Khalid yang putus asa akhirnya mengambil kunci cadangan di bufet yang ia letakkan di ruang tengah apartemennya. Ia segera masuk ke kamarnya dan memandang Amira yang masih menutup dirinya dengan selimut. Amira yang tidak tahu kalau suaminya sudah masuk masih sibuk melakukan komunikasi dengan teman-teman di kampusnya.
Khalid perlahan duduk di samping Amira dan mencoba mengelus kepala istrinya, namun Amira tetap bergeming.
"Dinda, maafkan aku."
Amira menghentikan kesenangannya memainkan ponsel lalu meletakkannya di dashboard tempat tidur. Ia menatap Khalid yang kini bersimpuh di kakinya, melakukan semua janji yang ia ucapkan sebelum masuk kamarnya.
"Please maafkan aku ya! Aku sama sekali tidak berniat untuk menyakitimu. Aku hanya suka kalau melihat wajahmu memerah dan malu-malu seperti tadi. Wajah merahmu benar-benar menggemaskan, Sayang makanya aku ingin memeluk dan menciummu terus."