Tidak cukup jauh dari tempat kami berada, dapat terdengar suara yang memiliki kesan sedikit rusuh.
Pada awalnya, aku pikir tersebut hanya berasal dari hembusan angin yang terlalu kencang saja sehingga membuat hutan ini terdengar lebih berisik daripada biasanya.
Namun, siapa yang akan menduga jika akan seperti ini jadinya...
Situasi yang mencekam.
Ke manapun aku melihat, mereka ada di mana-mana!
Dikelilingi oleh mereka, sekawanan Clipart dan Evil Tree.
"Ki--Kita dikepung!"
Ooi, oi, aku baru saja ingin mengatakan itu!
Mengapa kau malah seenaknya mencuri kalimatku begitu saja?
Yah, biarlah.
"...?! A--Apa-apaan ini? Padahal aku dengar jika Clipart dan Evil Tree itu tidak pernah akrab. Lantas, mengapa mereka malah bisa bersama-sama seperti ini? Apa mungkin ada perang antar 'hutan'?"
"Aku hargai lelucon-mu itu untuk mencairkan suasana yang mencekam ini, tapi tetap saja kurasa sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukannya."
"Berisik, aku juga tahu soal itu."
Kalau kau sudah mengetahuinya, lantas mengapa kau masih tetap melakukannya...?
Berdasarkan perkataan Rord yang barusan, aku bisa menyimpulkan jika terdapat beberapa jenis monster yang sekiranya tidak terlalu akrab antara satu sama lain, mungkin dikarenakan perebutan wilayah atau konflik yang mirip dengannya.
Pasti ... pasti ada sesuatu yang menjadi pemicunya.
Jika mereka semua bahkan sampai berkumpul seperti ini ... pasti ada yang memanggil mereka.
Apa mungkin ini adalah perbuatannya?!
Aku melihat ke arah Clipart yang tumbang di dekat kami.
Di awal tadi, mungkin ia mengaum dengan kencang karena ia ingin memanggil kawanannya.
Tidak, itu sedikit tidak masuk akal untuk jadi alasannya.
Dia melakukannya sebelum menyadari keberadaan kami, jadi teori itu bisa dipatahkan dengan sedikit usaha lagi.
Namun, jika yang ia hendak panggil hanyalah kawanannya, lantas mengapa para Evil Tree yang berasal dari kelompok yang berbeda juga ikut berkumpul di sini?
"!"
Pasti ada yang mengumpulkan mereka! Sosok pemimpin yang mampu menyatukan dan memerintah dua kubu yang saling bertentangan antara satu sama lain.
Namun, jika itu benar, apa itu artinya--?
Aku yang dari tadi sedang memandang ke bawah segera mengangkat kepalaku untuk melihat ke depan.
Di sana, terdapat sosok yang kurasa merupakan pimpinan mereka.
Sosok tersebut memiliki penampilan yang cukup menyeramkam.
Meskipun kami sudah pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi aku tetap masih saja selalu merasa merinding ketika melihatnya.
Dia adalah ... seorang boss, The Elder!
Aku tidak menduganya ... apa yang dia inginkan dari kami?
Apa mungkin dia ingin balas dendam kepada Lucia? Namun, untuk apa? Seingatku, serangan Lucia bahkan hampir tidak memiliki efek apapun padanya.
"Oi, Lucia! Aku akan langsung terus terang saja padamu, tapi kurasa situasi ini bisa terjadi karena hasil dari perbuatanmu!"
"Huh?! Mengapa malah jadi seperti itu?"
"Mungkin saja si The Elder itu merasa marah padamu karena kau pernah menyerangnya waktu itu!"
"Jangan bercanda! Dia-lah yang lebih dulu tiba-tiba saja menyerangku!"
...? Apa itu benar?
Emm ... kalau aku tidak salah ingat...
Aku pernah mendengar sesuatu dari salah seorang petualang ketika sedang bersantai di guild guild.
