"Aku tidak pernah berharap bisa bertemu dengan gadis itu di desa ini, Bunda. Yang aku inginkan ketika aku tinggal di sini, aku menemukan ketenangan dan kebebasan berekspresi menikmati suasana alam pegunungan yang sangat sejuk dan nyaman yang nantinya bisa membuat hatiku yang selalu panas menjadi dingin yang akan mempengaruhi otak agar jernih dalam berpikir. Kenyataan yang terjadi, aku menemukan gadis yang justru membuat otakku menjadi semakin panas. Bertemu dengan dia di sini sama dengan aku mengingat kemarahan karena penolakan Malika kepadaku."
Amira yang mendengar pengakuan Alfatih tentang rasa sakit karena penolakan perjodohan yang dilakukan oleh Malika hanya bisa menggelengkan kepala karena ia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa ternyata Alfatih merasakan kesedihan yang luar biasa.
