Chereads / I Want You to be My Love / Chapter 14 - First date

Chapter 14 - First date

Sebagai ucapan terimakasih Lala pada Rendi karena telah membantunya membelikan keperluannya, Lala akan membuatkan sesuatu yang spesial untuk Rendi. Sekarang, Lala sedang berkutik di dapur menyiapkan makan malam untuknya, Rendi dan Abel. Malam ini mereka akan makan makanan kesukaan Rendi. Yakni Nasi Goreng. Memakan nasi goreng malam-malam begini adalah favoritenya.

Aroma bumbu nasi goreng sampai tercium ke kamar mandi. Abel yang sedang membersihkan diri segera cepat-cepat menyelesaikan aktivitasnya agar bisa sesegera mungkin memakan masakan tersebut. Rendi yang sedang berkutik dengan kerjaannya di laptop pun kehilangan fokus ketika mencium harum maksakan itu.

"MASAKAN SIAAAP!" seru Lala dari meja makan. Mendengar pengumuman tersebut membuat Rendi menutup laptopnya dan segera berjalan menuju meja makan. Sesamainya di sana, Abel sudah duluan sampai. Lala sangat senang banyak yang menunggu masakan buatannya, karena itu berarti masakan buatannya sangatlah enak. "Sesuai requestan Rendi, hari ini makan malam kita adalah nasi goreng!" Abel dan Rendi bertepuk tangan sebagai bentuk kegembiraan mereka. Lala pun menaruh dua pitring pada tangannya di depan kedua pria itu.

"Hmmm! Enak banget!" puji Abel saat menikmati suapan pertamanya.

"Lo beneran Istri idaman, La!"

Lala yang kembali setelah mengambil satu piring nasi goreng untuk dirinya hanya bisa tersenyum mendengar pujian itu.

Bukan hanya Abel, Rendi pun ikut memuji hasil masakan yang dibuat sahabatnya. Lidah memang tidak bisa bohong, Laki-laki itu merasa lidahnya sedang dimanja oleh makanan yang ia makan.

"La, lo mau gak buatin gue bekal besok?" tanya Abel ditengah-tengah makan mereka. "kayaknya gue bakalan kangen masakan lo deh di tempat kerja, secara masakan lo ini top banget! Rasanya sayang kalo sehari aja gue gak makan masakan ini."

Rendi menyenggol Abel dan berkata, "Eh, enak aja lo nyuruh-nyuruh anak orang. Dia juga kerja kali. Kalo lo mau dibuatin, lo harus tinggalin uang buat belanja bahan makanan jangan maunya dibuatin aja. Yang selalu tok bahan makanan di sini cuma gue. Lagian bukan cuma lo doang yang mau dibuatin bekal, gue juga."

"Iya-iya gue bakalan tinggalin uang buat bahan makaan. lagian gue gak pernah stock itu karena gak ada yang masak. Lo cuma masak buat diri lo sendiri dan Ditta gak pernah masak. Yaudah gue ngewarteg aja."

"Yaudah mulai pagi ini kita taruh uang buat bahan makanan di atas meja ini," kata Rendi.

"Okee, gue setuju," sambung Abel.

"La, mulai besok buatin kita bekal ya?" pinta Abel dan Rendi beramaan.

Lala tertawa kecil kemudian mengangguki permintaan mereka. Melihat tingkah dua pria itu, ia bersyukur berada diantara mereka. Meskipun jauh dari keluarganya, ia seperti memiliki keluarga baru di sini.

*****

Di perjalanan pulang Adnan menatap kosong pandangan di depannya. pria itu fokus pada kemudinya, namun ia juga memikirkan sesuatu yang menghantui pikirannya. Apalagi kalau bukan adegan ciumannya dengan Lala saat detik-detik film habis.

Ini semua gara-gara Raka, dia yang menyarankannya untuk melakukan hal tersebut. Ketika memberikan tiket nonton Adnan sempat menolaknya. Namun, ia takut Gladys akan curiga jika ia menerima tawaran pernikahan atas dasar mengembalikan kejayaan perusahaan. Pokoknya Adnan ingin Gladys berpikir bahwa ia memiliki perasaan yang yang sama, tapi dirinya tidak tahu harus berbuat apa.

