Sementara di istana, Anjani dan Arsan pagi itu mereka juga mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh Amira. Saat itu, Arsan baru saja bangun, ia melihat istrinya tergolek di sebelahnya. Ingin sekali ia mengarahkan Anjani agar bangun dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat subuh berjamaah dengan dirinya, namun beberapa kali Anjani menggelengkan kepala bahkan ia menarik selimutnya kembali.
"Ayo, Sayang kita salat dulu. Sudah diberi kemudahan untuk hidup nyaman dan menikmati indahnya pemandangan bukit Mentawa masa kamu tidak mau salat sih?"
Anjani masih bergelung di ranjang dan membelakangi Arsan. Beberapa kali ia menutup mulutnya yang terasa sangat pahit dan membuat dirinya harus menahan rasa kesalnya.
Arsan yang melihat sikap istrinya yang tidak biasa dari hari-hari sebelumnya, hanya bisa tersenyum lalu ia mengangkat tubuh Anjani dengan paksa dan membawanya ke kamar mandi untuk memintanya berwudu.
"Kangmas, aku . . .ah"
