Zara mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Pikirannya masih kembali melayang ke pada pertemuannya dengan Zayn kemarin sore. Laki-laki itu ... secepat itu punya pacar baru?
Merasa pikirannya mulai ngawur, Zara segera menggelengkan kepalanya dengan kuat. Ia menghela napasnya berat. Seharusnya ia tak perlu memikirkan hal itu, karena jelas itu bukanlah urusannya lagi. Dan lagi pula, ia sendiri yang meminta Zayn untuk pergi. Ia juga sudah merasa bahwa ia mulai mencintai Ghibran. Tapi kenapa sekarang ... hatinya merasa tak rela kalau Zayn pacaran? Zara benar-benar merasa sangat amat tak rela akan hal itu.
"Ck ... bodoh." Zara memukul kepalanya dengan pelan, membuat ketiga temannya itu menoleh bingung ke arahnya.
Zivana menatap Zara dengan bingung, "Kenapa, Zar?" tanyanya dengan bingung.
Dan Zara segera menggelengkan kepalanya pelan, "Nggak apa-apa, kok," ujarnya pelan.
