"Kita benar-benar harus pergi dari sini," Aldo menatap kedua orang itu bergantian dengan pandangan yang serius.
Mereka benar-benar tidak boleh tinggal lebih lama. Mereka juga tidak boleh berhenti melangkah apa pun yang terjadi. Jika tidak, perjalanan akan semakin terhambat dan hal buruk akan terjadi.
Rini menganggukkan kepala. Dia masih ingin lebih lama berada di dekat sang ibu. Akan tetapi, dia tidak ingin merepotkan orang yang sudah menolongnya. Walaupun tidak tahu apa yang sebenarnya Aldo maksud, tetapi Rini tahu dia tidak boleh menetap lebih lama. Dua orang dewasa itu pasti lebih tahu tempat yang aman dibandingkan dirinya. Rini mengira mungkin mereka akan ke kamp pengungsian. Jika sudah sampai di sana, Rini bisa meminta bantuan pihak berwajib untuk membantu mengeluarkan sang ibu.
Aldo melangkahkan kaki ke utara. Jika cerita ini memang novel yang dia buat, maka kemungkinan besar tokoh-tokoh yang ada di sana akan turut hadir ke dunia. Aldo akan mencari mereka satu per satu dan membentuk kelompok dengan mereka. Sebagai penulis cerita ini, Aldo lebih tahu dari siapa pun tentang kemampuan mereka. Terutama kemampuan sang protagonis utama.
Lima menit lagi babak kedua akan dimulai. Ini artinya artinya kehancuran yang lebih mengerikan akan terus berlanjut. Setelah ini mereka tidak bisa hanya duduk berpangku tangan atau sembunyi di suatu tempat. Mereka harus bertarung dengan apa pun yang menjadi antagonis di setiap babak. Baik itu monster maupun manusia.
Sekarang Aldo harus melindungi adik sepupunya serta harus melindungi satu anak lagi yang dia tolong. Aldo tidak dapat melakukan hal itu sendirian. Dia membutuhkan bantuan dari orang lain. Tentu daripada orang lain secara acak, tokoh yang dia kenal karakter dan kemampuannya dengan baik adalah yang paling cocok.
Aldo sendiri yang menciptakan hati baik serta kesetiaan mereka. Orang-orang itu adalah harapan yang ingin Aldo miliki. Seorang teman yang baik dan setia. Jika Aldo berhasil menemukan mereka, impiannya bukan hanya lagi sebatas pada setumpuk novel. Dia mendapat kesempatan untuk memiliki teman sesuai dengan imajinasinya selama ini. Kehadiran bukunya ke dunia ternyata ada sisi baiknya juga. Setidaknya sekarang Aldo tidak perlu berangkat kuliah.
"Musim kedua ya. Berarti ini adalah dunia yang direset ulang oleh ??? ketika mengaktifkan stigma 'regresi' Indra Wijaya," batin Aldo berbicara kala memikirkan lagi kontrak yang dia buat dengan Biro Penerbit VS.
Novel yang dia tulis selama lima tahun berjudul 'Pemain Eksekutif'. Protagonis utama cerita ini adalah seorang pemuda kantoran bernama Indra Wijaya yang kala itu sedang menuju kantor. Berbeda dengan Aldo yang berada di jalan Malioboro, Indra kala itu sedang berada di Jalan KH Ahmad Dahlan. Mereka sebenarnya hanya berjarak beberapa puluh meter. Akan tetapi, Aldo tidak ingin bertemu pemuda itu. Belum.
Jika ditanya alasannya, mudah saja. Indra memiliki sifat bossy yang tidak Aldo sukai. Walaupun sebenarnya hati pemuda itu baik, khas protagonis kebanyakan, Aldo tetap tidak ingin berurusan dengannya. Tidak sebelum Aldo bisa membuat tokoh pendukung menjadi miliknya.
Kenapa? Karena Aldo tidak memiliki kemampuan apa pun. Jika dia bertemu dengan pemuda itu sekarang, Aldo hanya akan dipandang sebelah mata lalu ditinggalkan. Begitulah karakter tokoh utama. Dia akan berkelompok dengan orang-orang yang kuat serta membantu mereka untuk bertambah kuat. Dengan kelompok seperti itu baru bisa bertahan hidup di dunia yang hancur. Hal itu terbukti dengan akhir cerita 'Pemain Eksekutif' dengan Indra yang menjadi manusia terakhir di muka bumi.
Walaupun selain itu Aldo memiliki alasan lain. Antara tempatnya berpijak dengan Indra terpisah jurang yang lebarnya mencapai puluhan meter. Untuk saat ini, mustahil mereka bertemu. Dia baru bisa menyebrang jurang dengan lebih aman ketika sudah menyelesaikan misi ketiga pada babak kedua.
