Cukup lama Mita bersembunyi di suatu sudut tak jauh dari perkumpulan orang-orang serba berpakaian hitam itu hingga satu persatu dari mereka mulai menghilang entah ke mana.
Saat merasa keadaan sudah sepi, Mita mulai melakukan pergerakan dengan mengendap-ngendap dan tetap waspada.
Mita dengan langkah pelan dan sangat hati-hati mulai menaiki ratusan anak-anak tangga yang berhasil mengantarkan nya pada lantai teratas bangunan kastil tersebut.
"Hufthhh capek dan haus sekali... " gerutu Mita dengan napas ngos-ngosan saat berada di suatu ruangan penuh furniture mewah bergaya clasic.
Di bagian atas ini pencahayaan sudah bagus dengan adanya penerangan dari lampu yang di aliri energi listrik.
Mita terus berjalan menuju suatu pintu kayu besar dan berharap benda yang terbuat dari kayu itu tidak terkunci.
Sebisa mungkin dengan perlahan Mita membuka pintu kayu itu.
Kritttttt
Di ruangan itu nyaris tidak ada perabotan apapun selain kursi tua di sudut nya yang agak gelap.
Mita menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatan nya. Dengan debaran jantung yang bertalu-talu Mita tetap berjalan dan semakin meyakinkan dirinya jika tindakan nya kali ini membuahkan hasil.
"Sayang..." ucap Mita saat telah sepenuhnya yakin jika lelaki tua di depan nya ini benar suami nya, Anthony Alexander.
Anthony yang tadi nya hampir terlelap sontak terkesiap dan sangat terkejut melihat kehadiran istri baru nya dihadapan nya, Selomita.
"Ini benar kau.. Syukur lah aku menemukan mu. Kau tahu aku sangat mengkhawatirkan mu " ucap Mita yang sudah berderai air mata.
Wanita perkasa itu menangis huh.
Yaa sekuat apapun seorang wanita pasti memiliki titik terlemah dalam dirinya.
Melihat suami nya yang sudah tua itu duduk terikat di kursi kayu dengan bahan peledak terpasang di tubuh nya. Hati perempuan mana yang kuat melihat semua itu.
"Semua akan baik-baik saja" ucap Mita lagi.
Anthony hanya bisa menggeleng dan itu membuat Mita bingung.
"Sayang dengar. Aku akan membebaskan mu. Kita akan keluar dari tempat ini dengan selamat " ucap Mita sambil membantu melepas sumpal di mulut suaminya itu.
Anthony kembali menggelengkan kepalanya.
"Kenapa kau ada di sini? " tanya Anthony.
"Di sini sangat berbahaya. Tidak seharus nya kau ada di sini. Aku tidak ingin kau terlibat lebih jauh lagi , sayang" sambung Anthony lagi.
"Bagaimana mungkin aku berdiam diri saja saat suami ku dalam bahaya. Kau tau Anthony. Aku tidak ingin kau mati konyol di tempat ini dan aku harus jadi janda karena hal itu " gerutu Mita yang sudah mencoba melepaskan jeratan tali pada tubuh Anthony.
"Selomita.. Dengar kan aku. Sebaiknya kau pergi sekarang juga. Selamatkan dirimu.. "
"Dan membiarkan mu sendirian dengan bahan peledak yang sewaktu-waktu bisa meledakkan dirimu. Begitu.." ucap Mita cepat memotong ucapan Anthony.
Mita memang keras kepala dan bukan lah hal mudah untuk membujuknya saat ini.
Anthony semakin cemas saat mendengar derap langkah mulai mendekat ke ruangan di mana dia berada.
"Sial.. Kenapa sulit sekali melepas simpul yang membelit mu huh" geruru Mita yang sudah mengeluarkan pisau lipat di balik kaus kaki nya.
Dia akan menggunakan benda tajam itu untuk membantu melepas jerat simpul di tubuh suami nya.
"Kau dengar itu. Mereka semakin dekat" ucap Anthony khawatir. Dia tak ingin wanita yang kini menjadi isteri nya itu harus berhadapan dengan para mafia itu . Memang Mita adalah wanita perkasa , tapi sekuat apa pun tetap tak bisa bersaing dengan kekuatan lelaki terlatih semacam mereka.
"Cepat sembunyi..!!" kata Anthony lagi.
Mita yang sama cemas nya dengan suaminya itu hanya bisa menggeleng dan terus mencoba memotong jerat pada tubuh tua di depannya.
