Drama Mira pagi-pagi ngelarang Arsyilla untuk kembali bersama Dhika. Ia takut nona mudanya mendapat pelecehan.
"Mir, lo kenapa? Kesambet?" Mira memeluk kaki Arsyilla. Gadis itu seperti ketempelan hantu sumur tua.
"Neng tinggal disini aja ya? Mira janji nggak akan judes lagi." Mira mendongak menatap Arsyilla yang jengah melihat tingkahnya.
"Gue harus pulang, absen sekolah udah banyak, alpa lagi keterangannya." Arsyilla sedikit kesal karena itu, kenapa baru sekarang dia ingat sekolah lebih penting daripada kabur-kaburan.
Mira semakin kuat memeluk kaki Arsyilla saat kedua orangtuanya berusaha melepaskan pelukkannya, bahkan gadis itu melilitkan kakinya dengan kuat. Arsyilla hampir jatuh karena menahan berat badan Mira.
Dhika yang melihat itu sungguh kesal. Bocah ini masih saja menilai dirinya pedofil. Aksi pembantu Arsyilla ini mengusik harga dirinya.
"Lepas sendiri, atau--" Mira langsung melepaskan diri Arsyilla setelah melihat raut wajah Dhika kayak setan kurang sajen.
Gadis itu menengguk ludahnya kasar. Dalam hati Arsyilla terkikik geli. Arsyilla berpamitan dan langsung masuk kemobil yang di kendarai oleh Boy.
Tidak lupa ia mengatakan pada Mira bahwa semua baik-baik saja, ia tau Mira begitu karena mengkhawatirkannya. Mira itu rada gesrek emang, pikirannya suka liar kemana-mana.
Selama perjalanan pulang tidak ada yang buka suara, mobil hening kayak kuburan. Hanya terdengar suara klakson yang di bunyikan Boy ketika melihat pelintas jalan yang menghambat laju mobil mewah si tuan muda Mahardhika.
Untuk mengusir kebosanannya, Arsyilla merogoh tas selempangnya yang punya harga setinggi awan bukan langit. Maklum walaupun kaya, Arsyilla sedikit perhitungan untuk beli barang mahal apalagi ia merasa tidak membutuhkannya.
Banyak tas branded yang tidak cocok untuk seusianya, begitulah pikirnya. Jadi dari pada membeli barang dengan harga selangit tapi dia belum membutuhkannya lebih baik membeli tas dengan harga seawan dulu aja, pakeknya juga nggak perlu di jaga-jaga takut kotor atau ilang.
Arsyilla menggulir ponselnya untuk melihat apa yang terjadi selama hampir lima hari pertapaannya, sesekali ia terkikir sambil membalas chat yang sudah terbenam beberapa hari, ia mengabaikan manusia yang duduk di sebelahnya yang sedari tadi memperhatikan dirinya.
Jangan salahkan Arsyilla, sejak awal ia memang tidak tertarik membahas hal apapun pada Dhika. Baginya tidak ada yang cocok di bicarakan dengan rentang usia sejauh itu.
Zanetha is calling.....
Asryilla langsung mengangkatnya dan menyambungkan panggilan itu ke earphonennya, ia tidak perlu capek memegang ponsel.
"Hallo Aneth? Kangen akutuh." Arsyilla terbahak mendengar sahabatnya marah-marah begitu mendengar suaranya.
"Udah sih Neth, jangan lebay. Gue bertapa, jadi ponsel mode off," ucapnya.
"...."
"Ya kali gue ngajak lo sama Cecil," ucapnya lagi.
"...."
"Gue lagi males nonton konser, ke bioskop aja gimana?" Tawarnya.
Dhika mengernyitkan alis mendengar istrinya sudah merencanakan waktu bermain bersama sahabatnya setelah acara kabur dari mansion.
"Jangan horor, romance aja yang lagi booming itu, gue liat komentnya bagus." Dhika masih mendengarkan.
"Ok, nanti kita putusin nonton apa, lo yang ngajak lo yang bayar ya?" Pinta Arsyilla.
"Oh, Aneth emang best deh, salam ama Cecil ya, ntar gitu sampek rumah gue telback (telpon balik) ok?"
Setelah acara tutup telpon yang menurut Dhika berlebihan walaupun sama sahabat sendiri. Apa harus sayang-sayangan begitu, pikirnya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Dhika yang tidak tahan menunggu sampai rumah untuk menanyakan hal itu.
"Kepo," ketus Arsyilla.
"Saya benci tiap kali kamu ucap kata itu." Ketus Dhika balik.
"Saya lebih benci bapak buat saya harus keluarin kata itu." Arsyilla membuang pandangannya keluar jendela, menikmati jalan lebih berfaedah.
"Kita harus buat peraturan, agar kamu tidak seenaknya." Arsyilla mengabaikan ucapan Dhika, gadis itu menutup matanya.
Selain dia malas mendengar ocehan Dhika yang berakhir dengan pertengkaran, dia juga malu jika Boy menyaksikan pertengkaran itu. Dhika mana sampek sana otaknya mikir.
****
"Jangan masuk kamarmu, kita bicarakan beberapa hal, dan jangan membantah."
