Andika segera mengikuti anak buahnya yang membawa mata-mata menuju markas. Ia berjalan dengan kewaspadaan penuh. Tidak sekalipun ia ingin kecolongan untuk yang kesekian kalinya. Selama ini ia berpendapat bahwa orang-orang mudah sekali keluar masuk istana karena mereka memiliki akses yang sangat bagus dan bagi Andika ini tidak bisa dibiarkan.
Setelah melewati beberapa lorong yang mengubungkan kamar Amira dan tempat lain, Andika meminta anak buahnya membawa mata-mata ke tangga yang akan mengantarnya menuju markas. Sebelum memasuki tangga mata-mata yang ada di dalam genggaman dua anak buahnya ditutup matanya Andika tidak ingin kecolongan untuk yang kesekian kalinya karena kecerobohan dari dirinya atau anggota keluarga keraton yang lain.