Suara ketikan menggema di kamar kecil berukuran dua kali dua. Aldo Firmansyah sebagai pelaku suara berisik itu tidak berhenti menekan tombol-tombol pada keyboard. Dia seolah tidak mendengar suara itu dan tentu tidak terganggu. Tidak hanya telinga yang seolah sudah terbiasa, manik coklatnya juga tidak masalah dengan kecerahan layar komputernya di dalam ruangan yang remang. Dia tidak merasa penerangan ruangannya sangat minim walau pencahayaan di sana hanya berasal dari layar komputernya dan matahari yang berusaha menembus gorden yang masih tertutup.
"Sudah selesai terunggah. Episode terakhir dari 'Pemain Eksekutif' season pertama."
Aldo melihat akun web novel-nya dengan senyuman miris. Sudah bertahun-tahun dia menulis, tetapi tidak ada yang melirik. Jangankan untuk mengikuti akunnya, cerita yang dia tulis saja tidak memiliki satupun pembaca tetap.
'Pemain Eksekutif' adalah sebuah cerita bergenre fantasi. Cerita ini memiliki konsep antar bintang dengan kehancuran dunia. Seharusnya menjadi sebuah cerita yang menarik dan berbeda di pasar cerita Indonesia. Hanya saja, tidak ada yang minat dengan cerita yang Aldo tulis. Hingga akhir episode, jumlah orang yang melihat karyanya tidak bertambah.
Awalnya 'Pemain Eksekutif' memiliki cukup banyak pembaca saat pertama kali terbit di web novel. Hanya saja respon yang Aldo dapatkan tidak menyenangkan. Tidak ada satupun komentar yang berisi semangat. Semua hanya mengatakan cerita yang ia tulis tidak jelas, lebay, dan tidak masuk akal. Begitu tahu ceritanya bukan bergenre romantis, terutama dengan tema badboy ataupun CEO, hampir semua pembacanya pergi. Setelah itu, sedikit demi sedikit dari mereka turut pergi karena merasa cerita miliknya sangat aneh.
Aldo mengembuskan napas kasar. Dia melihat detail ceritanya kembali. Setelah menulis cerita selama lima tahun sejak semester pertama di universitas, 'Pemain Eksekutif' akhirnya berhasil menyelesaikan musim pertama dengan jumlah 1800 episode. Pencapaian yang menakjubkan bagi dirinya. Sebuah pencapaian, keajaiban, dan keanehan. Selama lima tahun dia selalu mengunggah ceritanya setiap hari. Akan tetapi, tidak ada orang yang tertarik menjadi pembacanya.
Rating 1.2
Dilihat 567 kali
Jumlah vote 0
Jumlah komentar 352
"Menyedihkan sekali. Bahkan cerita baru seperti 'Hades: The Cursed Prince' saja bisa mendapatkan 2.58K pembaca dan masih memiliki 3 vote. Kenapa cerita sebagus milikku bahkan tidak mendapatkan sebuah vote?" Aldo mencibir. Dia memijit pelipisnya perlahan. Aldo tidak habis pikir bagaimana bisa dunia begitu tidak adil pada dirinya? Tidak kunjung-kunjung lulus, tidak memiliki pekerjaan tetap, tidak memiliki pacar, wajah pas-pasan, dan kini cerita kebanggaannya bahkan kalah dari cerita baru seumur jagung? Bagaimana bisa?
Pemuda yang kini berusia dua puluh dua tahun itu membaca kembali kolom komentar. Walau komentar mereka menyakitkan hati, tetapi Aldo tetap membacanya berulang-ulang. Setidaknya ini salah satu bukti ceritanya masih di baca. Dengan membacanya, Aldo merasa dia sedikit dihargai. Saat pertama kali membaca kolom komentar, Aldo merasa dunianya hancur. Walau mungkin ceritanya 'sampah' bagi masyarakat, tetapi ini adalah cara dirinya mengekspresikan diri. Sekarang jika membaca kembali, Aldo hanya tertawa pelan atau menggelengkan kepala.
-Bukankah itu tidak masuk akal? Mana ada rasi bintang bisa bicara?
-Ceritanya membingungkan, tidak jelas. Bagaimana, sih, penulis membuatnya?
