Keluar dari Rumah makan, Amira mengajak Khalid untuk menuju markas. Ia memberitahu arah mana yang harus ditempuh sehingga mereka bisa sampai di markas lebih dulu dari enam pemuda yang kini sedang digiring anak buahnya dengan empat mobil.
Setengah jam setelah melakukan perjalanan dengan motor, Khalid masuk ke rumah tinggal yang sudah lama ditinggalkan Amira. Khalid memarkir motornya di tempat parkir dan mendekati Amira yang kini sedang berdiri menunggunya. Ia pandang sekeliling rumah, mencoba menganalisa situasi.
"Ini rumah siapa, Sayang?"
"Rumahku.'
"Jangan bercanda. Selama ini bukannya rumahmu di keraton kesultanan?" Amira menggeleng. ia menarik tangan Khalid dan melangkah masuk melewati sebuah pintu rahasia yang biasa ia gunakan untuk keluar masuk agar tidak diketahui oleh para pelayan. Khalid melangkah sambil memandang interior ruangan. Ia takjub dengan rumah bergaya klasik yang memiliki desain interior yang unik, namun kekagumannya hanya ia pendam di dalam hatinya saja.