"Ah, kalau gitu mah gampang. Lo ajak aja dia nonton, kebetulan banget kan gue ada dua tiket nonton buat lo," kata Raka waktu itu.

"Jadi, yang harus gue lakuin nonton doang nih?" tanya Adnan.

Raka tertawa lebar, sepupunya ini memang benar-benar buta tentang cinta.

"Ya kagak lah,lo kira nonton yang ini itu sama aja kayak lo nontion tv di rumah? Beda atuh, Nan!" kata Raka. dirinya benar-benar frustasi mengajari Adnan bagaimana caranya pacaran dengan cara yang baik dan benar. "Kalian itu pasangan, pergi berdua, nonton berdua. Jadi gak cuma diam aja dan urusin urusan masing-masing. Gak gitu konsepnya."

"Ya terus gimana? Cepetan kasih tahu," kata Adnan. Keduanya mengobrol di jam kerja Adnan. Sissy sudah member kode untuk Andan supaya bersiap untuk menemui client, namun pria itu masih penasaran dengan jurus jitu Raka sang ahli cinta. Alhasil, Adnan meminta Sissy mengulur waktu sedikit lama lagi pada pertemuannya dengan clinet. Raka memang tidak punya sopan santun karena menemuinya di jam kerja dan membuatnya penasaran di saat-saat penting.

"Nih ya!" seru Raka mendekatkan posisi duduknya pada Adnan. Ia ingin muridnya dapat menangkap pelajaran tentang cinta yang ia ajarkan. "Pertama, lo harus jemput dia. Cewek itu suka banget kalau si cowok jemput dia ketika mereka mau pergi." Mendengar penjelasan itu membuat Adnan mengambil buku catatan dan alat tulis di mejanya kemudian mencatat apa yang dikatakan raka. "Kedua, lo harus belanjain dia. Cewek macam Gladys itu termasuk cewek yang mahal. Dia selalu memakai barang-barang branded dan lo harus tahu selera belanjanya."

"Emangnya serumit itu ya gue harus sampai tahu selera belanja dia?" tanya Adnan.

"Heeeh, jangan salah. Tanpa kita sadar, cewek itu tahu tentang kita," jawab Raka dengan cepat. Pria itu sangat ahli tentang hal yang seperti ini.

"Diam-diam dia mencari tahu apa yang kita suka, apa yang kita mau, selera makanan kita, dan lain sebagainya. Inget, Nan, cewek itu lebih hebat stalking-nya. Cara dia mencari informasi itu lebih hebat dari agen FBI atau CIA. Jadi lo harus hati-hati." Mendengar hal tersebut, Adnan pun mengangguk dan segera mencatatnya.

"Yang ketiga itu ucapan, di sini lo pasti ngerti kan?" tanya Raka mengeres Adnan apakah pria itu mengerti atau tidak.

Yang Raka harapkan adalah Adnan akan mengangguk, namun kenyataannya pria itu malah menggeleng. Raka terkejut melihatnya, sepupunya ini memang tidak tahu apa-apa soal cinta. Bahkan hal sesimple ini saja dia tidak tahu.

"Ucapan? Apaan itu maksudnya?" tanya Adnan.

"Ucapan Nan, ungkapan kasih sayang lo sama pasangan lo. Masa lo gak ngerti sih?"

Dengan mengeluarkan ekspresi tidak mengerti membuat Raka bertepuk jidat, sepertinya ia harus bersabar mengajari sepupunya ini.

"Nih ya, contoh ungkapannya itu, 'I LOVE YOU', 'I MISS YOU'. Masa kayak gitu aja harus diajarin sih," kesal Raka. laki-laki itu menjauhkan posisi duduknya dengan Adnan karena lama kelamaan kesal dengan pengatehuan Adnan yang buta tentang percintaan.

