Mendengar pertanyaan Khalid, Sultan Adyaksa tersenyum. ia tahu Khalid sangat khawatir menyaksikan istrinya lemah tak berdaya di hadapannya.
"Kau tenang saja, Khalid. aku akan memebrikan yang terbaik untuk anakku, Amira. Dia sudah berjasa sangat besar terhadap keutuhan keluarga dan negara. Kau juga sama. Kau selalu mendukung dan mendampingi Amira selama ini, juga memiliki jasa besar terutama saat kau menjaga Amira ketika dia sedang bertarung dengan Pamularsih."
Khalid menunduk. ia merasa sangat dihargai oleh mertuanya. Walaupun ia sendiri merasa tidak memberikan andil apapun, namun sultan sama sekali tidak merendahkannya.Sultan Adhyaksa muda segera mengambil ponselnya lalu ia mencari nomor Homimo, sahabat saat sultan kuliah di Elanda yang diberi amanah untuk memperaiki Rashid di penjara yang ia pimpin. Sultan menelpon Homimo yang sedang sibuk menyiapkan administrasi yang akan digunakan untuk meeting. Homimo segera menerima panggilan dari Sultan Adhyaksa saat itu juga.