Chereads / SHAMELESS / Chapter 27 - 27 | THE GREAT SEDUCER IV

Chapter 27 - 27 | THE GREAT SEDUCER IV

Angela masih menatap wajah Lucas yang terlihat tidak berdosa, pria itu menurunkan tubuhnya dari pangkuannya, kemudian ia mengambil tisu basah yang ada disebelah Angela. Dilapnya tangan bekasnya bermain vagina Angela. Setelah itu ia merapikan jas, kemeja dan juga dasinya.

Sementara Angela masih duduk dengan keadaan setengah telanjang, kemejanya masih belum di tutup dengan benar, roknya masih tersingkap hingga ke pinggulnya, lalu rambutnya masih acak-acakan. Melihat Lucas bertingkah seperti tidak terjadi apa-apa membuat Angela kebingungan.

Mengapa Lucas selalu saja menghentikan kegiatan mereka ketika Angela hampir saja mencapai klimaks? Lucas melakukan seolah-olah memang sengaja melakukannya dan itu sudah kali ketiganya!

Angela mencoba mengabaikan gejolak gairahnya yang sudah dipaksa dibangunkan beberapa saat yang lalu. Ia kemudian merapikan pakaiannya, termasuk rambutnya yang telah berantakan. Tangan lentiknya memukul tangan Lucas yang mencoba memasukan kembali tisu basah itu ketempatnya. Angela meliriknya kesal, ia lalu mengusap bekas lipstik yang ada di pinggiran bibirnya.

Lucas kembali melajukan mobilnya. Hingga menit berikutnya masih tidak ada komunikasi apapun di antara keduanya. Angela masih sibuk membenahi riasannya, sementara Lucas fokus menyetir.

Rasanya seperti canggung, namun Angela tidak memiliki keberanian untuk mencari topik, ia masih merasakan gairah seksnya memanas terbukti dengan rasa licin pada pahanya saat Angela mencoba untuk menyilangkan kakinya.

Angela mengerang kesal, ia benar-benar kesal, padahal tinggal sedikit lagi ia bisa mencapai orgasme, tapi iblis itu malah mempermainkannya. Sialnya ia tidak bisa memprotes apapun.

Angela masih mengigiti jempolnya, tubuhnya masih menggeliat resah, meskipun Lucas tidak menyentuhnya saat ini, pikirannya melayang kemana-mana. Ia memikirkan kegiatan mereka beberapa menit yang lalu, ia juga masih bisa merasakan gesekan panas kedua jari Lucas di dalam vaginanya. Tanpa sadar, Angela mendesah pelan, ia terlalu basah untuk ditinggal seperti ini.

Sementara Lucas? Ia hanya melirik Angela yang bingung dengan keresahannya sendiri. Lucas melemparkan seringaiannya, tapaknya ia puas dengan hasil kerjanya sendiri.

Menit berikutnya, mereka berdua tiba di sebuah restoran berkelas bernama Nirvana. Restoran itu penuh dengan warna-warna lembut, begitu keduanya masuk ke dalam restoran, pelayan langsung membawa mereka ke lantai dua.

Lucas berjalan mendahului Angela, sementara Angela masih mencoba untuk mengumpulkan kekuatannya, ia tidak pernah berjalan dengan kondisi paha yang licin seperti ini.

Lucas menoleh, matanya mencari-cari keberadaan Angela yang tidak ada di sampingnya. Ia kemudian menghentikan langkahnya, membalikkan badannya saat ekor matanya menangkap bayangan Angela yang menempel pada dinding koridor restoran. Angela memegangi rok dan tasnya, ia terlihat mencakar tembok akibat menahan libidonya sendiri.

Lucas tersenyum, "kau lama sekali," komentarnya.

Angela menoleh ke arah Lucas dengan cepat, ia melemparkan tatapan tajam ke arah Lucas. Sedetik berikutnya, Angela memasang wajah datarnya, berdehem sebentar dan menyusul Lucas serta pelayan restoran.

"Tunjukan kami jalannya." Perintah Angela kepada pelayan itu.

Keduanya mendapatkan meja yang tepat berada di pinggir jendela, keduanya tidak perlu berpikir terlalu lama untuk memesan makanan. Yang ada dipikiran Angela saat ini adalah bagaimana caranya ia bisa mengeringkan kakinya yang terlalu basah akibat cairan kental dari vaginanya.

"Ada apa, Angela?" tanya Lucas menyeringai, ia terus memperhatikan tingkah Angela.