"Itu yang buat saya malas balik kemari, bapak suka ngatur." Arsyilla menghempaskan tubuhnya di sofa.
Entah apalagi yang ingin di sepakati sama suami tuanya ini, lama-lama udah kayak perjanjian diplomatik. Dikit-dikit kesepakatan, Arsyilla kan kesel.
"Duduk yang tegak Arsyilla Ayunda." Protes Dhika.
Arsyilla yang malas berdebat langsung duduk tegak, mendengar tanpa membantah agar cepat selesai.
"Kamu tidak boleh keluar tanpa izin dari saya, alasannya simple kamu bukan wanita single, itu harus kamu sadari suka atau tidak. Jangan abaikan saya saat sedang berdua apalagi menjawab panggilan telpon. Weekend jadwalmu hanya sampai jam 8 malam."
"Namanya bapak menjajah hak asasi saya sebagai manusia, alasan apapun nggak masuk akal pak, saya aja nggak pakai hak saya sebagai istri untuk ngatur bapak. Saya udah bilangkan jangan terlalu mendalami peran? Buat saya risih dan nggak nyaman, tau nggak?"
Kayak gini nggak boleh emosi? Tiap kali bicara sama manusia satu ini, singa betina yang hidup dalam tubuhnya selalu aja menggeram marah. Harusnya tadi dia nurutim kemauannya Mira aja. Masalah sekolah gampil sebenarnya.
"Saya tidak perduli, seperti kata yang sering kamu gaungkan, saya lebih tua darimu, jadi kamu WAJIB dengar setiap ucapan saya, lagipula saya lakukan ini bukan buatmu tapi buat saya sendiri, nama baik saya."
"Terus harus merugikan saya gitu? Nggak adil." Dhika mengedikkan bahunya acuh.
"Se-enggak pedulinya bapak sama hak asasi saya, segitu juga saya nggak akan peduli sama bapak, jangan egois pak mentang-mentang lebih tua, saya juga bisa jauhhhhh lebih egois dari bapak, saya bukan cewek menye-menye yang manut-manut aja."
"Maksudmu tidak mau mengikuti apa yang saya katakan?" Arsyilla mengangguk mantap.
"Baik, saya turuti tapi ada syaratnya."
Arsyilla memutar jengah bola matanya, "bapak pikir saya akan nurut?"
Dhika menyeringai, "jika tidak nurut alam semesta ini akan tau kamu istri saya."
"Ngancem aja taunya, semua yang bapak lakukan itu merugikan saya, bisa nggak punya hati sedikit aja?"
"Saya nggak akan punya hati untuk manusia seperti kamu yang taunya membangkang suami."
"Selalu gitu, kalau bapak mau menjalankan peran suami istri dengan baik dan benar harusnya bapak menikah dengan wanita yang bapak cintai dengan sungguh-sungguh, bukan saya." Arsyilla menahan diri untuk tidak meledak, lelah hatinya ribut terus, lama-lama wajahnya timbul keriput.
"Jangan membantah, ikuti apa yang saya katakan atau kalau kamu langgar, dalam hitungan detik kabar pernikahan kita beredar luas."
"Dasar penyebar gosip."
"Saya penyebar fakta." Dhika merasa di atas angin karena Arsyilla tidak akan membantah lagi.
Jika di pikir-pikir dirinya memang se-enaknya mengambil kebebasan remaja itu.
Tapi dia tidak suka Arsyilla menghabiskan waktu di luar rumah di saat status gadis itu istrinya, entah kenapa dia terlalu jauh mencampuri hidup gadis itu padahal sejak awal dia yang paling tidak perduli dengan pernikahan ini.
Tujuannya menikah hanya untuk mendapat kebebasan berhubungan dengan Elleana sebagaimana janji kakeknya. Bisa di bilang Arsyilla hanya alat untuknya, tapi kenapa dia yang begitu mendominasi remaja itu.
Tidak ingin memperpanjang masalah, Dhika langsung pergi menuju kamarnya, sementara Arsyilla diam tidak melawan satupun ucapan Dhika dengan cara meledak-ledak seperti biasa.
Dhika tidak tau selicik apa Arsyilla. Nyelam aja sana kelaut, kalau pria itu menganggap Arsyilla takut akan ancamannya.
Di dunia ini bukan hanya dirinya yang enggan terekspose status pernikahan mereka, pria itu juga sama. Apalagi dia punya kekaksih, sudah pasti dia akan menjaga perasaan wanita itu dengan baik. Kalau sampai tersebar dan mereka bercerai otomatis pacarnya akan menyandang status pelakor dalam sekejap.
Netizen nggak mau tau siapa yang lebih dulu berhubungan, dan apa yang sebenarnya terjadi, yang netizen tau istri sah itu maha benar dan tidak bisa di sakiti pelakor apapun alasannya.
Lihat aja siapa yang paling rugi jika status ini terbongkar, mau taruh dimana muka Sjgroup dengan skandal yang diciptakan sang pewaris.
Kalau Arsyilla mah tinggal playing victim aja, semua orang akan respect padanya. Apalagi usianya yang masih sangat muda, udah pasti banjir dukungan seantero jagat raya.
Bisa jadi ada pria tampan yang mau menerima dirinya setelah melihat sebesar apa kebajikan hatinya.