Chereads / One Night Love With Friend / Chapter 3 - Merasa malu setengah mati

Chapter 3 - Merasa malu setengah mati

Hampir di setiap ruangan pelayan pria tersebut mencari keberadaan Anna, tapi ia juga tidak dapat menemukannya. Begitupun dengan Nicole yang sudah berulangkali mencoba menghubungi Anna, namun tetap saja tidak ada panggilan yang terjawab.

"Sial! Kenapa tiba-tiba dia menghilang seperti ini? Apa dia malu atau dia memang ingin menjauh dariku. Tapi, kamu tidak akan bisa pergi dariku, Anna," gumam Nicole.

Ia pun bergegas menuju ketempat parkiran mobilnya hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk langsung mencari Anna ketempat ia tinggal. Melajukan mobil dengan begitu cepat sampai tidak terasa tiba dengan sangat cepat. Nicole pun keluar dari mobil lalu berlarian naik keatas tangga sebab tempat yang ditempati oleh Anna adalah rumah susun dan sangat sempit.

Dengan berbesar hati Nicole sampai rela mencari Anna hingga kedalam sana. Padahal Nicole begitu tidak suka dengan tempat-tempat kecil yang menurutnya tidak layak untuk dihuni. Saat dirinya mencari Anna kedalam tiba-tiba saja ia di hadang oleh seorang wanita lansia.

"Anak muda, sedang apa kamu kesini?" tanya wanita lansia tersebut.

"Aku ingin mencari Anna, apa dia ada di dalam?"

"Oh ... Anna? Memangnya dia siapanya kamu? Pacar ya?" ucap kembali wanita itu.

"Aku tidak ingin banyak bicara, yang kutahu ingin tahu apa Anna ada di dalam? Tapi, sepertinya aku tidak perlu lagi bertanya," ketus Nicole seraya melangkah masuk tanpa menunggu persetujuan.

Nicole memasuki tempat itu, ia pun mengingat kalau Anna tinggal di tempat nomor 23. Tanpa menunggu waktu lama Nicole langsung membuka pintu bahkan ia tidak mengetuknya lagi. Saat itupun Anna terkejut saat melihat kedatangan Nicole tiba-tiba. Ia sampai menelan ludahnya sendiri.

'Ya Tuhan ... mau apa dia kesini? Tidak biasanya dia mau mencari ku ditempat kecil seperti ini,' batin Anna tanpa mengalihkan pandangannya.

Nicole yang sedari tadi juga menatapnya lalu dengan cepat langkahnya melangkah maju hingga akhirnya ia menarik pergelangan tangan Anna dan membawanya keluar meskipun pakaian Anna waktu itu hanya memakai baju tidur.

Nicole tidak peduli walaupun Anna mencoba menolak saat tangannya ditarik, tapi bukan Nicole namanya jika kemauannya tidak bisa ia capai. Sewaktu mereka sedang berjalan keluar wanita lansia tadi sempat melihat dan berusaha menghentikan langkah mereka.

"Tunggu dulu, mau kamu bawa kemana gadis itu?" tanya wanita lansia tersebut.

"Bukan urusanmu," sahut Nicole dengan ketus.

"Dia tinggal di rumahku dan belum melunasi habis sewa kontrakan jadi sudah menjadi tugasku apalagi jika nanti kamu tiba-tiba membawanya kabur tanpa melunasi hutangnya," ungkap wanita lansia itu dengan menopang kedua tangan di pinggangnya.

"Buk, saya tidak akan kabur jadi tenang saja," sahut Anna.

"Ah begini saja, ambil uang ini untuk melunasi hutangnya itu dan jika ada lebih aku tidak butuh di kembalikan. Jadi sekarang kemanapun aku membawanya itu urusanku," tegas Nicole sembari mengeluarkan uang dari dompetnya dalam jumlah yang cukup banyak.

Wanita lansia tersebut tersenyum seraya mengambil uang itu dengan begitu cepat, lalu ia berkata. "Gitu dong. Ya sudah, Anna. Selamat menikmati jalan-jalannya, ibu masuk kedalam dulu ya."

Tanpa menunggu Anna menjawab ucapan wanita lansia tersebut, Nicole langsung menarik tangan Anna dengan kasar sampai terdengar jeritan kecil darinya, namun Nicole tidak peduli bahkan ia terus menarik paksa hingga sampai ke mobil.

"Masuk cepat," paksa Nicole seraya membuka pintu mobilnya.

"Ya aku akan masuk, tapi tidak perlu sampai menyeret tanganku seperti itu. Memangnya kenapa tiba-tiba begini?" tanya Anna sembari mengusap-usap tangannya yang kesakitan.

