Dari seberang jalan, Arsan sedang memandang interaksi Amira dan Khalid serta nenek yang baru saja ditolong oleh Amira. Ia berdecak kagum pada wanita yang pernah ditolaknya. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya.
"Ternyata kau memang putri yang berhati mulia, Amira. Pantas saja ayahmu mengatakan kalau kau buta karena tidak pernah melihat hal-hal yang jelek, bisu karena tidak pernah mengucapkan kata-kata yang buruk dan tuli karena kau sama sekali tidak pernah mendengar yang tidak baik. Aku menyaksikan kelembutan hatimu dan kepedulianmu terhadap sesama. Kini aku merasakan betapa bodohnya diriku dan betapa cerdasnya Khalid." gumam Arsan sambil melangkah mendekati Khalid dan Sekar yang masih duduk menikmati suasana pagi di pasar Bring-Bring.
"Assalamualaikum."
Khalid dan Amira yang sedang makan menoleh ke sumber suara. Mereka terkejut melihat Arsan di hadapannya seorang diri tanpa Anjani.