Chereads / Pernikahan Sementara / Chapter 46 - Itu Memang Mobil Kepala Sekolah Kalian

Chapter 46 - Itu Memang Mobil Kepala Sekolah Kalian

Cia turun keruang tamu, dia melihat papanya asik ngobrol sama Gabriel dan mamanya asik ngomong sama Alex bahas video Cia, dan bertanya 'kok nggak ajak tante?' Setelah itu mereka cekikikkan heboh berdua. Pantes dia nggak di tolongin, rupanya asik ngobrol, nggak tau anaknya udah spot jantung.

"Emang tante bisa dance?" Tanya Alex.

"Ya nggak bisa, asal nimbrung di video jadi lah, buat nambah-nambah follower." Mantan gebetan Cia ketawa mendengar itu, nggak nyangka mamanya Cia seaktif gadis itu juga.

"Mama buat malu aja ih...." Semua mata kini fokus pada sumber suara, mukanya beda-beda, ada yang lega, kasian, sedih sampek bahagia.

Kesannya Cia kayak abis pulang perang  puluhan tahun nggak ada kabar. Lebay banget teman-temannya ini.

"Jangan heboh Neth." Cia menghentikan Aneth yang udah berdiri siap mau menerjang dan memeluknya, muka Aneth di bagian sedih, ngeselin pokoknya.

"Cia, temennya khawatir gitu kamunya kok jutek sih?" Tegur Sarah.

"Bukan jutek ma, aku udah bilang ke mereka kalau aku baik-baik aja, tapi mereka ngeyel." Cia menghempaskan tubuhnya di sofa, ia melempar senyum kesemua mantan gebetannya yang super baik. Nggak lama pelayan datang nyajiin minum dan cemilan yang langsung di serobot Alex, haus kali kayaknya habis ngobrol dengan Sarah.

"Kami khawatir Ci, lo pingsan habis itu di gendong pak Dhika, setelah itu kami nggak tau keadaanmu gimana." Jelas Andi. Mereka semua paham dengan sikap Cia.

"Kok bisa dia yang gendong gue, ada kalian padahal." Ketus Cia kayak ngerasa kesembilan mantan gebetan ini nggak ada gunanya di saat genting.

"Kita kan duduk jauh dari lo, Fandi aja yang mau nolongin lo secara dia yang lebih deket langsung keder gara-gara pak Dhika main serobot kayak nyolong lampu merah." Cerocos Alex yang di anggukki teman-temannya.

"Apa! Fandi?!" Jerit Cia. Mereka yang cengok ngangguk serempak.

"Oh, untung pak Mahar yang gendong gue. Ogah sama cowok munafik itu." Disini emang lebih baik Dhika walaupun bencinya Cia setara antara untuk dua cowok itu. Tapi paling ngga Dhika bukan cowok munafik untuk saat ini di hadapan Cia. Gadis itu paling benci orang munafik berotak keji.

"Gue kira dulu dia yang bakal menang dari kita, Ci." Timpal Rendra.

"Gue hampir ketipu sama muka polosnya," jawab Cia cepat. Gabriel tersenyum kecil mendengar itu. Dan untunglah semua terbongkar sebelum gadis yang di sukainya ini menjalin hubungan dengan cowok bangsat berkedok goodboy itu.

Hampir sejam jugalah mereka bercengkrama, sampek pada akhirnya pamit karena udah pada ngantuk, namun Cecillia yang sedari tadi curiga akan sesuatu akhirnya bertanya.

"Ci, mobil di depan yang parkir mirip mobil pak Dhika." Tubuh Cia menegang. Sarah dan Bagus saling pandang tanpa di ketahui anak-anak, mereka mencari alasan untuk membantu putrinya keluar dari jurang curiga sahabatnya.

"Oh, iya gue juga mau nanyak-in itu tapi tadi lupa, itu beneran mobil pah Dhika kan? Kayaknya gue ingat no platnya deh, sebab gue kepo banget sama gayanya yang keren, dan sumpah platnya unik banget, bayarnya pasti mahal untuk pakek nomor cantik gitu."

Semakin kepo muka sebelas orang ini, apalagi muka Cia udah merah padam, dia nggak tau mau jawab apa. Kalo sampek Alex liat no platnya yang pasti udah sama dengan milik Dhika ya karena mobil itu emang milik Dhika.

'Mampus gue' batinnya takut.

Oh, Tuhan dia harus apa? Sekarang ini kayak di ambang kematian gitu, sumpah demi apapun tolong Cia sekarang!!

"Itu memang mobil kepala sekolah kalian." Suara Bagus membuat mata mereka memicing menatap Cia yang udah menunduk sambil merem, habis sudah riwayatnya malam ini. Papanya kelewat jujur ya Allah.

Si Dhika pun apa nggak bisa di umpetin mobilnya dimana kek, kan garasi papanya luas. Kan salah Dhika lagi, padahal Dhika apa tau teman-temannya mau datang berkunjung. Pokoknya Dhika selalu salah.

"Ada yang mau lo jelasin, Ci?" Tatapan Aneth dan Cecil kayak terluka gitu. Kayak di tikam dari belakang padahal kan nggak ya?