"Masuk saja jangan banyak tanya." Dengan begitu jelas Nicole menjawab tanpa melihat kearah lawannya bicara.

Nicole memulai melajukan mobilnya dengan hentakan keras sampai membuat Anna terhentak. Tidak kenal rasa takut akan kematian, Nicole melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sampai membuat Anna berkali-kali ketakutan bahkan rasanya ia ingin menangis saat itu juga.

'Ada apa yang sebenarnya yang terjadi dengan Nicole? Kenapa dia tiba-tiba bersikap aneh sekali? Apa mungkin dia sudah mengetahui dengan siapa dia berhubungan semalam? Ya ampun ... bagaimana ini? Apa mungkin dia akan memecat ku juga?' batin Anna yang sudah galau merana.

Beberapa saat kemudian.

Tiba di sebuah tempat yang belum pernah Anna datangi sebelumnya. Nicole langsung menghentikan mobilnya di sebuah taman yang sama sekali tidak berpenghuni. Taman itu tidak begitu menarik bahkan tidak begitu terurus. Hanya saja udaranya begitu segar alami. Entah maksud apa Nicole sampai membawa Anna menuju kesana.

"Tunggulah, An," ajak Nicole dengan nada suara yang lembut.

Anna mengiyakan ajakannya, lalu berkata. "Tumben sekali kita kesini. Memangnya ada apa?"

"Tidak ada, hanya saja aku ingin membicarakan sesuatu denganmu jadi kupikir alangkah baiknya kita duduk berdua dengan kepala dingin. Yah ... meskipun aku sedikit kasar di awal tadi. Lagipula selama kita menjadi sahabat belum pernah lagi kita berdua seperti ini," ucap Nicole panjang lebar.

Mendengar hal itu membuat Anna menghela nafasnya lalu tersenyum seraya menatap kearah Nicole, batinnya pun berkata. 'Aneh sekali apa mungkin dia ingin melamar ku setelah dia tahu kami sudah pernah berhubungan?'

"Ehem! An, semalam kamu tidur di mana?" tanya Nicole dengan tiba-tiba. Pertanyaan itu sampai membuat Anna tercengang.

"... A-aku tidur di rumah. Memangnya kenapa?" sahut Anna dengan gelagapan.

"Oh ya, di rumah? Hem ... apa kamu menyukaiku, An?" tanya Nicole dengan tiba-tiba.

Anna tidak menjawab justru ia mencoba untuk memalingkan wajahnya karena malu, lalu batinnya berbicara. 'Apa maksudnya ini? Nicole benar-benar sangat aneh. Bahkan aku tidak tahu harus menjawab apa apalagi jika aku sampai mengakui tentang perasaanku.'

"Um, aku menyukaimu, Nicole. Yah tentu saja! Aku menyukaimu kita kan sahabatan bahkan kita sudah berteman lama," jawab Anna dengan jawaban yang ia tidak sejalan dengan hatinya.

"Oh maksudku bukan begitu, An. Yah memang kita bersahabat cuma yang ingin kutahu apa kamu menyukaiku sebagai seorang pria di matamu?" Nicole kembali bertanya mencoba untuk memastikan.

"A-aku ... tidaklah! Mana mungkin! Ha-ha-ha ada-ada saja pertanyaan mu ini." Anna menjawab dengan gelagapan dan tidak berani menatap kearah mata Nicole.

Lalu mereka berdua sama-sama terdiam dan tidak ada yang akan memulai sebuah percakapan. Tapi, tiba-tiba Nicole menunjukkan sesuatu yang hampir membuat Anna malu setengah mati. Sebuah hasil rekaman cctv yang sempat terekam di salah satu kamar saat Nicole dalam keadaan mabuk. Rekaman itu terus berputar jelas apalagi ada banyak suara desahan yang terdengar sampai membuat Anna bangkit, namun dengan cepat Nicole menahan tangannya hingga ia tidak bisa bergerak untuk menjauh.

"Tetaplah di sini, An. Lihatlah ini bukankah kita sudah melakukannya? Dan sekarang apa yang ingin kau katakan padaku, Anna?" tanya Nicole dengan tatapan serius.

Mendengar hal itu membuat Anna tidak tahu harus menjawab apa. Rasanya saat itu ia ingin berlari, tapi ia juga ingin mengakui bahwa ia mencintai sahabatnya itu.

"Nicole, aku bisa menjelaskannya padamu, tapi lepaskan tanganku dulu," ucap Anna dengan suara yang begitu pelan.