"Sedikit lagi.. Ahh seperti nya pisau ini tumpul.. " keluh Mita yang tak menghiraukan perkataan suaminya itu.
Drap
Drap
Drap
Krekkkkkkkkkk
Suara pintu yang terbuka itu replek membuat keduanya menoleh ke arah beberapa orang yang mulai masuk ke dalam ruangan itu.
Beruntung bagi Anthony dan Mita yang berada di sudut tergelap ruangan yang hanya mengandalkan penerangan dari alam.
Yaa di ruangan Anthony di sekap memang sengaja tidak di pasang penerangan apapun.
"Selomita . Cepat sembunyi.. " ucap Anthony terdengar seperti perintah setengah berbisik.
"Tidak. Kita akan hadapi semua ini bersama " tolak Mita cepat sambil berbisik.
"Aku akan baik-baik saja. Percayalah padaku. Mereka tidak akan menyakiti ku "
"Tidak sayang..." Mita menggeleng. Dia tidak ingin bergerak menjauh dari suaminya itu.
Tapi keadaan semakin mencekam saat orang-orang jahat itu lebih dekat lagi. Dan semakin dekat.
"Masih betah di sini ayah.. " ucap salah satu suara dari beberapa orang yang datang.
Tanpa sadar tubuh Mita bergerak pelan ke arah samping tembok membuat dia tersembunyi di sudut dekat pilar besar.
"Tadi nya aku ingin segera meledakkan mu saat ini juga karena adik ku itu sudah melanggar aturan main yang ku tetapkan"
Rasanya tenggorokan Mita semakin tercekik mendengar perkataan terkutuk dari lelaki asing yang memanggil suaminya ayah.
"Jadi dia anak lelaki itu. Ralat lelaki dewasa seumuran Jake " gumam Mita dalam hati. Mita sudah mengetahui semua rahasia masa lalu dari suami nya itu .
Dari tempat nya berada saat ini dia masih bisa melihat pemandangan di dekatnya meski sangat minim cahaya.
"Lakukan lah. Bunuh aku sekarang. Kau tak perlu ragu. Jika kematian ku itu adalah bayaran yang setimpal untuk perbuatan ku di masa lalu maka percepat lah . " ucap Anthony seolah tak sayang akan nyawa nya.
Mendengar perkataan suaminya yang terkesan pasrah sontak mengagetkan Mita dan hampir saja dia melangkah keluar dari sudut yang membantu nya bersembunyi.
"Si tua itu . Seenak nya bicara begitu. Dia serius mau jadikan aku janda ? sialan ! " gerutu Mita dalam hati.
Jrenggggg
Ah sial. Tak sengaja Mita menginjak suatu kaleng kosong hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring hingga mengundang derap langkah berat mendekat ke arah nya.
"Ternyata kegaduhan di luar sana hanya pengalihan perhatian saja. Ahahahahah. Betapa bodoh nya aku yang baru saja menyadari itu. Baiklah kita akan lihat siapa yang berada di balik pilar besar ini. Aku akan melangkah sangat santai agar suasana mencekam ini semakin menjadi ya Ayah.. " ucap Reinhard Russel Black sambil terkekeh.
Terlalu cepat untuk tertangkap basah. Mita tidak menginginkan hal ini. Bisa berantakan semua nya jika dia ikut ketahuan.
Mita semakin melangkah mundur dan semakin mundur hingga tubuhnya mentok pada dinding bata yang dingin. Tangan nya masih menggapai dinding-dinding hingga dia menemukan suatu tuas.
Tanpa pikir panjang lagi Mita langsung saja menarik tuas itu saat derap langkah itu semakin dekat.
Mita masih saja menutup mata nya. Jujur dia sangat takut. Dari tadi jantungnya tiada henti berdegub-degub menghadapi situasi mencekam ini.
Semenit
Dua menit
Mita masih saja memejamkan matanya. Dia pasrah jika memang dia akan bernasib sama dengan Anthony dan kemungkinan kisah cinta mereka akan berakhir dengan insident peledakan yang akan mengantarkan mereka ke alam baka.
" Apakah nanti akan muncul artikel tentang sepasang suami isteri yang meninggal karena di ledak kan anak yang dendam ?? ahh konyol sekali jika semua ini akan berakhir demikian" pikir Mita lagi .
