Chereads / SHAMELESS / Chapter 28 - 28 | THE GREAT SEDUCER V

Chapter 28 - 28 | THE GREAT SEDUCER V

Pakaian itu terdiri dari rok span berwarna cokelat muda, dengan belahan samping hingga sampai ketengah-tengah pahanya, lalu Lucas memadukannya dengan atasan cantik berkerah V rendah dan berwarna putih tulang. Angela terlihat seperti seorang wanita eksekutif yang ada di kantor Lucas.

"Bagus, ambil itu." Perintah Lucas dengan mengangguk-ngangguk.

Lucas kemudian berjalan mendekati beberapa koleksi gaun yang ada di ujung ruangan, wajahnya terlihat sibuk mencari-cari. Sementara Angela masih terus menatap dirinya di cermin, ia tidak pernah terlihat bercahaya dengan pakaian sederhana seperti ini.

Angela berniat mengintip harga roknya. Begitu ia mengetahui harganya, ia langsung menelan ludahnya. Sepertinya Angela harus menjual satu ginjalnya dulu agar bisa membeli dua potong baju yang ia kenakan sekarang.

"Lucas, apakah menurutmu ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Angela dengan menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Tidak." Tukas Lucas mantap.

Pria itu kemudian kembali dengan membawa sebuah gaun mini berwarna ungu pastel, ia memberikannya kepada Angela.

"Cobalah," pinta Lucas yang kemudian duduk di sofa. Pria itu kemudian mengangkat telepon yang tiba-tiba berbunyi.

Angela menghela nafasnya, ia kemudian masuk ke dalam bilik ganti, setelah itu ia melepas semua pakaiannya dan menggantinya dengan gaun ungu pastel tadi. Setelah ia mencobanya, Angela sedikit kesulitan untuk menempatkan dua bola dadanya, gaun mini itu benar-benar ketat membentuk tubuhnya, ia terlihat manis dan seksi di saat bersamaan.

Angela mencoba untuk menata rambutnya kembali, menimbang-nimbang apakah mini dress itu cocok dengannya. Potongan lehernya terlalu rendah hingga mempertontonkan belahan dadanya, lalu bagian lengan panjangnya tidak terlalu ketat karena jenis kainnya yang melar. Angela suka karena ia bisa melihat pinggangnya yang rapi.

"Sudah kau coba Angela?" tanya Lucas yang langsung membuka tirainya.

"Hei!" pekik Angela terkejut. "Panggil saja namaku, aku akan keluar, jangan sembarangan masuk."

Lucas terdiam tak menanggapi, mata pria itu terus memperhatian tubuh Angela dari ujung kaki ke ujung rambut. Pakaian itu benar-benar membentuk tubuh indah Angela, meskipun hanya terbuka dibagian dada dan paha saja, Lucas merasa Angela teramat seksi mengenakannya. Apakah dia salah memilihkan pakaian? Harusnya pakaian itu terlihat manis dan mewah untuknya. Bukan seseksi dan sepanas ini.

Sementara Angela terus terdiam, ia melirik dasi Lucas yang melonggar tanpa sebab, pikirannya melayang-layang tak menentu. Angela lupa jika ia masih bergairah karena kegiatan mereka di mobil beberapa jam yang lalu. Ia mencoba untuk mengalihkan pandangannya.

Namun ternyata, kedua mata mereka bertemu, tidak ada sedikitpun ucapan yang terlontar dari mulut mereka. Sejenak mereka merasakan ruangan ini menjadi panas, Lucas kemudian berjalan pelan mendekati Angela, membuat Angela mundur perlahan hingga ke dinding cermin.

"Kau tidak merasa panas di sini?" tanya Angela pelan.

"Ya, aku merasa panas." Jawab Lucas.

Mata mereka bertemu lagi dan bibir mereka kembali bertautan.

Keduanya berciuman laksana hewan buas yang kelaparan, saling mencoba untuk mendominasi. Lucas menarik dagu Angela agar wanita itu lebih membuka mulutnya, keduanya mulai memainkan lidah masing-masing. Suara kecupan erotis terdengar seolah-olah memenuhi ruangan itu.

Kemudian, tangan Lucas tidak ingin tinggal diam, segala pelukan dan remasan tangan Angela terhadap rambutnya membuat Lucas ingin membalas tindakan Angela kepadanya. Pria itu mengangkat satu kaki Angela, memintanya untuk melingkarkan kaki itu ke pinggangnya, setelah itu Lucas akan mengusap paha Angela yang mulus tanpa melepaskan ciuman masing-masing.