-Eksekutif apa yang kayak gini? Harusnya, tuh, mereka orang-orang kaya di perusahaan! Mana CEO-nya? Ngga masuk akal banget ada monster!
-Sebenarnya ceritanya bagus Cuma nama yang dipakai penulis menggelikan. Setiap membacanya aku seolah melihat petualangan anggota keluargaku. Sangat cringe.
-Aku berhenti sampai di sini. Ada banyak cerita serupa di platform korea. Nama-nama ini membuatku muntah.
"Dasar orang-orang yang tidak berbudaya. Apa salahnya menggunakan nama Indonesia pada cerita fantasi? Memangnya hanya negara lain yang boleh menuliskan cerita seperti ini?" ujar Aldo pada dirinya sendiri.
Kala masih tenggelam dalam komentar-komentar di ceritanya, ponsel Aldo berdering. Aldo tidak peduli, membiarkan ponsel yang terasa jauh baginya. Dia hanya terus fokus membaca komentar. Akan tetapi, penelepon di seberang sana sepertinya tidak mengizinkan Aldo beristirahat. Dengan malas pemuda itu menggapai ponselnya yang hanya berjarak satu meter dari tempat dia duduk sekarang. Di layar ponsel terpampang dengan jelas nama Tina Lestari. Jari Aldo bergerak lambat hanya untuk menggeser tanda hijau di ponselnya. Bibir pemuda itu berkedut pelan.
"Dasar pemalas! Apa yang kau lakukan di sana, hah? Aku jamin kau masih meringkuk di depan layar komputermu! Aku bisa melihat dari bawah sini kalau kau bahkan belum membuka jendela dan gordenmu itu anak muda!"
Aldo sampai menjauhkan layar ponselnya dari telinga kala suara itu terdengar. Tina berbicara padanya seolah ingin menghancurkan gendang telinganya. Aldo sampai menutup telinga dengan tangan untuk mengurangi penderitaan yang dia dapatkan. Sebelum orang di seberang telepon kembali berteriak yang membuat nyawa Aldo menghilang, buru-buru Aldo menjawabnya.
"Hei gadis muda, sebaiknya kau perhatikan kata-katamu. Walau begini, aku senior dua tingkat di atasmu, tahu. Bagaimana bisa kau bicara dengan tidak sopan begitu?" Aldo berusaha membela dirinya, tetapi hanya terdengar suara mendecih dari seberang sana.
"Kalau kau tidak turun dalam waktu sepuluh menit, aku bersumpah akan mendobrak pintu kamarmu!" Tina berseru. Dia tidak peduli jika dianggap tidak sopan. Bagi dirinya, tidak perlu bersopan-santun pada seniornya yang tidak memiliki tanggung jawab. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul setengah sembilan, tetapi pemuda itu masih meringkuk manis di kamar.
Belum sempat Aldo menjawab, panggilan sudah diakhiri. Ia menurunkan kakinya dari kursi, lalu berjalan ke lemari untuk mengganti pakaian yang sudah beraroma tidak enak. Dengan asal Aldo menyambar pakaian dalam lemarinya dan berganti pakaian. Tidak perlu mandi karena bagi Aldo baju modal parfum laundry sudah lebih dari cukup. Setelah memastikan ada uang seratus ribu rupiah untuk makan siang di dalam saku celana, Aldo pun pergi keluar kamar.
Baru mau membuka pintu kamar, sebuah pesan notifikasi di komputer membuat Aldo mengalihkan pandangan. Dia berbalik dan mendekati komputernya. Di pojok kanan bawah, terdapat keterangan email yang baru dia terima.
Pengirimnya bukan universitas, bukan pula sosial media. Nama email itu cukup unik, begitu pula dengan domainnya. Sangat tidak biasa sebuah domain unik yang pastinya berbayar mengontak mahasiswa biasa seperti Aldo. Hal yang memungkinkan jika Aldo yang menghubungi mereka duluan. Akan tetapi, jika sebaliknya akan terasa sangat aneh. Namun, nama pengirim email itu tetap membuat Aldo bahagia. Penasaran, Aldo pun membukanya.
-BiropenerbitVS@lithernia.org
Hallo Tuan Aldo Firmansyah. Biro penerbit VS telah membaca cerita Anda dan ingin menghadirkan cerita bagus ini ke dunia. Jika Anda tertarik membuat kontrak, silakan balas email ini.
