"Aku hanya bisa menyaksikan anakku mengejar papanya saat pulang dari kantornya setiap hari tanpa merasakan bagaimana rasanya dinanti oleh anak-anak sebelum pulang dan dikejar untuk dipeluk saat pulang."
Khalid tersenyum lalu memeluk istrinya dan menciumnya lembut. Ia tahu bagaimana perasaan Amira saat mengucapkan kalimatnya.
"Sayang, tapi mereka kan sembilan bulang di kandungan dan seharian bersamamu. Masa masih juga iri melihat anak-anak kita mengejar papanya. Gantian dong ah. Jangan semua kamu borong biar aku kebagian dan memiliki andil untuk membesarkan anak-anak."
Amira tersenyum lalu mengangguk. ia bahagia membayangkan apa yang baru saja mereka impikan hingga tanpa sadar, Amira yang sudah lelah sejak siang, kini terlelap di dalam dekapan suaminya. Khalid memandang Amira yang tidur dalam dekapannya sambil sesekali mengelus kepala Amira.