Tangannya berjalan cepat masuk ke dalam celana dalam Angela, ia kembali bermain-main di bibir vagina Angela.

"Ahhh, Lucas jangan.." bisik Angela di sela-sela mereka menarik oksigen sebelum akhirnya mereka kembali bercumbu.

Angela menolak, tapi Lucas jauh lebih tau apa yang diinginkan oleh wanita itu. Lucas kamudian memasukan dua jarinya sekaligus, bermain-main dengan lubang hangat Angela di bawah sana, membuat si pemilik bergetar dan menggeliat parah karenanya.

Lucas terus menatap ekspresi erotis Angela, mulai dari terkejut karena permainan tangannya, lalu mulut yang terbuka dengan mata tertutup, ekspresi yang mencoba membuka mata namun dengan mengigit bibir bawahnya, wah sungguh pemandangan yang menakjubkan. Lucas sangat menikmatinya.

Angela meremas jas Lucas dengan erat, menahan desahannya yang mulai tak tahu malu. Sesekali ia menutup mulutnya yang hampir saja berteriak saat jemari Lucas mengocok lebih cepat di bawah sana. Kepalanya mendadak menjadi ringan, tubuhnya semakin melemas, suara kecipak terdengar hingga ke telinganya. Ia tahu ia sudah sangat basah dan becek di bawah sana.

Lucas memutuskan untuk menurunkan kaki Angela, menempelkan tubuh wanita itu ke dinding cermin, setelah itu ia menyingkap rok dress itu ke atas, pria itu berjongkok dengan terus mengocok vagina Angela. Ditariknya pinggul Angela agar ia bisa melihat penampakan vagina wanita itu, Angela bersandar pada dinding cermin sembari mencakar-cakar tirai di sebelahnya.

"Haaahhhh aanngg!" Angela memekik. "Lucas, jangan di sana!"

Lucas menenggelamkan wajah ke selangkangan Angela. Pria itu mulai menunjukan keahliannya dalam menjilati vaginanya. Lidahnya terasa panas, Angela semakin tidak berdaya di buatnya, tangan pria itu pintar membuat Angela kelabakan, tapi lidah Lucas juga cukup membuatnya panik karena gairahnya.

Angela tahu bahwa apa yang dilakukan Lucas ini termasuk tindakan pelecehan seksual di tempat umum, tapi, Angela terpaksa mengakuinya. Sensainya terlalu kuat hingga ia tidak berdaya untuk menolaknya. Bibirnya masih mengikuti logikanya, namun tubuhnya mengikuti gairahnya yang telah membara.

Angela mengusap kepala Lucas, berharap agar pria itu mengasihinya. Namun, bukannya berhenti, Lucas malah menambah keagresifan lidahnya.

"Ah! Ah! Ah!" Angela menutup mulutnya sendiri, ia takut para pelayan yang ada di luar sana mendengar desahannya. "Lucas, berhenti.. kumohonn ahh ahh.."

Lucas mendongak, menatap Angela yang telah berantakan, pria itu menyeringai, "meh, kau meminta berhenti tapi vaginamu terus menghisap jemariku."

"Aku tidak tahu ituuh.." tangan Angela mencengkeram tirai itu.

Lucas kemudian menggendong Angela ke sofa, menidurkan tubuh wanita itu dan mulai mencumbunya. Berawal dari kecupan mesra di bibir, kemudian turun ke leher jenjangnya meninggalkan tanda kemerahan di sana, setelah itu ia menarik paksa kerah Angela hingga membuat payudaranya menyembul ke luar. Lucas sangat menyukai payudara Angela, bentuknya bulat dan padat, tidak terlalu besar tapi pas di kedua tangannya. Lucas gemas, di remasnya kedua payudara itu.

"Angela, aku sudah lupa, apakah ketika kau masih remaja dulu payudaramu sekenyal ini?" bisik Lucas di telinga Angela.

"Oh, berhenti berbicara kotor kepadaku.." lenguh Angela dengan memeluk kepala Lucas.

Lucas kembali menjelajah ke selangkangan Angela, ia terus membuat wanita itu kelabakan. Lidahnya menjilat secara teratur dan menggoda, jemarinya terus membuat tempat itu becek, Angela tidak peduli dengan suaranya saat ini, ada kalanya ia memekik, mendesah, dan mengerang karena ulah Lucas. Apalagi saat pria itu bermain-main klitorisnya, Angela harus menahan teriakan akibat panasnya gairahnya yang memuncak.

