"Aku dulu yang mengambil. Kau tidak boleh main serobot." Alfatih menarik buku yang baru dia ambil dari rak di perpustakaan desa XX. Aurel yang juga mengambil buku yang sama, tidak mau mengalah. Ia tetap bersikukuh mengatakan bahwa dirinya yang lebih dulu mengambil. Melihat hal itu, Alfatih benar-benar merasa jengkel apalagi saat melihat senyum yang tersungging dari wajah gadis bermata coklat yang seolah mengejek kebodohannya. Alfatih segera menyerah dengan meletakkan buku yang baru saja ia pegang ke rak seperti posisinya semula.
"Aku bukannya kalah ya, aku hanya tidak ingin berdebat dengan orang yang tidak normal sepertimu." Alfatih terpana menyaksikan Aurel yang emosi dan meninggalkannya dengan buku di tangannya. Selama ini ia selalu mendapatkan perlawanan dari teman-temannya di kampus. Tidak pernah sekalipun temannya membiarkan dirinya menang.