Merasa tidak terjadi apa-apa dan tidak mendengar apapun sejak beberapa menit yang lalu, Mita pun memberanikan diri untuk membuka mata .
Gelap. Hanya ada kegelapan di hadapan nya. Tapi dapat di pastikan jika dirinya tidak lagi ada di tempat terakhir dia berdiri dengan gugup.
"Dimana aku? " tanya Mita pada dirinya sendiri.
Mita mulai meraba-raba dalam kegelapan. Seperti nya di depannya adalah suatu lorong sempit yang terbentuk dari dua sisi tembok di bagian kiri dan kanan nya berdiri saat ini.
Mita mencoba menekan tombol pada pada jam tangan canggih nya yang bisa berfungsi menerangi tempat nya berada.
Dan benar saja diri nya memang berada di suatu lorong sempit di balik dinding tempat nya terakhir berdiri.
Yaa Mita yakin itu. Rupanya tuas yang yang tak sengaja di temukan nya pada dinding tembok tadi berfungsi untuk menyembunyikan diri dan berhasil memindahkan nya pada lorong sempit ini.
Kemudian Mita mulai meneliti dinding tembok, mencoba mencari sesuatu yang mungkin dapat mengembalikan nya ke tempat tadi.
Siapa tau para mafia tadi sudah pergi dan hal itu bisa di manfaat kan Mita untuk menyelamatkan suaminya pergi dari tempat ini melalui tempat rahasia yang baru beberapa saat di temukannya secara tak sengaja.
Tapi Mita kembali kecewa saat dia tak menemukan apapun. Setiap sudut dinding yang di telitinya melalui penerangan minim pada jam tangan canggih nya tidak membuahkan hasil.
Tidak ada jalan lain lagi untuk menemukan Anthony selain kembali menaiki tangga dari lantai dasar.
Dan untuk itu Mita harus kembali menemukan jalan keluar dari lorong sempit ini.
"Anthony.. Maafkan aku.. " lirih Mita penuh penyesalan.
Tubuh nya luruh pada lantai seperti harapan nya yang hampir putus.
********
Mita mengerjap-ngerjapkan matanya pada kegelapan yang menyambutnya.
"Astaga.. bisa -bisa nya aku malah tertidur.. "
Mita segera bangkit dan kembali menengok jam tangan canggihnya yang sudah menunjukkan waktu telah bergulir satu hari lebih cepat.
"Bagaimana mungkin aku bisa tertidur di tempat yang pengap dan gelap ini " rutuk Mita pada dirinya sendiri.
"Harusnya aku tidak tidur dan segera menemukan jalan keluar dari tempat ini "
Bagi Mita waktu tidurnya kali ini sungguh pemborosan waktu untuk menyelamatkan suaminya yang hampir tak bernyawa jika saja bom yang terpasang di tubuhnya meledak sewaktu-waktu.
Lagi pula siapa yang bisa menjamin keadaan Anthony saat ini?
Tidak ada. Itu lah yang membuat Mita semakin khawatir.
"Tunggu lah sebentar lagi Anthony. Aku berharap kau masih bisa di selamat kan . "
Mita menatap jalan sempit pada lorong di depannya. Dia seperti melihat pintu kayu di ujung lorong.
Dengan ragu Mita mulai membuka pintu itu dan tidak terkunci.
Krekkkkk
Pintu terbuka dan Mita segera mengarah kan pencahayaan ke arah di depannya.
Ada ratusan anak tangga yang siap mengantar kan nya entah kemana.
Tak ada jalan lain selain menuruni anak-anak tangga itu hingga Mita kembali menemukan suatu pintu kayu lagi.
Mita membukanya dan menemukan suatu tempat yang agak terang cenderung temaram karena cahaya minim masuk melalui celah angin.
Tempat itu seperti gudang penyimpan benda tidak terpakai.
Di sudut tempat itu terdapat pintu lagi.
Mita membukanya dan menemukan suatu ruangan seperti dapur.
Kriukkkk
Ahhh perut Mita sudah berdemo minta di beri makan.
Mita mengelus perutnya yang terasa sakit menahan lapar.
Setelah memastikan keadaan aman, Mita segera mendekat ke arah lemari pendingin berharap terdapat suatu yang dapat di gunakan untuk mengganjal perut nya.
"Ya Tuhan maafkan aku yang terpaksa mencuri kali ini. Aku janji hal tercela ini tidak akan terulang lagi" ucap Mita dalam hati.
