"Tenangkan dulu perasaanmu. Aku akan menjelaskan nanti mengapa banyak orang di sini."
"Tetap saja aku benci sama kamu. Mengapa kamu . . . ah, aku benci kamu, Khalid."
"SSStt, jangan panggil aku dengan Khalid. Panggil Kanda, Ok?"
Amira melepaskan diri dari pelukan Khalid. ia tatap laki-laki yang memintanya memanggil dirinya dengan sebutan Kanda. Amira ingin tertawa karena panggilan Kanda memang biasa disebutkan seorag istri pada suaminya. Ayahnya selalu memanggil ibunya dengan dinda dan ibu Amira selalu memanggil suaminya dengan Kanda.
"Mengapa begitu? Mengapa aku harus memanggil orang yang kubenci seperti itu? Apakah kau sudah merasa berhasil memiliki aku?"
"Iya. Aku sudah memilikimu, Dinda."
"Maksudnya?"
Amira memandang sultan Adyaksa yang sejak tadi menatap interaksinya dengan Khalid tanpa suara.
"Romo . . . ."
Amira mengulurkan tangannya hendak memeluk sultan, namun gerakannya terhalang selang infus.