Kalau tidak salah ... mereka pernah berkata jika The Elder itu bukanlah sosok yang memiliki dendam terhadap makhluk seperti manusia.
Bisa dikatakan, mereka hanya akan menyerang jika merasa telah diganggu oleh manusia.
Jadi, sepertinya bukan Lucia-lah yang menjadi penyebabnya.
...? Tunggu. Manusia?
Pada saat itu, aku langsung bisa menyadarinya.
Aku menoleh pada Rord yang sedang memasang posisi siaga.
Aku mendekatinya dan langsung mencubit-cubiti pipinya yang lembut.
"Jadi, kau lah pelakunya, ya...!"
"Ooi! Apa yang kau lakukan di tengah-tengah situasi yang genting begini?! Ini bukan waktunya untuk bercanda, tahu!"
"Berisik! Aku sudah tidak peduli soal itu!"
Rord melepaskan diri dariku dengan paksa dan segera menjauh untuk membuat jarak yang tidak terlalu jauh agar aku bisa berhenti mencubit-cubiti pipinya.
"A--Apa yang kau maksudkan? Apa kau benar-benar ingin mati konyol?! Asal kau tahu saja, bahkan diriku juga akan turut sedih kalau kau sampai mati konyol, tahu."
...? E--Eh? Apa barusan dia secara tidak langsung telah menyatakan jika dirinya benar-benar peduli padaku?
Sial. Kenapa aku malah jadi tersipu begini...?
"Te--Tentu saja tidak, bodoh! Setidaknya, aku masih ingin mendapatkan ciuman pertamaku dengan seorang gadis cantik!"
Aku segera mendekatkan diri dengan Rord dan menahan kedua lengan mungilnya yang lemah dengan paksa agar ia tidak bisa memberontak.
"Ooi! Apa yang ingin kau coba untuk lakukan?! Me--Menjauhlah!"
Seorang gadis cantik mungil yang tidak berdaya sedang berada dalam peganganku.
Maksudku, bukankah tujuanku yang sebenarnya sudah terlihat dengan sangat jelas?
Mengarahkan bibirku yang seksi ke arah Rord, aku melakukannya dengan perlahan-lahan.
"He--Hey. Aku sedang tidak bercanda sekarang, ja--jadi, ooi! Menjauhlah, dasar lolicon!"
Bukankah beberapa saat tadi kau baru saja membuat lelucon?
"He--Hey...! Setidaknya, aku ingin suasananya terasa sedikit romantis--!"
Tepat setelah mendalami hal yang ia katakan, aku langsung segera menyadarinya dan menjauh dari Rord.
"Kalau dipikir-pikir, benar juga. Meskipun dia merupakan sosok yang sangat cantik, tidak akan ada gunanya jika suasana yang dihasilkan sangat buruk. Itu hanya akan memperburuk momennya!"
Rord menghela napas lega ketika aku melepaskan kedua lengannya.
"Aku sempat khawatir akan bagaimana jadinya tadi ... dan juga, kau bahkan tidak membantahnya, ya..."
"Fakta apa?"
"Itu loh ... jika dirimu merupakan seorang 'lolicon'..."
"Hey, kalian! Aku sudah memerhatikannya sejak awal, tapi bukankah situasi sekarang ini sangat gawat?"
"Kau benar."
"Jadi, apa rencananya?"
"Meskipun kau bertanya seperti itu padaku..."
Hasilnya nihil. Aku tidak mendapatkan pemikiran apapun jika sudah berada dalam situasi yang sedang dikepung begini.
Maksudku, bukankah ini sudah jelas-jelas terlihat sangat mustahil?
Tidak, tunggu.
Kurasa tidak.
Seingatku, aku pernah melihat Lucia melompat dengan sangat tinggi ketika dirinya sedang bertarung dengan The Elder.
Apa dia mampu melakukannya sembari membawa kami berdua bersamanya?
