Chereads / One Night Love With Friend / Chapter 8 - Penggoda

Chapter 8 - Penggoda

"Kenapa dia harus membentak ku? Padahal dia bisa mengatakan dengan baik-baik tanpa harus kasar seperti itu. Sebenarnya dia mencintaiku atau tidak? Jika memang dia tidak mencintaiku kenapa dia harus memintaku untuk menikah dengannya?" gumam Anna di dalam tangisnya.

Ia terisak-isak sembari menatap sosok pria yang baru beberapa menit itu menjadi suaminya sekarang telah pergi meninggalkannya. Meskipun hanya pergi untuk sementara, namun rasanya seperti ia kehilangan selamanya. Hatinya begitu sakit, apalagi saat teringat kisah persahabatan mereka yang awalnya begitu bahagia sebelum Nicole mengenal cinta dan harta.

"Nicole, aku merindukanmu yang dulu. Kamu yang tidak bisa melihatku menangis dan selalu menghiburku saat aku membutuhkan hiburan. Tapi, sekarang jangankan kamu menghiburku, melihatku menangis saja sudah tidak ada artinya lagi buatmu. Apalagi saat aku membutuhkan pundak mu, melainkan sekarang hempasan ombak yang kamu berikan untukku." Lagi-lagi Anna mengingat masa lalu dalam tangisannya.

Di sisi lain. Nicole tiba disebuah restoran seorang diri, dan seorang wanita sedang menunggunya. Siapa lagi jika bukan Jenny yang sudah memesan tempat khusus untuk mereka berdua. Saat Nicole sedang menuju kearahnya, dengan centil Jenny langsung memeluk pria itu dengan erat.

"Akhirnya kamu datang juga, mari duduk. Aku merindukanmu, Nicole," ucap Jenny tanpa malu, sampai membuat Nicole terheran dengan ucapan wanita itu.

"Apa tadi? Merindukan ku? Apa aku tidak salah mendengarnya, Jen?" tanya Nicole kebingungan.

"Um, ya! Ayolah duduk saja dulu nanti kita bicarakan itu." Jenny menggenggam tangan Nicole, sembari membawanya duduk.

Jenny duduk manis sembari tersenyum kearah Nicole, sampai tiba pelayan mengantarkan pesanannya baru ia tersadar, lalu Nicole kemudian memesan makanan untuknya. Mereka berdua sama-sama terdiam sejenak sambil saling memandang, namun tiba-tiba saja kring ... kring ... Bunyi ponsel milik Nicole mengagetkan keduanya.

Ia pun mengambil ponselnya dan melihat panggilan dari sekretarisnya. "Hallo, Ric. Ada apa?"

"Tuan sedang ada di mana? Tadi Nona Anna menghubungiku," tanya Ricard dari balik ponsel.

"Aku sedang makan malam bersama Jenny, oh ya katakan saja aku sedang mengurus investasi dengan orang penting karena itu yang kukatakan, dan satu lagi jangan lagi mengganggu ku apabila tidak terlalu penting." Nicole menjawab dengan tegas.

"Baik, Tuan." Panggilan langsung berakhir.

Selepas Nicole berbicara dengan ponselnya, tiba-tiba saja Jenny menggenggam tangannya sampai membuat Nicole terheran lalu menatap wajah itu dengan penuh pertanyaan.

"Um, Jenny. Sepertinya kamu terlihat berbeda atau hanya aku saja yang merasakannya?" tanya Nicole, tanpa melepaskan genggaman tangannya.

"Oh ya? Aku berbeda? Ha-ha-ha mungkin hanya pikiranmu saja. Tapi, ada yang ingin kukatakan padamu yang sejujurnya cuma ... jangan di sini," ucap Jenny sembari menundukkan kepalanya.

"Memangnya ada apa? Apakah ada sesuatu yang menggangu di pikiranmu?"

Jenny menganggukkan kepalanya lalu menjawab. "Ya, aku tahu kalau dulu kamu pernah menyukaiku, Nicole. Tapi, saat itu aku minta maaf karena tidak bisa menerima cintamu. Kau tahu bahwa aku saat itu sedang menjalin hubungan dengan Hans. Aku mencoba untuk mencintainya makanya aku tidak menerima cintamu. Lalu ternyata aku telah salah memilih. Seharusnya aku menerima cintamu. Kau tahu? Dia adalah pilihan keluargaku, tapi pada akhirnya kami terpaksa harus berpisah karena kami tidak ada kecocokan. Maafkan aku, Nicole."

