"Kangmas, tolong jangan abaikan aku, Kangmas. Semua tidak seperti yang Kangmas lihat." Arsan masih pada kegiatannya memasukkan pakaian dan menyimpannya di loker. Ia menata semua barangnya untuk persiapannya mengikuti training center di markas Syarif. Dirinya sudah bertekad untuk meninggalkan istana dan istrinya, bukan karena benar-benar ingin berpisah dari Anjani, tapi murni karena ia sudah mendapat ijin dari Sultan Adyaksa.
"Kangmas, Hiks. Tolong ampuni aku. semua yang Kangmas lihat tidak sama dengan kenyataannya." Sekali lagi Anjani mengetuk pintu, mencoba merayu Arsan. namun Arsan bergeming. Ia kembali menyalakan ponsel dan melanjutkan pekerjaannya. Mengecek laporan keuangan perusahaan.
Anjani masih menangis di pintu ketika Ratu Gayatri datang.
"Anjani?"
Anjani menoleh kearah ibunya lalu kembali memeluk lututnya. Ia telungkupkan kepalanya, mencoba menyembunyikan wajahnya dari tatapan ibunya.
"Ada apa, Sayang? Mengapa kau menangis di sini? Mana Arsan?"