"Namaku Suri Mireya, panggilanku Suri bukan Mira seperti yang selama ini kau ucapkan itu, Areez. Kau tidak tuli, bukan?!"
Areez tersenyum miring. "Memangnya kau bisa membuktikan kalau itu nama aslimu?"
"Damn it, sudah berapa kali aku katakan padamu untuk memberikan aku ponsel atau laptop atau sejenisnya supaya aku..."
"Bisa kabur dariku, begitu?"
Suri langsung menutup bibirnya, Areez pria menyebalkan yang sudah menyekapnya di Auckland itu seperti punya indra keenam. Dia selalu tahu rencana apa yang ada dalam pikirannya.
"Aku tidak akan melepaskanmu, tidak sebelum kau membayar kerugian yang sudah kau perbuat selama tiga tahun ini dan ditambah laporan terakhir dari Akademi yang baru aku dengar dari Nyonya Mauren tentang kenakalan mu selama dua minggu terakhir ini."
"Aku tidak nakal!"
"Oh benarkah? Tentang temanmu yang kakinya patah itu apa?"
Suri langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Itu salahnya sendiri."
"Salahnya sendiri?"
Suri yang malas membicarakan salah satu pembully-nya di akademi memilih untuk melipat kedua tangannya diatas meja untuk dijadikan sandaran kepalanya, Suri terlalu malas bicara dengan lelaki yang sangat dibencinya itu.
Areez tersenyum tipis melihat betapa tidak sopannya Suri. "Hari ini kau harus pulang denganku, lusa ada pesta..."
"Persetan dengan pesta-pesta dansa itu, aku tidak tertarik," jerit Suri dengan keras tanpa mengangkat kepalanya dari meja.
"Aku hanya mau pulang, aku rindu pada keluargaku."
"Pulang, kemana kau akan pulang?"
Suri dengan cepat mengangkat kepalanya, menatap Areez yang masih berdiri dengan tenang di depannya tanpa rasa bersalah atau pun marah meskipun sejak tadi dirinya sudah berperilaku sangat kasar pada lelaki bangsawan itu.
"Swiss, rumahku ada di Swiss, Areez," jawab Suri lirih, sudah tidak terhitung banyaknya Suri mengatakan hal ini pada Areez.
"Rumahmu adalah tempat dimana kau menghabiskan waktu terakhirmu selama tiga tahun ini, Mira..."
"Suri! Jangan panggil aku dengan nama itu, aku tidak mau mendengarnya!"
"Terserah, bagiku kau adalah Mira. Sejak pertama aku membawamu pulang dari hotel tempatmu mencuri makananku namamu adalah Mira," ucap Areez keras kepala, membuat Suri marah adalah sebuah kesenangan tersendiri untuk Areez karena itu dia sengaja memanggil Suri dengan nama yang sangat tidak disukainya itu.
Suri yang sudah habis kesabaran kemudian melemparkan buku yang ada didekatnya kearah Areez dengan kesal, namun Areez yang tangkas dengan mudahnya menangkis kedatangan buku-buku itu dengannya mudah sehingga membuat Suri semakin jengkel.
"Aku benci padamu, Areez!"
"Aku tahu."
"Kau benar-benar sudah tidak waras, Areez. Kau seharusnya pergi ke psikiater untuk mengecek kejiwaanmu, kau benar-benar sudah tidak tertolong."
Alih-alih marah akan perkataan Suri yang sangat pedas itu Areez justru tersenyum lebar. "Semakin kau melawan ku maka semakin ketat pula pengawasanku padamu, Mira."
"Suri!" kekeh Suri keras kepala, dia tidak suka dipanggil Mira meskipun nama itu Areez ambil dari pelesetan nama tengahnya Mireya.
"Tunggu disini, aku harus membicarakan semua kerugian Akademi dengan Nyonya Mauren. Setelah itu baru kita pulang," ucap Areez lembut, detik selanjutnya lelaki itu berbalik badan dan langsung pergi dari taman tempat Suri berada menuju ruangan nyonya Mauren.
Begitu Areez masuk ke dalam Akademi, tiga orang pengawal Aarez langsung berdiri dalam posisi siap sempurna menjaga Suri ditaman. Melihat para penjaga berhati batu itu sudah berjajar mengawasinya Suri menghela nafas panjang, Areez benar-benar membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.
Selama tiga tahun ini Suri tidak diberi izin untuk mengakses apapun ke internet, jangankan ponsel, laptop saja Suri tidak bisa menyentuhnya jika tidak dalam pengawasan ketat Aarez dan anak buahnya. Suri hanya bisa menggunakan laptop yang tidak tersambung dengan internet untuk mengerjakan tugasnya di Akademi, untuk selebihnya tidak.
Sebenarnya sudah tidak terhitung banyaknya usaha Suri untuk lepas dari Areez, mulai dari meminta tolong pada pelayan untuk meminjamkan ponsel hingga dengan sengaja menyelinap masuk ke ruang kerja Areez untuk mengakses internet dan beberapa usaha lain yang tidak terhitung lagi. Namun tak ada satupun yang berhasil, Suri tetap terkurung di rumah Areez menjadi seorang nona yang tidak memiliki kebebasan untuk melakukan apapun. Suri benar-benar dibuat seperti para gadis abad ke-18 oleh Areez, hanya diperbolehkan belajar tata krama, table manner, dansa dan berbagai salam ala bangsawan.
"Mommy…. Daddy…. Christian… aku rindu pada kalian, aku rindu sekali. Tolong jemput aku kak, aku sudah tidak kuat berada di tempat ini."
****
"No, tidak... jangan sayang, jangan pergi kesana. Kembali padaku sekarang!!"
"Suri... Suri tunggu, Suriii!!"
Bersambung