Beruntung bagi nya karena menemukan beberapa potong roti dan sosis. Dia juga mengambil minuman kaleng. Setelah itu dia beranjak meninggalkan lemari pendingin dan kembali ke tempat tadi berharap itu bisa menjadi persembunyian yang aman setidaknya untuk sementara waktu.
*****************
Mita masih mondar-mandir di dalam ruangan tempat persembunyian sementaranya.
Dari tempat itu dia bisa saja langsung naik tangga ke lantai tertinggi dan menyelamatkan Anthony. Tapi tidak semudah itu. Dia harus melewati ruang tengah yang kini tengah berkumpul para penjahat.
Rasanya tak mungkin jika Mita seorang diri bisa mengahadapi serangan dari segerombolan lelaki berbadan besar itu.
"Maafkan aku Anthony. Kau harus menunggu sedikit lebih lama lagi" sesal Mita.
Samar-samar wanita perkasa itu seperti mendengar bunyi derap langkah. Dia mulai meningkatkan kewaspadaan jika sewaktu-waktu dia ditemukan oleh para penjahat yang mungkin akan membuatnya bernasib sama seperti suaminya.
Dengan tetap waspada Mita mencoba untuk memastikan pendengaran nya. Dia merapatkan telinganya pada salah pintu di ruangan itu.
Yaa di ruangan itu terdapat tiga pintu. Pintu pertama yang tadi menyambutnya dari anak-anak tangga pada lorong rahasia.
Pintu kedua langsung terhubung dengan dapur.
Dan pintu ketiga berhubungan dengan lorong gelap pada pintu belakang bangunan kastil.
Mita seperti mengenali suara-suara pelan dari luar pintu.
Dengan sangat pelan Mita membuka pintu. Hanya sedikit saja. Dia hanya ingin memastikan jika pendengaran nya tidak lah keliru.
"Tidak salah lagi. Itu Jake dan Kondrad!! " Mita meyakinkan jika dia tidak salah dengar kali ini.
"Stttt... Sttt.... " Mita sengaja menciptakan suara mendesis pelan untuk menghentikan langkah kedua lelaki itu.
"Kau dengar itu? " tanya Jake pada Kondrad.
"Ya. Tuan... Saya mendengar nya"
Setelah beberapa saat Jake dan Kondrad berhenti melangkah mereka kembali berjalan pelan ke arah suara orang-orang yang berbicara dengan bahasa asing dari sudut tengah bangunan kastil di lantai dasar tersebut.
Mita tentu tidak akan membiarkan kedua lelaki itu sampai di sana dan langsung berhadapan dengan para penjahat kejam itu.
Dengan cepat dan kuat Mita meraih pergelangan tangan Jake dan menarik nya hingga masuk ke dalam ruangan tempat persembunyian sementaranya.
Hal yang sama juga di lakukan nya pada Kondrad hingga kini mereka bertiga berada pada ruangan yang sama dengan pencahayaan minim tapi setidak nya lebih baik dari pada kegelapan pada lorong berdebu yang tadi di lewati Jake dan Kondrad.
"Tolong kalian jangan memancing kecurigaan dengan mengendap-ngendap masuk dari pintu belakang itu" ucap Mita kepada dua orang lelaki di dekat nya.
"Apa yang kau lakukan di sini? " tanya Jake heran.
" Menyelamatkan suami ku. Ayah mu . Tentu saja "Ucap Mita dengan percaya diri.
Sejenak Jake tertegun mengingat perubahan status yang kini di sandang Mita. Wanita perkasa itu kini tak perlu lagi berusaha menjaga sikap nya di hadapan Jake karena secara tak langsung dengan pernikahan antara Anthony dan Mita telah menciptakan suatu aturan yang tak tertulis jika Jake harus lebih bersikap baik dan hormat terhadap ibu sambung nya itu.
Tapi sekarang bukan lah saatnya untuk memikirkan hal lain. Karena keselamatan Anthony ayahnya Jake adalah yang terpenting.
"Kau berhutang penjelasan pada ku... Tante.. " ucap Jake.
"Tante ...? dia menyebut ku tante ? " tanya Mita dalam hati. Perkataan Jake terdengar menggelikan bagi Mita .
"Sekarang bukan saat nya menjelaskan. Suami ku perlu pertolongan " ucap Mita.
Beberapa saat mereka bertiga sempat terdiam dengan pemikiran masing-masing.