Adnan pun mencatat poit ketiga, setelah itu menutupnya. Melihat pria itu berhenti mencatat membuat Raka menyuruhnya membukanya kembali dan mendengarkan point k eke empat. Adnan terkejut karena masih ada lagi yang harus ia catat.

"Seriusan ini masih ada lagi???"

"Iya masih ada. Lo pikir cuma tiga doang.?"

Adnan mengangguk mengiyakannya. Pria itu hampir stress, padahal Raka baru memberinya 2 tips.

"Sebenernya mah banyak banget, Nan. Tapi buat lo yang emang pemula banget masalah beginian gue kasih tiga aja deh, biar lo gak stress." Lagi-lagi Adnan hanya bisa mengangguk dan menyiapkan catatannya. Rak apun melanjutkannya. "Yang ketiga adalah tindakan. Cinta tanpa tindakan itu sama aja omong kosong. Jadi lo harus punya banyak inisiatif untuk mengungkapkan rasa cinta lo dengan tindakan."

Untuk point keempat ini Adnan mencatatnya dengan perasaan sedikit malas, pasalnya pria itu sudah tidak bersemangat membahas ini. Pria itu sudah sedikit bosan membahas tentang perempuan yang sangat rumit untuk doipelajari.

"Eh tapi Nan,kayaknya point ke empat bisa langsung lo praktekin deh pas nonton nanti," kata Raka mengeluarkan ekspresi mesumnya.

"Maksud lo apa?" tanya Adnan tidak mengerti.

"Sini gue bisikin," kata Raka menyuruh Adnan mendekatkan telinganya.

Rencana Raka adalah Adnan harus mencium Gladys tepat di bibirnya saat film berhenti berputar. Dalam keadaan gelap tidak akan ada yang tau apa yang keduanya lakukan, itulah kenapa Raka mengatakan kalau point keempat bisa langsung Adnan peragakan saat menonton nanti.

Adnan hanya mengiyakan perkataan Raka pada saat itu tampa berpikir akan menlakukannya. Namun saat beberapa detik sebeum film habis, terlintas di pikirannya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu pun menarik tubuh gadis disebelahnya dan melakukan apa yang Raka ajarkan padanya. Namun, Adnan merasakan sesuatu yang janggal. Gladys yang memiliki tubuh tinggi dan bentuk badan yang bagus berubah menjadi bentuk yang mungil. Dalam kegelapan ia tidak bisa melihat siapa yang diciumnya, namun ia tetap melanjutkan apa yang sudah ia lakukan setengah jalan. Setelah lampu menyala betapa terkejutnya Adnan bahwa Gladys berubah menjadi perempuan yang waktu itu memaksanya untuk mengantarkannya pulang.

Mengingat hal tersebtut membuat Adnan kesal. Pria itu memukul setirnya. Kenapa gadis itu tiba-tiba muncul dan menggagalkan rencananya?!

Di sebelahnya Adnan, Gladys terus mengoceh tentang hari ini, ia juga mengomentari film yang ia tonton bersama pacarnya tadi. "Aku kalo gak suka sama sebuah film emang gitu, 15 menit sebelum film habis aku pasti keluar. Maaf ya, aku begitu. Lagian aku kecewa, film yang selama ini aku tunggu-tunggu ternyata gak sesuai dengan ekspetasi aku."

Gladys menoleh ke arah Adnan, pria itu seperti tidak sedang memperhatikannya dan malah asyik dengan dunianya sendiri.

"Adnan!" seru Gladys menmbuyarkan lamunan Adnan.

"Eh, iya. Kenapa, Dys?" tanya Adnan sekilas menoleh ke arah kekasihnya.

"Kamu tuh daritadi perhatiin aku ngomong gak sih?" protes Gladys. Ini hal yang paling Adnan tidak suka, ketika cewek ngambek.

"Dengerin kok, tapi aku sedikit gak fokus karena harus lihat jalan. Jadi maaf ya kalau aku kelihatan sedikit gak dengerin." Mendengar alasan Adnan yang logis membuat Gladys dapat memakluminya. Adnan menghembuskan napas lega, akhirnya ia bisa keluar dari zona merah.

*****