"Memangnya ada yang salah dengan mobil itu? Mamanya Cia pinjam mobil itu waktu antar Cia pulang, supir om langsung pergi soalnya setelah antar tante, ada urusan mendesak, bannya bocor." Karena yang kasi alasan papanya Cia, semua langsung ngangguk percaya. Padahal kalau di cerna baik-baik, alasannya nggak banget.

"Oh, gitu. Tu kan Ci, pak Dhika tu baik. Lo aja yang selalu suudzon sama dia." Aneth membela future husbandnya.

Cia mendongak sambil memutar jengah kedua bola matanya, "di hadapan bumi dan langit iya dia terlihat baik, kalian nggak tau aja kalau di hadapan sang Khalik dia itu kedudukkannya sama dengan iblis, penuh dosaaaaa!!" Jeritnya.

Fix bencinya Cia sama Dhika udah nggak ketolong, itulah yang sahabatnya pikirkan. Para cowok sebenarnya empet juga sama si Dhika tapi alasannya jelas, gantengnya tu orang lewat batas normal, mereka di bandingin sama Dhika kayak remahan kerupuk merah yang ada dikuah bakso, nggak ada nilai sedikit pun, mana kalau udah basah nggak selera dimakan sebab nggak keriuk, ujung-ujungnya cuma di sisihin di ujung mangkok, kan miris.

Tapi bagi cewe alasan apa yang bisa membuat mereka benci cowok itu? Di tolak aja masih kekeh ngejar, terus apa masalahnya Cia sama tu orang sampek benci gitu? Nggak mungkin Cia korban penolakkan pak Dhika kan? Itu tidak mungkin, mereka yakin. Seorang Dhika sudah bisa di pastikan kelepek-kelepek sama Cia kayak mereka.

"Terus kenapa lo nunduk kayak ketakutan gitu?" Tanya Anet garang.

"Malu lah gue, udah benci sampek ke tulang sum-sum. Nyokap gue pakek mobil dia lagi nganterin gue pulang, emang nggak ada taxi apa?" Mantap kali aktingnya si Cia.

Apa tadi di sekolah nggak da yang liat ya dia pulang sama supir dan mamanya? Alah bodo amatlah, udah papanya gini yang bohong, ikutin aja alurnya.

"Tulang sum-sum enak tu di sop." Celetuk Alex yang membuat semua orang ketawa dan melupakan kecurigaan mereka atas hadirnya mobil Dhika di depan rumah megah Cia.

"Tante juga iseng kok minjemnya, nggak bawa ponsel untuk pesan grab, mau minta anterin kan segan ya? Terus tante coba aja pinjem, eh di kasi." Tawanya kikuk. Dia tidak tau suaminya melempar bom kearahnya.

"Wih, mantap emang tante ni bisa bawa mobil sport gitu, dan yang lebih mantap pak Dhika bisa santai gitu ngasinya." Range Rover bos, gila nggak tuk kalau sampek nabrak?

"Mungkin dia merasa itu tanggung jawabnya, dan lagi tante pinjamnya sedikit maksa juga."

"Tan, lain kali cari aku. Pasti aku bakal tolongin." Suara Gabriel buat seluruh mata cowok menatapnya horor. Cecil tersenyum kecut.

"Ingat, nggak ada mantan gebetan yang boleh numbuhin rasa, kita semua sahabat ya jangan nikung." Tegas Andi.

"Lah, aku kan nolongin sebagai sahabat." Mereka mendengus kesal. Pinter banget ngeles kayak bajai baru keluar showroom.

"Oh, jadi kalian ini mantan gebetan Cia semua?" Tanya Sarah dengan mata berbinar, sebab kesembilan ini anaknya tampan-tampan. Nggak nyangka putrinya sehebat ini, kayak dia muda dulu gitu loh.

"Iya tan, ada satu lagi tapi nggak Ceesan sama kita." Jelas Alex mencairkan suasana.

"Udah malam ni, gue ngantuk plus capek banget." Potong Cia saat mamanya ingin bicara, alhasil Sarah menutup lagi mulutnya.

Anak-anak itu pamitan dengan sopan, Sarah dengan senang hati mengantarkan sahabat putrinya keteras rumah sampai mereka yang cowok naik motor dan dua cewek yang udah kayak putrinya sendiri naik mobil jemputan Aneth.

Cia menghembus pelan napasnya lega. Akhirnya bisa juga ngelabuin mereka, hampir aja ketauan, bisa mati berdiri dia kalau semua terbongkar.

"Dhika mana?" Tanya Bagas ketika tinggal mereka bertiga, di meja banyak makanan yang di bawa sahabatnya Cia. Bik Sumi datang dengan pelayan lain untuk membereskan meja tersebut.

"Aku kunci dikamar, entah tidur entah mati."

"Husshhhh... nggak boleh ngomong gitu, pamali. Suami sendiri kok di sumpahin." Tegur Sarah dengan mata melotot.

"Bodo ah...." Cia membuang muka, masih kesal dengan Sarah.