"Terkutuk kau, Lucas." Hardik Angela setengah menekuk wajahnya karena mengasihani dirinya sendiri. "Kau yang membuatku seperti ini-"

"Aku hanya menggunakan kedua jariku, tapi kau sudah tersiksa seperti ini," kata Lucas dengan menunjukan kedua jari yang ia gunakan tadi, "aku jadi penasaran dengan yang lain, apa mungkin sebaiknya kita membeli vibrator wireless?"

"Lucas!" Angela melirik sekitarnya, beberapa pengunjung yang ada di sebelah dan belakang Lucas menghentikan kegiatan mereka karena ucapan Lucas, mereka bahkan menoleh ke arah mereka berdua.

"Ada apa?"

"Jaga bicaramu, orang bisa mendengar semua ucapanmu dari sana." Kata Angela memperingati Lucas.

"Angela, biarkan mereka mendengarkan apa yang bukan menjadi urusan mereka. Lagipula manusia hidup dengan kepentingannya sendiri, bukan?"

"Itu benar, tapi bukanlah hal yang sopan juga membicarakan hal itu di tempat umum seperti ini."

"Baiklah, aku menurutimu."

Seorang pelayan datang dengan menuangkan segelas air putih ke gelas Angela dan Lucas. Disaat itu, mata Lucas masih terus memerhatikan tingkah Angela, wanita itu berdehem sejenak untuk menyembunyikan ekspresi kekesalannya. Sungguh lucu dan amat menyenangkan bagi Lucas.

"Setelah makan siang ini, aku ingin membawamu ke butik di Torres." Kata Lucas mulai membuka topik pembicaraan.

Angela menoleh ke arah Lucas, ia menatap pria itu dengan tatapan tidak menyangka. "Maksudmu Edgar Torres si perancang busana terkenal itu?"

"Ya," Lucas mengangguk pelan, ia heran dengan ekspresi Angela yang mendadak berubah.

Edgar Torres, begitu orang mengenalnya, pria itu adalah perancang busana wanita terkenal, hanya segilintir orang dengan kekayaan lebih saja yang bisa membeli pakaian rancangannya.

Angela menggelengkan kepalanya, untuk apa Lucas mengajaknya ke toko butik pakaian wanita itu?

"Kau akan membeli beberapa pakaian untuk ibumu?" tanya Angela mencoba mengonfimasi Lucas.

"Ibuku sudah meninggal saat melahirkan adik bungsuku," jawab Lucas dengan memotong dagingnya. "Adik bungsuku juga tidak tinggal di kota ini, jadi untuk apa aku membelikan dia baju?"

"Jadi?"

Lucas menghela nafasnya, "aku benci melihatmu menggunakan dress bunga-bunga itu, selain kau terlihat polos dan lugu, kau juga terlihat kampungan. Buang baju-baju itu, aku akan membelikanmu yang baru. Aku tidak suka wanitaku mengenakan pakaian itu."

Angela mengatupkan mulutnya, ada yang aneh dari ucapan Lucas. Pria itu mengatakan 'wanitaku' yang jelas-jelas ditujukan kepadanya.

Angela kemudian menggelengkan kepalanya, "aku sudah bertunangan, Lucas. Ingat itu."

Lucas mengangguk pelan sembari mengunyah makanannya, moodnya mendadak buruk saat Angela mengingatkannya akan fakta yang satu itu. Selera makan siangnya hilang seketika, ia kemudian meletakan pisau dan garpunya. Setelah itu ia meminum minumannya.

Mata rubynya melirik Angela yang ternyata menikmati makan siang mereka. Lucas terus memperhatikan Angela hingga makan siang mereka selesai. Mereka memang sengaja tidak banyak bicara, selain karena Angela lapar bukan main, Lucas juga tidak ingin mengganggu Angela menyantap makan siangnya. Ia tidak ingin Angela kehilangan selera makan sepertinya.

Melihat Angela antusias dengan apa yang diberikannya seperti membuat Lucas semakin bangga pada dirinya. Ia semakin yakin Angela akan kembali kepadanya. Mulut bisa berbohong tapi tubuh dan pikiran tidak akan bisa membantu menutupi kebohongan mulut, benar begitu bukan?

"Sudah selesai?" tanya Lucas.

Angela mengangguk dengan mengelap mulutnya, ia terkejut saat melihat perbedaan piringnya dengan piring Lucas. Ia mengejap-ngejapkan matanya, sepertinya ia benar-benar kelaparan.

"Kau sengaja tidak makan, bukan?" lirik Angela tajam.

"Aku makan, Angela." Kata Lucas.

Pria itu kemudian berdiri sembari merapikan jasnya, setelah itu ia menarik lengan atas Angela.

"Ayo berdiri, kita ke Torres sekarang." Perintah Lucas.

