Mahendra melangkahkan kakinya pelan menghampiri Azura. Lelaki itu mengusap bahu keponakannya dengan mata yang memancarkan penuh rasa bersalah.
"Maaf, ya, Azura. Om minta maaf banget atas nama Zara." Mahendra berujar dengan pelan.
Azura sendiri menganggukkan kepalanya pelan sembari memegangi pipi kirinya yang jadi bekas tamparan Zara. Ia menatap Mahendra dengan penuh senyuman.
"Nggak apa-apa, Om, aku juga ngerti kok." Azura berujar demikian.
Mahendra menoleh tatkala melihat Nenek yang berjalan tergesa penuh kekhawatiran ke arah cucu kesayangannya. Mahendra sendiri menoleh ke arah tangga, dan segera berjalan ke arah sana tanpa kata. Hingga akhirnya langkahnya berhenti di depan pintu kamar Zara yang tertutup. Mahendra menghela napas berat, lelaki itu mencoba membuka pintu kamar Zara, hanya saja terkunci.
Mahendra menghela napasnya beberapa kali sebelum akhirnya memilih untuk mengetuk pintu kamar Zara.
"Zara, buka pintunya," ujarnya dengan nada tegas di dalamnya.