Amira mengangguk mendengar jawaban Khalid yang mengingatkannya tentang Pamularsih yang disebut Bimo saat di rumah makan. Amira melangkah mendekati Bimo dan menarik tangannya agar menjauh dari teman-temannya.
"Tuan Bimo yang terhormat, em, apakah kau tidak mengingatku?"
Amira mengedip-ngedipkan matanya mencoba menarik perhatian Bimo, membuat Khalid mencebik. Ia benar-benar tak mengira kalau Amira akan menggoda Bimo di hadapannya.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Amira tersenyum lalu mengangguk. Ia mengajak Bimo melangkah menjauh dari orang-orang yang mengawasinya ke sebuah lorong yang menjadi jalan masuk menuju markas bawah tanah. Khalid mencoba mengikuti Amira, namun Andika menarik tangannya. Andika tahu Khalid sedang emosi karena menahan cemburu.
"Duduklah di sini dulu, Kangmas. Kakakku tahu apa yang seharusnya ia lakukan dan apa yang tidak boleh ia lakukan. Tenangkanlah pikiranmu dan jangan cemburu seperti itu."