"..."
Tidak. Aku tidak yakin dia bisa melakukannya dengan mudah.
Namun, untuk memastikan, kurasa aku bisa menanyakannya terlebih dahulu padanya.
"Hey, Lucia. Apa kau bisa kabur dari sini dengan cara melompat dengan sangat tinggi seperti yang pernah kau lakukan sebelumnya?"
"...? Ya, aku bisa! Namun, jika kau bertanya apakah aku juga bisa membawa kalian bersamaku, aku tidak yakin soal itu."
"Tidak, itu sudah cukup. Kau tidak perlu melakukannya. Kau bisa pergi sendirian."
"...?! Kalau begitu, bagaimana dengan kalian?"
Berisik, dasar Si Pirang Himedere.
Aku juga lagi sedang memikirkannya, tahu.
Aku tidak menjawab pertanyaan Lucia dan kembali lanjut memikirkan langkah selanjutnya.
Jadi begitu, kurasa memang mustahil baginya untuk turut membawa kami bersama dengannya...
Lalu, kalau begitu ... pikirkanlah, pikirkanlah.
Apa cara terbaik untuk menyelamatkan diri dari situasi ini?
Sembari melihat ke arah sekawan Clipart dan Evil Tree yang perlahan sedang berjalan mendekati kami.
Aku tiba-tiba saja mendapat pemikiran akan sebuah ide yang cukup gila.
Aku tidak yakin jika ini akan berhasil, tapi ini layak untuk dicoba.
"Hey, Lucia! Seperti yang kukatakan barusan, kau sudah bisa pergi sendirian. 'Jangan khawatirkan soal kami', aku ingin mengatakan itu, tapi kurasa itu terkesan terlalu sombong untuk dikatakan."
Yah, mengingat aku bukanlah orang spesial.
"Ba--Baiklah. Namun, untuk jaga-jaga, aku akan tetap melihat kalian dari kejauhan, ya!"
"Ya, mohon bantuannya."
Aku mengancungkan jari jempolku pada Lucia.
Yah, meskipun akan lebih baik jadinya jika kau mencari pertolongan, sih..."
"O--Oh, baiklah. Aku berubah pikiran, kurasa aku akan mencari pertolongan saja."
...? Apa dia baru saja membaca pikiranku?
Aku melihati Lucia yang mengalihkan pandangannya.
Apa itu hanya perasaanku saja?
Aku memulai pembicaraan baru dengan Rord yang sedang membuat beberapa gestur yang lagi-lagi tidak kukenali dengan kedua tangannya.
"Hey, Rord. Apa kau bisa membuat lingkaran itu saat sedang digendong?"
Aku maju ke depan dan berdiri tepat di hadapan Rord.
"Huh? Apa yang kau maksudka-- e--eh?!"
Aku mengangkat Rord dan membawanya ke punggungku untuk digendong.
Membuatku bisa merasakan sensasi dari payudaranya yang hanya tumbuh sedikit saja.
Yah, lebih tepatnya mungkin payudara yang sedang dalam masa pertumbuhan, sih.
Memegangi paha putihnya yang tertutupi oleh stocking hitam di masing-masing kakinya, aku bisa merasakan sensasi luar biasa dari kulitnya yang sangat mulus.
Meskipun tidak menyentuhnya secara langsung, tapi tetap saja stocking yang tipis ini masih dapat membuatku merasakan sesuatu yang mirip dengan kelembutan yang ajaib.
Aku tahu jika ia pasti tidak akan memperbolehkanku untuk menyentuhnya walaupun sudah meminta izin, maka dari itu aku melakukannya tanpa perlu membuat dirinya berpikir terlebih dahulu.
Hal ini membuat hatiku berdegup kencang dan jujur saja membuatku sedikit tersipu malu.
Namun, untung saja aku berhasil untuk menutupinya dengan senyuman yang terkesan terpaksa.