"Hah? Sekarang?"

"Iya, aku tidak bisa menemanimu hingga malam, manisku. Aku memiliki jadwal padat hari ini." Jawab Lucas dengan menarik tangan Angela pergi dari Nirvana.

Angela hanya bisa berjalan mengikuti Lucas dari belakang, pria itu kemudian menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Sedetik berikutnya, maserati itu melaju ke butik Torres yang ada ditengah-tengah kota.

Butik itu berada di sebuah jalanan sepi, namun saat masuk ke dalam tempat itu hanya ada beberapa wanita eksekutif yang memilih pakaian-pakaian. Istri para pejabat, istri dari para presdir, ada pula wanita karir kaya, dan juga artis terkenal.

Lucas masuk ke dalam toko butik itu diikuti dengan Angela di belakangnya. Ia menelan ludahnya saat ia melihat para wanita yang ada di dalam butik itu. Matanya membulat saat ia melihat salah satu artis dan model ternama sedang mencoba sebuah pakaian berwarna terang di ujung ruangan.

"Kau pilih sesukamu, aku yang bayar." Kata Lucas dengan memeluk pinggang Angela.

Mendadak seluruh ruangan menjadi hening, para wanita itu melirik ke arah Lucas.

"Eh? Aku?" Angela kebingungan.

Keduanya kemudian di antar ke sebuah ruangan VIP yang ada di lantai tiga. Tidak ada yang bisa memasuki ruang VIP selain orang-orang yang benar-benar kaya, harga sewanya perjam sangatlah mahal, bahkan artis-artis dan istri pejabat pun tidak sanggup menyewanya sendiri.

Ruangan itu seperti kamar yang luas, memiliki sofa dan meja kecil ditengah-tengah ruangan. Cermin besar yang ada di ujung ruangan, serta sebuah bilik kecil yang digunakan untuk mengganti pakaian.

Angela melongo melihatnya, tempat ini terlalu mewah untuknya yang bukan siapa-siapa.

"Bawakan beberapa potong baju casual untuknya," perintah Lucas kepada para pelayan toko itu.

Lucas membuka kancing jasnya dan duduk di sofa empuk berwarna merah, ia lalu melirik ke arah Angela yang masih terpukau dengan tempat ini. Pria itu kemudian menepuk-nepuk tempat duduk disebelahnya. Angela menurut dan kemudian duduk di sampingnya.

"Seluruh pelayan di sini segan terhadapmu, apakah kau mengenal Edgar Torres?" tanya Angela setengah berbisik.

Lucas menoleh, "semua pelayan toko akan segan terhadap pembeli, bukankah konsepnya memang begitu?"

Angela memutar matanya, "mereka berbicara kepadamu dengan cukup akrab, itu yang membuatku berpikiran jikalau kau mengenal Edgar Torres."

"Tentu saja mereka mengenalku, ayahku sering berbelanja di sini untuk para gundiknya." Kata Lucas santai.

"Apa? Gundik?"

"Ya benar, ayahku memiliki dua gundik cantik ketika ia masih menjabat di 'S Group. Lalu sekarang aku juga mengajakmu berbelanja di sini."

"Yang artinya aku juga gundikmu?"

"Kau adalah milikku," kata Lucas mengakhiri pembicaraan mereka dengan mengecup bibir Angela.

Cara itu memang terbukti ampuh, Angela seketika terdiam saat Lucas mencium bibirnya, pria itu membuatnya menelan berbagai pertanyaan yang timbul di kepalanya. Angela mencoba untuk memeluk kepala Lucas, namun, pria itu kemudian memegang kedua tangannya dan menurunkannya seiring dengan selesainya ciuman mereka berdua.

Angela mengejap-ngejapkan matanya, ia masih tidak mengerti, pria ini mencoba untuk mundur perlahan ketika ia sudah siap untuk maju mendekatinya.

Beberapa menit kemudian, para pelayan itu datang dengan membawa beberapa potong pakaian yang telah di gantung pada gantungan baju. Mereka mendorong gantungan baju itu hingga ke depan ruang pas.

"Coba saja, Angela, pilih sebebasmu," ujar Lucas dengan tersenyum, "jika kau tidak cocok, minta saja yang lainnya. Aku yang akan membayarnya."

Angela menelan ludahnya, "Lucas, aku tahu kau kaya, tapi bisakah aku ikut patungan denganmu?"

Lucas mengerutkan dahinya, "kau punya uang sebanyak itu?" tanyanya.

"Aku rasa ada.." gumam Angela dengan menggaruk kepalanya, ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa membayar setengah harga dari baju itu.

