Mama menatap putranua terkejut, ia menarik Zayn ke pelukannya, mengusap pelan surai hitam putranya. Di mata seorang ibu, sedewasa apa pun anaknya, mereka masih anak kecil menurut mereka. Dan Mama Zayn juga menganggap hal yang sama, Zayn masih kecil di matanya.
Wanita itu tersenyum. Zayn sudah dewasa, sudah patah hati karena cinta. Dulu, lelaki itu menangis karena tak dibelikan mainan, atau jatuh dari sepedanya.
"Kenapa? Kok bisa putus?" Mama bertanya.
Zayn tak berniat menarik kepalanya dari pundak sang Mama, rasa malu mendera saat menyadari jika dirinya menangis layaknya anak kecil.
"Zara tahu kalau Zayn jadiin dia taruhan. Tapi beneran Ma, Zayn udah cinta sama Zara. Zayn tulus, walau awalnya emang Zayn ngaku kalau Zayn salah." Zayn berujar lirih, suaranya teredam pundak sang Mama, namun untungnya wanita paruh baya itu masih bisa mendengarnya.
"Zara nggak mau dengerin penjelasan kamu?" Mama kembali bertanya, tangannya tak kunjung berhenti mengusap puncak kepala Zayn.