Lucas terus memainkan jemarinya, ia bisa merasakan jari-jarinya terhisap kuat dan dipijit di dalam sana. Dilihatnya Angela yang masih menggeliat resah, ia kemudian menekan titik rahasia milik Angela di dalam sana.

"Jangan! Jangan!" teriak Angela.

Angela mengigit bibirnya saat orgasme menyerangnya, menumpahkan cairan hangat yang membuat sofa itu banjir. Angela terengah-engah, pandangan matanya mulai buram, akhirnya ia bisa mencapai orgasmenya setelah tiga kali dipermainkan oleh Lucas. Keringat membanjiri tubuhnya hingga membuatnya lengket.

Mata hijaunya melirik ke arah Lucas yang kini duduk di sebelahnya, pria itu kemudian mengecup pipinya dengan mesra.

"Sekarang giliranku." Perintah Lucas dengan nada menuntut di telinga Angela.

Angela mengangguk, ia kemudian turun dari sofa dan berjongkok tepat di hadapan Lucas. Tangan lentiknya bergerak lincah membuka celana Lucas, dimulai dari sabuknya, lalu resleting celananya.

Matanya menatap penuh arti di balik celana dalam hitam seksi di hadapannya. Angela tahu Lucas menahannya cukup lama, gundukan itu perlahan-lahan semakin mengeras saat ia menyentuhnya dengan jari telunjuknya, bahkan Angela bisa melihat kepala bulat yang muncul di bagian karet celana dalam itu. Rudal itu ingin segera di lepaskan dari belenggu yang ketat.

"Angela, mataku ada di atas sini." Goda Lucas.

Angela tertawa mendengarnya, ia tertangkap basah menatap penis Lucas. Sebenarnya lubang kenikmatannya pernah merasakan dihujami oleh penis besar itu, namun, ia tidak bisa bersikap munafik, ia ingin mengicipinya dengan mulutnya. Lagi, untuk yang kedua kalinya.

Bibir merah muda itu perlahan mengecup bagian luar celana Lucas, sesekali ia memainkan kepala penis yang muncul dengan jari telunjuknya, membuat gerakan yang menggoda agar Lucas sedikit tersiksa. Tapi, bukan Lucas namanya jika tersiksa, ia malah semakin senang melihat kerlingan mata Angela yang nakal. Refleks Lucas mengelus pipi Angela dengan lembut.

Angela kemudian menurunkan celana dalam Lucas, seketika munculnya kejantanan Lucas yang berdiri menantang gravitasi bumi. Pemandangan yang Angela lihat saat ini tidak ada bedanya dengan lilin yang ditancapkan ke kue ulang tahun.

"Apa yang kau tunggu, Angela? Hisap saja."

Angela memulai dari kecupan-kecupan manja dari kepala penis hingga ke bawah pangkalnya, setelah itu ia menjilatnya perlahan-lahan. Diliriknya Lucas yang sudah menutup matanya akibat birahi yang memuncak, sensai lidah Angela yang menjilat dan melingkari penisnya terasa hingga ke ubun-ubun.

Tindakan Angela dilanjut dengan mengulum penis Lucas, ia memberikan pijatan-pijatan manja ke seluruh batangnya, tak lupa tangannya mulai mengocok pelan setengah mengurut.

"Aahh ahhh, teruskan, Angela. Kau memang ahlinya." Puji Lucas dengan mengusap lembut kepala Angela.

Angela memberikan hisapan-hisapan kecil pada penis Lucas, membuatnya semakin membesar dan mengeras. Tiba-tiba saja Angela menyukainya dan semakin menggila. Dibukanya mulutnya agar penis Lucas bisa masuk seluruhnya. Setelah itu ia membuat gerakan naik turun.

"Aaahh rasanya seperti dipijat.." ujar Lucas memegang kepala Angela.

Tangan Lucas kini ikut mengambil alih gerakan kepala Angela. Rasanya seperti sedang menggauli mulut kecil Angela dan itu adalah kenikmatan yang Lucas inginkan.

Angela tidak henti-hentinya merasakan cairan precum yang keluar dari ujung penis Lucas, lidahnya semakin gila bermain-main saat Lucas memegang kepalanya. Mata hijaunya mencoba untuk mencuri-curi pandangan ekspresi Lucas, wajahnya memerah saat melihat ekspresi kenikmatan Lucas.

Angela senang melihatnya.