Bisa rumit jadinya jika dirinya sampai tahu hal itu.
Kalau begitu, langsung saja kita laksanakan rencananya!
"Apa kau sudah siap, Rord?"
Aku mengatakannya dengan suara lantang sehingga monster-monster yang ada di sekeliling kami langsung spontan mengarahkan pandangan mereka kepada kami.
"E--E--E--Eh?! Siap untuk, apa?!"
"Sekarang, Lucia!"
"Oh, jadi begitu rencananya. Baiklah, dimengerti!"
Sesuai dengan sinyal yang kuberikan, Lucia melompat dengan sangat tinggi. Lompatannya bahkan membuat dirinya sampai berada dalam posisi yang jauh lebih tinggi daripada pohon-pohon yang ada di sekitar kami.
Aku masih bingung soal bagaimana cara dia bisa melakukan hal tersebut, tapi aku rasa dirinya bisa melakukannya dengan menyalurkan mana pada kedua telapak kakinya.
Yah, itu hanya teori yang asal kubual, sih...
Dikarenakan lompatan tersebut, semua perhatian pun langsung teralih pada dirinya.
'Misdirection'.
Sebuah bentuk penipuan dengan tujuan untuk menarik perhatian penonton ke satu hal lain agar dapat mengalihkan pandangannya.
"Bukan hanya pemain basket saja yang bisa melakukannya, tahu!"
Aku berlari menuju ke arah salah satu monster pohon yang ada di hadapanku.
Perhatian mereka masih tertuju pada Lucia.
Bagus. Sepertinya mereka masih belum menyadari posisiku dan Rord.
Hanya tinggal sedikit lagi dan aku sudah hampir ke tempat tujuan.
Tepat ketika sudah berada hampir di hadapan para monster pohon, aku pun segera meluncur di antara celah-celah yang ada di antara mereka, menjatuhkan badanku ke belakang dan mengayunkan salah satu kakiku ke depan.
Ini sangat sulit untuk dilakukan karena aku perlu memindahkan Rord ke dadaku dengan cepat, tapi untung saja aku berhasil melakukannya walaupun sudah hampir kehabisan napas.
Aku berlarian tanpa arah sampai akhirnya berhenti dan pergi duduk bersandar ke salah satu pohon yang sebelumnya sudah kupastikan bukan merupakan salah satu monster.
"Ka--Kau mengejutkanku ... aku kira kau ingin melakukan apa tadi..."
"Maaf, karena telah melakukannya tanpa memberitahumu terlebih dahulu."
"Yah, biarlah. Yang berlalu biarkanlah berlalu. Yang lebih penting ... apa kita sudah berhasil lolos?"
"Sepertinya begitu..."
Aku yang sekarang ini duduk di atas tanah pun menyadari sesuatu...
Aku memang baru saja menyadarinya, tapi...
Karena sebelumnya aku memindahkan dirinya dengan sangat cepat, aku pun secara tidak sengaja telah memeluknya dengan sangat erat.
Aku tidak ingin terlalu melebih-lebihkannya, tapi ... aku rasa Rord tidak menyadarinya ... jika sekarang ini aku benar-benar bisa merasakan sensasi dari dua buah payudara mungilnya dengan sangat jelas!
Karena aku telah memeluknya dengan sangat erat barusan, posisi di antara kami pun membuat tubuh kami jadi menempel antara satu sama lain.
Masih berada dalam posisi tersebut, aku bisa meraskan suhu tubuhnya yang terasa hangat.
Kurasa memang hal itulah yang akan dapat kau rasakan ketika dirimu baru saja selesai berlari-lari.
Ini adalah sebuah pengalaman baru.
Aku akhirnya dapat merasakan sensasi kulit putihnya yang lembut dengan lebih jelas.
"..."
Napasku menjadi tidak teratur.
Kelihatannya dia juga merasakan hal yang sama.
Wajah kami benar-benar sangat berdekatan.
