Aurel segera menyusut air mata dengan ujung lengan bajunya kemudian ia menata rambutnya dan melangkah menuju pintu. Ia segera membuka pintu kamar mandi dan keluar dari tempat yang ia jadikan sebagai alternatif kedua untuk menumpahkan semua isi hatinya. Aurel melangkah menuju dapur dan mendekati ibunya yang sedang mengulek bumbu dengan memukulkan pengulek ke cobek sehingga beberapa kali ibunya berteriak karena ada serpihan batu dari penguleg yang digunakannya untuk menghancurkan bumbu. Serpihan-serpihan batu yang yang akhirnya membuat bumbu menjadi kacau dan berantakan.