"Apakah kita akan berdiam diri saja di sini? " ucap Jake memecah keterdiaman di antara mereka.
"Kita akan tunggu waktu mereka lengah untuk bisa naik ke tingkat paling atas kastil ini. Anthony di sekap di sana " ucap Mita.
" Bagaimana kau bisa tau.. "Tante " .. " tanya Jake penuh selidik dan penuh penekanan pada kata "tante" . Hal itu kembali membuat Mita merasa geli.
"Aku sempat mendengar pembicaraan para mafia itu.. "Nak".." ucap Mita dan langsung mendapat respon cepat dari Kondrad yang tak sadar terkekeh melihat drama di depan nya .
Kata "nak " yang di ucap kan Mita terdengar aneh bagi Jake.
" Hei .. kau menertawakan aku dan dia ?" tanya Jake kesal melihat reaksi Kondrad .
"Maaf kan saya tuan.." ucap Kondrad pelan.
"Sudah jangan berisik.. Kalian tau , Padahal malam tadi aku hampir saja membebaskan Anthony karena keributan yang di buat anak buah mu itu Nak. Tapi ternyata tidak semudah itu karena aku tidak bisa langsung membawa Anthony keluar tanpa melepas boom yang di pasang pada tubuh nya " jelas Mita Lagi.
"Apa ? boom ? keterlaluan ..!!!" Jake sangat marah . Dia sudah mengepalkan tangan nya .
Jake semakin cemas teringat bayangan video singkat yang di lihatnya menayangkan tentang ayah nya yang sudah tua itu terikat dengan bahan peledak di tubuh nya.
Ternyata itu benar adanya setelah Jake mendengar penuturan Mita, ibu sambung nya Jake.
"Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanya Jake.
Brakkkk
Pintu ruangan terbuka lebar dengan kasar.
"Di sini rupanya para penyusup itu" ucap salah seorang mafia berambut plontos.
Tak lama beberapa orang berbadan besar ikut masuk dan menatap Jake, Kondrad dan Mita dengan tatapan mengejek.
"Heii.. Bukan kah kau Selomita. Yaa aku masih ingat dengan wajah adik angkat Tuan Sergio yang dia jual untuk membangun bisnis kasino nya" ucap mafia berkepala plontos.
"Sialan..!! " maki Mita kesal.
"Wah kau sudah bisa memaki sekarang. Bukan hanya itu kau juga berubah banyak...."
"Diam kau..!!" kata mita keras.
Dengan cepat Mita memotong perkataan lelaki berkepala plontos dan menghadiahinya dengan tendangan kaki yang keras hingga lelaki berbadan besar itu oleng ke belakang.
Akhirnya adu kekuatan pun terjadi di ruangan ini. Tiga lawan banyak. Yang benar saja.
Setelah melakukan perlawan yang menguras penuh energi, akhirnya seorang wanita perkasa di bantu dua lelaki itu berhasil melumpuhkan lawan mereka.
"Ayo kita pergi dari sini " ucap Mita .
Jake dan kondrad mengikuti Mita dari belakang hingga mereka menemukan sebuah tangga dan menaiki nya hingga ke tingkat tertinggi dengan harapan menemukan Anthony. Tapi harapan tinggal lah harapan.
"Kalian cukup kuat rupanya menghadapi para penjaga di bawah huh " ucap seorang lelaki berwajar sangar menyambut mereka.
"Di mana ayah ku?? " tanya Jake langsung.
"Jika kau ingin menemuinya, hadapi kami"
Tanpa pikir panjang pertarungan tiga lawan banyak kembali terjadi tanpa terelakan lagi.
Mereka terpaksa harus memberi perlawanan Meski rasa lelah belum juga hilang bagi kedua pria dewasa dan seorang wanita perkasa itu.
Tidak lah mudah bagi ketiga nya kembali bertarung dengan sisa tenaga yang masih ada.
Satu persatu lawan berhasil di jatuhkan.
"Jake.. Cepat ke pintu itu " ucap Mita mengisyaratkan Jake saat keadaan mulai bisa di kendalikan.
"Ayah mu ada di dalam sana. Cepat Jake kita tidak punya banyak waktu" desak Mita sebelum kembali menendang salah seorang musuh yang mencoba kembali bangkit.
"Tapi.. Bagaimana dengan mereka ?" ucap Jake menunjuk ke arah tangga naik.
Di sana berdiri beberapa lelaki yang tadi sempat adu hantam dengan mereka di lantai dasar.