"Pilih saja, Angela, aku akan menunggu di sini." Kata Lucas dengan santai.

Angela dan Lucas kemudian berdiri mendekati baju-baju cantik itu. Dengan cepat, ia kemudian memilihkan pakaian untuk Angela, pria itu tak perlu berpikir panjang untuk mencampur dan memadupadankan atasan dan juga bawahannya. Setelah itu ia menyuruh Angela untuk mencobanya ke ruang ganti.

Mata Angela membulat saat ia melihat cerminan dirinya mengenakan pakaian yang dipilihkan oleh Lucas, ia terlihat lebih dewasa dibanding dengan pakaian-pakaiannya miliknya. Angela mengigit bibirnya, ia benar-benar terkejut dengan ide-ide fashion dari Lucas.

"Tidak cukup?" tanya Lucas.

Angela terkejut, ia membalikkan badannya. Si Lucas brengsek itu berkata sangat dekat di telinga Angela, ternyata pria itu membuka tirai penutup ruang ganti tanpa permisi.

"Heh, dasar mata keranjang! Jangan masuk-masuk sembarangan!" kata Angela dengan memukul dada Lucas.

Bukannya Lucas pergi dari sana, pria itu malah memegang dagunya, ia nampak sedang memikirkan sesuatu sembari meneliti tubuh Angela yang masih mengenakan pakaian yang ia pilihkan.

"Kau dengar tidak sih?" Angela mendorong tubuh Lucas hingga keluar bilik ganti.

Seketika Lucas kemudian pergi mengambilkan satu pasangan baju lagi.

"Coba pakai ini, warnanya cukup lembut, kulitmu mungkin akan kontras jika memakai ini." Kata Lucas dengan menyodorkan pakaian itu kepada Angela.

"Eh?"

"Sudah coba saja."

"Baiklah."

Angela kemudian menutup tirai bilik ganti itu, namun tangan besar Lucas malah menahannya, pria itu menatap mata Angela lekat-lekat, ia kemudian menyeringai. Mengerti apa yang dimaksudkan oleh Lucas, Angela kemudian memukul Lucas dengan kesal. Pria itu ingin melihat dirinya mengganti pakaiannya tanpa harus menutup tirai.

"Jangan berharap, dasar mesum." Angela mendorong-dorong tubuh Lucas.

"Mengapa aku tidak boleh melihatmu berganti baju?" tanya Lucas pura-pura polos.

"Mengapa kau bilang?" Angela mulai terkejut dengan ucapan polos Lucas.

"Aku kan hanya melihatnya, aku tidak melakukan apapun." Jawab Lucas santai. Ia menaikan kedua bahunya.

"Haha, lucu sekali." Ujar Angela dengan menutup tirai itu kasar.

Namun, sekali lagi Lucas menahan tangan Angela, pria itu menatap Angela dan menyunggingkan senyumannya.

"Aku tidak percaya kau memiliki sifat pemalu seperti ini, Angela." Kata Lucas di telinga Angela, suaranya berubah menjadi lebih berat.

Angela membelalakan matanya.

"Sifat pemalumu itu sangat mengangguku. Kita bahkan pernah bercinta di tempat umum, mengapa perkara mengganti baju saja kau malu kepadaku?" tanyanya kembali, nafas berat pria itu membelai tengkuk Angela.

Angela menggigit bibirnya, mau tidak mau, ia harus mengganti pakaiannya di hadapan Lucas. Ia harus rela tubuhnya di teliti oleh pria menyebalkan itu.

Tak ada pilihan lain, Angela harus munurutinya.

Angela kemudian melucuti pakaian yang ia kenakan perlahan, dimulai dengan membuka kancing baju atas, kemudian ia membuka dan melepasnya. Angela mencoba untuk bertindak bodoh amat dengan Lucas, namun pria itu terlalu menatapnya dengan tajam dan serius. Hal ini sukses membuat Angela canggung, bahkan sampai kesulitan untuk mencari resleting roknya.

Lucas berjalan mendekatinya, ia membantu Angela untuk menurunkan resleting roknya, pria itu kemudian menurunkan rok yang Angela kenakan. Tanpa diduga, Lucas mengecup pundaknya, seketika dada Angela kembali berdebar-debar. Tidak hanya karena tatapan tajam Lucas yang mengitimidasinya, tapi juga kecupan panas di pundaknya.

"Kenakan itu dulu, setelah ini aku akan mencarikanmu dress." Kata Lucas dengan menyandarkan tubuhnya di dinding.

Lucas tidak berniat untuk beranjak dari tempatnya, melihat itu Angela menutup matanya, berharap bisa menenangkan hatinya.

-Bersambung ke Chapter #28-