berkharisma, tapi hari ini tepatnya sejak empat hari yang lalu pasca Suri menghilang semua yang diajarkan Luis menghilang.
Kainer mengangguk cepat saat menyadari kesalahannya. "Baik Tuan, saya akan mengosongkan semua jadwal anda."
Setelah berkata seperti itu Kainer pun segera pergi dari hadapan Christian, mengubah jadwal yang sudah dibuat untuk sebulan kedepan bukanlah pekerjaan mudah dan Kainer harus secepatnya menyelesaikannya.
Begitu Kainer pergi, air mata yang ditahan Christian sejak tadi akhirnya tumpah. Christian mengutuk kebodohan yang sudah dilakukannya, kebodohan yang membuat semua keluarganya kini menerima imbasnya. "Pulanglah Suri, kembalilah pada kami. Aku berjanji akan mengabulkan semua permintaanmu, tapi pulanglah adikku cantik. Kakak mohon...."
Bersambung