Jika mengingat cerita pada musim pertama, Indra akan bertemu dengan dua orang dari mereka saat babak keempat berlangsung. Sebenarnya, pada awalnya pemuda itu hanya ingin sendirian. Setelah melihat bagaimana manusia saling membunuh, Indra merasa tidak ingin membentuk kelompok dengan siapa pun. Akan tetapi, dia tidak bisa menolak perintah sistem yang akhirnya membuatnya mau tidak mau membentuk kelompok.
Mereka pada awalnya bertemu tidak sengaja setelah berhasil menyelesaikan misi ketiga pada babak kedua. Akan tetapi, untuk kali ini Aldo tidak yakin Indra akan menunggu hingga saat itu untuk mencari mantan rekannya. Walaupun Indra adalah mahakaryanya, tetapi Aldo sendiri tidak yakin apa yang akan pemuda itu lakukan sekarang. Kalau boleh jujur, Aldo sebenarnya belum memikirkan bagaimana akan membuat musim kedua.
"Rini sudah kelas berapa sekarang?" tanya Aldo berbasa-basi.
"Kelas empat," Rini menjawab pelan.
Aldo tidak lagi memberikan pertanyaan lanjutan. Gadis itu masih terpukul dengan kematian ibunya. Dia menundukkan kepala sepanjang perjalanan. Tangan gadis itu melingkar di pergelangan tangannya, mengusap-usap ikat rambut dengan hiasan kulit kerang.
Aldo kembali melihat layar hologram yang melayang di udara. Hanya tersisa satu menit dari dimulainya babak kedua. Setelah ini mereka tidak bisa bergerak selambat ini. Aldo harus bersiap untuk bertarung atau berlari. Dia menolehkan pandangan ke Rini yang masih menunduk. Anak itu terlihat melangkah lebar untuk mengikuti kecepatannya berjalan. Jika membawa dia berlari, mungkin Rini akan cepat kelelahan. Apakah anak ini akan dapat bertahan hidup dalam waktu lama?
Aldo memijat pelipisnya pelan. Mendadak dunianya yang biasa-biasa saja berubah menjadi penuh tekanan. Dia memiliki tanggung jawab yang besar. Seorang anak kecil dan adik perempuan yang harus dilindungi.
Kwaakkk!!!
Suara burung gagak dari belakang membuat Aldo bulu kuduk Aldo meremang. Dia dapat melihat banyak burung gagak yang berterbangan ke utara. Aldo tahu sebenatar lagi sesuatu yang menakutkan akan muncul dari rekahan tanah. Dia menggenggam tangan Rini dan Tina, menarik mereka untuk berjalan lebih cepat. Hingga suara alarm dari layar hologram membuat tubuh Aldo melemas.
[Begitu gempa bumi sudah berhenti, aku mengira semuanya selesai. Aku bangkit dari posisi tiarap untuk mendekati retakan tanah. Aku tahu berbahaya mendekati retakan itu, tetapi aku tidak bisa mengabaikan rasa penasaranku. Setidaknya aku ingin tahu akan seberapa dalam Benteng Vredeburg tertelan.
Kepalaku melongok ke dalam retakan yang lebarnya puluhan meter. Aku tidak tahu seberapa dalam jurang yang telah terbentuk. Aku tidak bisa melihat dasar jurang karena gelapnya bagian dalamnya. Kurasa jurang itu menjadi sangat dalam hingga cahaya matahari pun tidak dapat menembus dalamnya.
Aku melihat ke sekeliling jurang. Samar-samar aku dapat melihat atap Benteng Vredenburg. Sedalam itu jurangnya ternyata hingga cahaya matahari hanya bisa sampai bagian atap bangunan. Jika tidak ssngaja terjatuh ke dalam, seseorang bisa dipastikan tewas.
Aku tidak tahu seberapa bodoh tindakanku saat itu. Setelah beberapa lama mengamati jurang, layar hologram besar di udara tiba-tiba berbunyi seperti alarm pagi. Aku mengernyitkan dahi. Keanehan apalagi yang akan terjadi hingga pandanganku terfokus pada layar hologram itu. Di sana, tertulis 00:00:00, membuat perasaanku tidak enak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi apa pun itu pasti hal yang lebih buruk dari gempa.
Apa yang aku takutkan terjadi, bahkan lebih buruk dari yang aku pikirkan. Di depan setiap orang muncul layar hologram. Bukan layar hologram yang menjadi masalah, melainkan apa yang tertulis di sana.
-Permulaan, Pemain Eksekutif]
[Babak kedua dimulai]
[Abiroma memulai siaran]
[Misi 1 - Bertahan Hidup]
[Jenis: Misi Utama
Tingkat kesulitan: 1
Deskripsi: Makhluk yang selama ini disegel oleh 'Bumi' telah terlepas. Mereka memiliki rasa haus darah yang sangat tinggi dan akan membunuh manusia manapun yang mereka lihat. Tetaplah bertahan hidup dari makhluk ini hingga waktu berakhir.
Batas waktu: 2 Jam
Penghargaan: +2000 poin
Penalti: Kematian]