-Aldo Firmansyah
Hallo. Sebelumnya boleh saya melihat badan hukum milik penerbit ini? Maaf atas ketidaksopanan ini, tetapi saya belum pernah mendengar penerbit tersebut.
-BiropenerbitVS@lithernia.org
Kami biro penerbit baru. Jika ingin melihat badan hukum kami, silakan klik link tersebut. Di sana sudah terdapat surat kontrak. Anda hanya perlu perlu menandai persetujuan dan kami akan membayar uang muka di awal.
Aldo mengernyitkan dahinya. Dia belum pernah mendengar sistem penerbit yang seperti ini. Walau seumur hidup Aldo belum pernah berurusan dengan penerbit karena karyanya yang tidak pernah di lirik, tetapi Aldo mengetahui beberapa hal. Biasanya penerbit dan penulis berbagi keuntungan sesuai dengan jumlah eksemplar yang terjual. Dia belum pernah mendengar penerbit baru yang membayar uang muka di awal. Dibandingkan kontrak kerja, hal ini lebih terlihat sebagai pembelian karya.
-Aldo Firmansyah
Maaf, saya tidak ingin menjual karya saya.
Walaupun tidak ada yang membaca atau melirik, Aldo ingin tetap memiliki karya ini. 'Pemain Eksekutif' adalah novel yang dia tulis setelah melewati banyak hal. Setiap malam ketika di waktu senggang menjaga warnet saat kerja paruh waktu, ketika menghindari teman seangkatannya, ketika diganggu senior preman di jurusannya, dan ketika dia merasa kesepian. Bagi Aldo, 'Pemain Eksekutif' adalah cinta pertama dalam hidup dan cinta yang sesungguhnya.
-BiropenerbitVS@lithernia.org
Anda salah paham Tuan Aldo Firmansyah. Kami tidak ingin membeli karya Anda. Kami hanya ingin menghadirkan cerita Anda ke dunia dan membantu Anda melanjutkan musim kedua. Biro penerbit kami sibuk, jika Anda tidak tertarik, kami akan pergi. Link tidak akan tersedia lagi jika sudah pukul 08:30 WIB.
Aldo melihat jam pada bagian pojok kanan bawah. Di sana telah menunjukkan pukul 08:28. Tanpa sadar Aldo mengutuk. Jika dia tidak menekan link itu sekarang dan menyetujui kontrak, maka harapannya untuk memiliki buku sendiri akan musnah. Buru-buru Aldo membuka link itu serta membaca cepat isinya.
Isi dokumen di sana ada sekitar tiga puluhan halaman, termasuk dengan kontrak kerja. Aldo sudah mengonfirmasi badan hukum milik penerbit yang bersangkutan. Kini dia sedang membaca kontrak kerja yang sangat panjang. Ketika melihat jam kembali, hanya satu menit yang tersisa untuk menyetujui kontrak. Aldo baru sempat membaca nilai 2.000.000 sebagai uang muka. Diburu waktu, akhirnya Aldo menekan tanda persetujuan mereka.
Begitu menekan tanda persetujuan, link yang sebelumnya Aldo buka tiba-tiba tertutup sendiri. Dia mengernyitkan dahinya. Bagi Aldo sistem algoritma penerbit tersebut sangat aneh.
Baru berkompetisi dengan waktu, tiba-tiba Aldo mendengar gedoran dari pintunya. Tidak perlu bertanya, Aldo sudah tahu siapa pelaku kriminal yang seolah akan menghancurkan kamar sewanya. Siapa lagi kalau bukan adik tingkatnya yang semena-mena, Tina Lestari.
Sebelum pintu kamar sewa hancur, ia langsung pergi menemui Tina. Begitu pintu kamar terkunci, sebuah pesan notifikasi kembali muncul di pojok kiri bawah komputer Aldo.
-BiropenerbitVS@lithernia.org
Terima kasih Tuan Aldo Firmansyah. Selamat bergabung dengan Biro Penerbit Sistem VS. Pesan ini akan otomatis terhapus saat cerita Anda hadir di dunia pada pukul 09:00. Selamat menciptakan buku kedua.