"Kandaa . . . ."
Khalid tersenyum, lalu dia segera mengulurkan tangannya memeluk tubuh Amira. Ia miringkan badannya dan membiarkan kepala Amira di lengannya. Beberapa kali ia kecup dan cium Amira dengan perasaan campur aduk yang sama sekali belum pernah ia rasakan selama ini. Perasaan senang, tenang dan entah apa namanya.
"Panggil Kanda sekali lagi, Sayang! Kanda bahagia sekali memiliki istri penurut sepertimu."
"Kanda, apakah aku boleh bertanya satu hal?"
"Tanyalah! Sepanjang Kanda mampu, Kanda akan menjawab. Kalau tidak mampu, Kanda akan meminta bantuan Kanjeng Romo."
"Ih, pertanyaannya menyangkut perasaan Kanda, mengapa harus bertanya pada Romo?"
Amira menegrucutkan bibirnya membuat Khalid tergelak. Ia acak rambut Amira dan membenamkan kepala istrinya ke dalam dadanya.
"Lepaskan aku! Aku sesak napas kalau begini, Kanda."
Khalid segera melepaskan tangannya dan menangkupkan tangannya meminta maaf.