Selama lima belas menit, Lucas menggauli mulut Angela. Bahkan wanita itu terlihat sudah menahan lelahnya akibat terus membuka mulutnya, menghisap penisnya. Tiba-tiba saja Lucas menegang, ia menjambak rambut Angela saat ia melakukan ejakulasi.

Mulut Angela seketika penuh dengan cairan nikmat Lucas. Angela mundur perlahan, dilihatnya Lucas yang terengah-engah menatapnya, pria itu mengelus-elus pipinya dengan lembut.

"Telan." Perintah Lucas.

Angela menelan semuanya tanpa terkecuali. Wanita itu tersenyum puas.

*

Kembali ke kediaman Dr. Sean Evans.

Sean menghentikan kegiatan menulisnya, telinganya tidak kuat mendengarkan cerita erotis Angela. Diliriknya Angela yang saat ini sedang duduk dengan menyilangkan kedua kakinya. Wanita itu meminum tehnya dengan santai, seolah-olah ceritanya tidak menganggu harga dirinya, Sean tidak menemukan adanya rasa malu dan takut dari gerak gerik Angela.

"Apa kau tidak takut jika kegiatan kalian akan di ketahui oleh orang lain?" tanya Sean.

Angela menyentuh bibirnya, ia tersenyum, "untuk apa? Lucas itu kebal hukum, apa yang dia inginkan adalah hukum itu sendiri. Jadi, aku tidak akan takut."

Ekspresi yang dilontarkan oleh Angela benar-benar kebalikan dengan yang sebelumnya, Sean rasa Angela kini telah berubah cukup banyak dari yang sebelumnya. Tidak ada perasaan takut, benci, ataupun ragu. Angela terlihat menikmati ceritanya sendiri.

"Apakah ceritaku terlalu vulgar, Dr. Evans?" tanya Angela, mata hijaunya menatap lurus ke mata sang dokter.

Sean menggelengkan kepalanya, "tidak, Angela, ceritakan saja."

"Jika kau keberatan dengan ceritaku, aku akan menceritakan yang lainnya saja."

"Aku baik-baik saja, Angela. Kau bisa meneruskan ceritamu."

Angela mengangguk perlahan.

"Sayangnya di tempat itu, aku hanya melakukan oral seks dengan Lucas, Dr. Evans. Aku harap ceritaku tidak mengecewakanmu hihihi." Kata Angela dengan menutup mulutnya. Suaranya mendadak menjadi setengah menggoda si dokter.

Sean tahu, meskipun ia adalah dokter, bagaimanapun ia adalah lelaki jantan, mendengar cerita erotis dari mulut seorang wanita muda di hadapannya, sudah pasti ia merasakan sempit pada bagian celananya. Itu tandanya dia normal.

"Setelah kejadian itu, Lucas benar-benar membelikanku banyak baju baru. Pria itu ingin aku mengenakan pakaian yang sesuai dengan seleranya." Lanjut Angela santai. "Aku tidak keberatan, sebagai seorang wanita yang cuek akan penampilan, sejujurnya Lucas sangat membantuku untuk menjadi wanita dengan fashion baik."

Sean menyangga dagunya, ia terus memperhatikan Angela yang bercerita di hadapannya.

"Sehari setelah kejadian itu, Lucas kembali memanggilku ke rumahnya." Suara Angela kembali berubah menjadi kelam. "Ia ingin aku melakukan sesuatu lagi untuknya. Kali ini perintahnya cukup berbahaya, perintahnya membuatku harus mempertaruhkan nyawaku sendiri."

Lirikan mata Angela membuat tubuh Sean merinding.

"Ia ingin aku merayu seseorang yang telah membocorkan data-data perusahaan kepada Umut, Lucas kemudian mengatur jadwalku untuk bertemu dengan orang itu."

"Lalu, siapa yang dimaksud oleh Lucas? Orang yang membocorkan data-data 'S Group." Tanya Sean.

Angela menoleh ke arah Sean. "Namanya John Roberts, salah seorang eksekutif di perusahaan 'S Group. Pria berumur 45 tahun itu sangat berbahaya, ia hampir saja membunuhku."

Tangan Angela kini pindah ke lehernya, ia mengusapnya perlahan, seolah-olah masih bisa merasakan kengerian saat ia bersama dengan John Roberts.

"Dan kau menyanggupinya?" tanya Sean.

Angela terlihat tersenyum, "tidak ada pilihan lain selain menurutinya, Dokter."

-Bersambung ke Chapter #29-