Amira masih terus melihat situasi di sekelilingnya. Ia memperhatikan setiap wajah yang ada di sana. beberapa wajah yang ditutup dengan cadar berwarna hitam lalu lalang di hadapannya, menarik perhatian dirinya yang kini menunduk sambil terus waspada mencari situasi aman.
Tiba-tiba, hembusan angin menampar wajahnya. Amira menoleh ke sebelahnya, di sana sudah duduk seorang wanita dengan pakaian yang sama dengan orang-orang di sekeliling Amira.
"Yang Mulia Putri."
"Siapa kau?"
"Aku Jeni, Yang Mulia. Aku datang diutus Kanjeng Sultan."
Amira mneganggukkan kepalanya. Ia bersiap menerima perintah ayahnya melalui utusan yang baru datang.
"Berapa pasukan yang kau bawa?"
"Sejumlah manusia di sini, Yang Mulia."
Amira menatap Jeni seolah tidak percaya dnegan apa yang ia katakan.
"Apakah kau tidak bercanda? Memangnya berasa jumlah orang yang ikut hadir di lapangan ini?'
"Lima ribu lima ratus, Yang Mulia."
"Apa? Apakah kau sudah menghitung? Bagaimana kau tahu?"