Tubuh Anjani yang sudah terbujur kaku karena ditotok laki-laki tak dikenal segera digendong keluar tanpa perlawanan. Anjani ingin memberontak, namun ia selalu merasa gagal. Anjani menjerit, namun tak ada satupun penghuni istana yang mendengar karena suaranya tidak keluar. Ia mulai putus asa menghadapi keadaannya. Air matanya yang sudah menggenang, perlahan mengalir menganak sungai dan jatuh ke lantai tanpa ampun. Anjani menutup matanya, menahan rasa takut yang kini benar-benar menyerangnya.
"Tuhan, ampuni aku karena telah berani melawan Kanjeng Ibu. Apakah ini karma atas apa yang sudah kulakukan saat ini? Kanjeng Romo, maafkan aku! Aku anak kecil yang tak pernah merasa bersyukur mendapatkan kasih sayangmu. Selalu merasa kurang dan selalu merasa iri dengan Amira saudara kembarku. Tuhan, tolong bantu aku agar lepas dari laki-laki ini. Laki-laki jahat yang akan menculikku."