"Saya akan menghadapi mereka tuan.. " ucap Kondrad.
Jake mengangguk dan berjalan cepat ke arah pintu yang di maksud Mita.
Tinggal selangkah lagi Jake menuju pintu itu.
"Tunggu dulu tuan muda. Anda di larang masuk ..." Sebuah tangan besar dan kekar telah menghentikan langkah Jake.
Saat Jake berbalik, sebuah hantaman keras mendarat pada kepalanya. Jake sempat merasa pening dan tersudut ke arah tembok.
"Sial..!! Maki Jake saat kembali menguasai dirinya.
Jake tak tinggal diam dia segera memberikan perlawanan yang menguras energi.
Lawan nya kali ini sangat kuat dan sulit untuk di lumpuhkan.
Jake menyeka sudut bibirnya yang berdarah karena tinju dari lelaki sekuat monster di depannya.
"hahahaha... Ternyata adik boss lemah " ejek lelaki itu dengan nada berat dan berlogat asing yang terdengar aneh bagi Jake.
"Sialan...!! " maki Jake yang kembali memberikan perlawanan kepada lelaki kuat di depan nya.
berkali-kali Jake sempat jatuh bangun dan di buat kewalahan oleh seorang lelaki monster yang menjadi lawan nya.
Kali ini Jake tak lagi bisa memperhatikan Mita Ataupun Kondrad yang juga sedang bertarung tanpa henti.
Bug bug bug
Pukulan,hantaman dan tendangan di berikan lawannya bertubi pada tubuh Jake hingga dia hampir tak bisa menguasai dirinya.
Tendangan keras di terima Jake pada bagian dadanya. Seketika keseimbangan tubuh nya mendadak melemah. Tubuh Jake terhuyung ke belakang dan menabrak meja kaca.
Prankkkkkkkkkk
Pecahan kaca meja menggema di ruangan itu. Seketika perkelahian sengit sempat terhenti.
Jake terjatuh dalam posisi berbaring pada pecahan kaca yang perlahan menusuk-nusuk kulitnya dan membuat tubuhnya mengeluarkan banyak darah.
Bukan lantaran sakit pada sekujur tubuhnya yang membuat Jake merasa ajal nya sudah dekat. Ada sesuatu yang lebih menyakitkan lagi berkali lipat di bagian dadanya. Luka bekas peluru yang sempat bersarang pada bagian itu seperti nya kembali terkoyak.
Rasa sesak yang teramat sangat menyakitkan di rasa Jake saat mencoba bernapas. Seperti tak ada oksigen.
Hukkk
Uhukkk
Jake terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya.
"Jake... " panggil Mita yang segera mendekati anak lelaki dari suaminya itu.
Sungguh kesakitan yang teramat sangat di rasa Jake saat penglihatan nya hampir memburam.
"Ya Tuhan. Mungkin kah usaha ku menyelamatkan ayah akan berakhir sia-sia? " rintih Jake dalam hati.
"Jake.. Bertahan lah.. " ucap Mita khawatir.
Yang benar saja mereka belum berhasil menyelamatkan Anthony dan sekarang Jake harus berakhir mengenaskan penuh darah seperti ini.
"Tuan.. !!" ucap Kondrad yang langsung meraih tubuh Jake yang berlumur darah.
Panggilan-pangilan itu tak juga berhasil membuat Jake tetap pada kesadaran nya. Karena kesakitan nya telah terlanjur menguasai dirinya yang semakin melemah.
Di akhir cahaya yang di tangkap penglihatan nya yang meredup, hanya ada satu nama yang selalu membuat Jake merasa harus kuat dan harus segera kembali pulang jika saja Yang Maha Kuasa masih berbaik hati memberikan nya waktu.
"Flora.. " lirih Jake saat kesadaran itu berangsur-angsur terenggut dari dirinya.
"Ya Tuhan jika memang waktu ku telah berakhir, bolehkah aku meminta kau hadirkan kekasih hati ku saat ini untuk terakhir kalinya. Aku hanya ingin mengatakan jika aku.. Sangat dan sangat mencintai nya"
" Tapi jika keinginan akhir ku itu mustahil untuk kau kabulkan, ku mohon.. Jaga lah selalu Flora yang ku cinta selamanya. Karena ku yakin hanya engkau Rabb yang maha penjaga hati dengan segenap kuasa Mu atas semesta dan rasa ini"
Always love you .. Flora
************************************