Mendengar curhatan dari Jenny, membuat Nicole membalas genggaman tangannya, lalu ia menjawab. "Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya langsung padaku saat itu kalau kamu dipaksa bersama orang lain? Kau tahu, Jen? Aku hampir kehilangan separuh hidupku saat kamu tidak membalas cintaku."

"Ya karena itulah aku sekarang paham kalau akhirnya aku melakukan kesalahan, maka dari itu aku kemari dan memilih menetap di sini untuk menebus semua kesalahanku dulu. Nicole, tadinya aku malu mengatakannya di sini, tapi karena melihat tanggapan mu aku jadi tambah yakin kalau kamu masih mencintaiku." Jenny berucap sampai mengeluarkan air matanya hingga membuat Nicole kasian.

Lalu tanpa menyahut ucapan dari Jenny, tiba-tiba saja Nicole menarik wajah wanita itu dan akhirnya sebuah ciuman mendarat di bibirnya, dan Jenny membalas ciuman itu meskipun di sekeliling mereka begitu banyak pengunjung yang juga duduk di restoran itu.

"Nicole, pergi yuk di sini tempatnya tidak nyaman. Aku ingin menceritakan banyak hal denganmu," ajak jenny yang langsung dijawab anggukan oleh Nicole.

Makanan yang baru datang tidak sempat mereka makan bahkan disentuh saja belum, tapi Nicole hanya menaruh beberapa lembar uang sebagai bayaran. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari sana dengan saling bergandengan tangan. Tetapi tanpa mereka ketahui ada seseorang yang diam-diam sudah memata-matai mereka bahkan sempat-sempatnya mengambil gambar saat mereka sedang berciuman dan bergandengan tangan. Tanpa mereka ketahui siapa dibalik itu semua.

Sambil terus bergandengan tangan dan sesekali bersenda gurau. Lalu tiba di depan mobil, Nicole berkata. "Pulanglah denganku, Jen. Aku akan mengantarmu. Nanti mobilmu biarkan Ricard yang mengambilnya kemari."

"Baiklah kalau begitu." Jenny langsung mengiyakan ajakan Nicole.

Di dalam mobil dengan mesranya Jenny bersandar di bahu Nicole, meskipun pria itu sedang menyetir. Lalu tiba-tiba Jenny bertanya. "Um, Nicole. Bukankah malam ini malam pertamamu dengan istrimu itu?"

"Ya benar hanya saja ... dia adalah sahabatku," ucap Nicole dengan santai.

"Apa?! Sahabat? Lalu kenapa kalian bisa sampai menikah? Apa karena dia cantik makanya kamu mau menikahinya?" Jenny sampai terkejut mendengarnya lalu ia bertanya banyak hal.

"Cantik? Ha-ha-ha, ya memang dia cantik tetapi aku tidak menyukainya. Entahlah dia bagiku tidak menarik. Aku menikahnya karena satu alasan, dan alasan itu sulit untuk ku ungkapkan." Nicole menjawab dengan sedikit menaikkan alis matanya sembari tersenyum sampai membuat Jenny terkesima.

"Lalu bagaimana denganku, apa aku bagimu cantik atau seperti istrimu itu?"

"Jika kamu ... jangan tanyakan lagi sejak dulu aku sudah menyukaimu, Jen. Bahkan Anna sendiri tahu akan hal itu," ucap Nicole.

"Oh ya?! Jadi dia tahu akan hal itu? Berati jika sekarang kita memiliki hubungan pasti dia tidak akan masalahkan? Nicole, mau tidak malam ini menginap di tempatku? Tapi kalau memang kamu tidak mau ya sudah aku tidak akan memaksakannya. Hanya saja aku begitu merindukanmu saat ini." Jenny berkata dengan gaya yang menggoda sambil tangannya menyentuh mesra dada bidang Nicole.

Melihat Jenny yang begitu agresif bahkan lebih daripada istrinya, membuatnya terheran sebab tubuhnya tidak bisa merespon reaksi yang sedang diperlihatkan oleh Jenny. Padahal biasanya jika ada gerakan dari jari lentik itu mampu membuat dirinya bangkit, tetapi saat itu dia tidak merasakan reaksi apapun meskipun Jenny terus mencoba mendekatinya.

'Ada apa ini? Tubuhku bahkan tidak tertarik dengan sentuhannya? Tapi kenapa saat Anna mencoba menyentuhku, tubuhku benar-benar diluar dugaan. Padahal jika di lihat-lihat postur tubuh mereka hampir sama,' batin Nicole kebingungan.