Dalam jarak yang sangat dekat begini ... aku bahkan bisa mendengar suara napasnya dengan sangat jelas.
Terlebih lagi ... dirinya yang berada persis di atas tubuhku benar-benar membuat tubuhku terasa berbeda daripada biasanya. Mungkin karena itu jugalah aku jadi mengalami sedikit kesulitan dalam bernapas.
Dikarenakan tinggi badan kami yang berbeda, ia akhirnya memelukku dengan meletakkan lengannya melingkari leher serta bahu-ku.
Masih berada dalam pangkuanku, ia memasang ekspresi polos layaknya seorang anak kecil yang tidak memahami situasi pada wajahnya yang terlihat berkeringat.
Namun ... kelihatannya dia juga tidak menyadarinya ... jika sekarang ini dirinya sedang menduduki benda milikku yang perkasa.
Aku dan Rord saling bertukar pandangan.
Bukannya karena apa-apa, tapi ... entah mengapa wajahnya yang basah karena keringat malah membuatnya dirinya terlihat lebih erotis...!
Tidak menutup fakta juga jika kami sudah saling bertukaran cairan tubuh sejak tadi.
I--Ini tidak baik untuk jantungku...
Ba--Bagaimana ini...?!
Aku sedikit khawatir akan diriku yang bisa saja mulai membangkitkan sebuah fetish baru dikarenakan kejadian ini...
"Hey, Lort."
"I--Iya?!"
"...? Mengapa kau terlihat terkejut begitu?"
Rord sedikit memiringkan wajahnya sembari menanyakan hal tersebut padaku.
Tidak. Ini tidak bisa terjadi.
Dia terlalu imut, woi!
"..."
Aku tak menjawab pertanyaannya dan hanya memandangi wajahnya saja.
Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pandanganku, tapi kedua mataku tetap saja selalu mengkhianatiku.
Yah, aku tak bisa menyalahkan mereka.
Percuma juga melakukannya, sih...
"Mau sampai kapan kita berada dalam posisi seperti ini?"
"A--Ah-- soal itu, ya...-- u--um..."
"--lupakan saja. Aku cukup yakin dirimu masih kehabisan napas karena baru saja berlari-larian. Maka dari itu, biarkanlah diriku menyembuhkan hal itu sebentar, sebagai perawat privat-mu."
Rord menyadarkan kepalanya ke dadaku, melepaskan pelukannya dan ikut meletakkan kedua tangannya ke dadaku sembari tersenyum dengan manis.
Karena melakukannya dengan tiba-tiba-- tidak, mau itu tiba-tiba ataupun sudah kuketahui akan terjadi, aku yakin jika diriku masih akan tetap terkejut karenanya.
Membuatku dengan spontan untuk langsung mengarahkan pandanganku ke tempat lain.
.....
"He-He. Dalam posisi ini, aku bisa mendengar suara detak jantungmu. Yah, meskipun hanya secuil saja, sih."
"?!"
Aku sedikit bergetar karena terkejut.
A--Apa suara detak jantungku benar-benar bisa didengar oleh dirinya?
Bukannya menyembuhkanku, sepertinya ini malah akan membuatku semakin sakit...
Setelah kupikir-kupikir lagi, bukankah ini adalah hal yang umum untuk dilakukan oleh para pasangan...?
Aku heran bagaimana cara mereka para 'normies' bisa bertahan dari jumlah rasa malu ini.
"!"
A--Apa mungkin dia dengan sengaja melakukannya untuk menjahiliku?!
Untuk memastikannya, aku kembali mengalihkan pandanganku kepada Rord yang sedang memasang ekspresi senyuman manis di dadaku.
"..."
Yah, kalaupun memang benar jika ia melakukannya dengan tujuan hanya untuk menjahiliku saja, aku tak akan mempermasalahkannya.
Hanya dengan rasa nyaman ini saja, aku dapat berpikir seperti itu.