Chereads / SHAMELESS / Chapter 9 - #09 | DEVIL IN WHITE IV

Chapter 9 - #09 | DEVIL IN WHITE IV

Lucas menyeringai ketika membaca pesan dari Angela, tanpa memedulikan karyawannya yang terus berbicara di muka ruang rapat, Lucas kembali membalas pesan Angela.

Untuk : Baby Doll : Dia akan mengetahuinya, cepat atau lambat.

Ting!

Lucas membuka pesan dari Angela. Lagi.

Dari : Baby Doll : Persetan denganmu, pergilah ke neraka!

"Sure." Gumamnya dengan mengetikan balasannya.

Untuk : Baby Doll : Akan kupastikan kau ikut bersamaku.

*

Siang itu di kantornya, Angela tidak pernah merasakan amarah yang seperti ini, rasa amarahnya seperti terbungkus rapi dengan ketakutan. Angela marah dengan sikap amoral Lucas kepadanya, disisi lain ia juga takut kepada pria bermata merah itu, takut karena pria itu berbahaya. Angela berpikir, Lucas akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, pria itu tahu dia memiliki kekuatan penuh untuk menghancurkan hidupnya tidak lepas dari masa lalu mereka.

Angela kini berdiri di depan perapian dengan menyisir poninya ke belakang, sesekali ia meniup poninya, memijat pelipisnya.

"Wah, kepalaku sangat pusing." Gumamnya.

Apa yang akan kau lakukan, Angela? Mengikuti alur permainan sang iblis putih? Ataukah melarikan diri dengan berpura-pura tidak mengenal Lucas Scorgia?

"Pilihan pertama terlalu beresiko," gumam Angela, ia berjalan pelan menuju ke sofa kecil berwarna gelap, matanya menerawang jauh menatap api perapian, "mengikuti alur permainannya? Tidak, dia pasti akan menjebakku lagi." Angela menggelengkan kepalanya.

Ia kemudian menghela nafasnya, menengadah sembari memikirkan cara lain selain pilihan yang pertama dan yang kedua.

Cukup lama Angela berdiam diri sebelum akhirnya ia berdiri dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.

"Aku tidak bisa seperti ini, tidak ada pilihan lain, aku harus berhenti menghubunginya. Dia pria yang berbahaya." Gumamnya.

Angela membuka laci meja kerjanya, mata zamrudnya melihat amplop yang diberikan oleh Lucas kemarin malam. Benci akan ingatan dengan apa yang terjadi pada dirinya, Angela langsung mengambil amplop itu, merobeknya dengan penuh amarah dan membakarnya di perapian.

Angela memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan Lucas. "Aku akan membantu Ryan dengan cara yang lain. Ada banyak perusahaan sebesar 'S Group, Ryan akan mendapatkan salah satunya namun bukan Lucas presdirnya." Nada bicaranya terdengar mantap dan penuh dengan keyakinan. Hingga menit berikutnya Angela masih menatap api yang melahap habis dokumen-dokumen itu.

Disisi lain Angela bersyukur karena nenek Elena sendiri tidak menyetujuinya dari awal. Ia jadi memiliki keberanian untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Lucas.

Angela kemudian mengambil ponselnya, dilihatnya history chat antara dirinya dengan Lucas. Pria itu memberinya balasan yang menjengkelkan, bahkan pesan yang dia dikirimkan selalu mengandung pelecehan.

Jempol kecil Angela menekan tombol 'Blokir'. Setelah itu ia mematikan ponselnya, di ambilnya kartu nomornya, ia mematahkan simcard itu dengan ujung jempolnya, setelah itu ia ikut membakarnya.

"Selesai." Ujarnya dengan kembali duduk di kursinya.

Itulah yang dilakukan oleh Angela, sebuah jalan yang menurutnya aman tanpa harus menimbulkan konflik berlebihan. Ia memutus semua hubungan antara dirinya dengan Lucas, termasuk tidak mengharapkan kebaikan hati pria itu untuk menjadikan Ryan karyawannya.

Selama lebih dari empat bulan, Angela merasa damai. Kehidupannya baik-baik saja, ia juga sering keluar berkencan bersama dengan Noel. Bahkan saat ini Angela sedang asyik menulis nama-nama tamu undangan bersama dengan pengasuh yang lain, sebelum akhirnya sebuah nomor tidak di kenal menelepon ponselnya.

"Ya." Jawab Angela setelah ia keluar dari ruangan itu.

Tidak ada jawaban dari seberang sana.

"Halo, dengan siapa?" tanya Angela lagi.

"Angela." Panggil seseorang dari seberang sana.

Angela terkejut, ia mengenal suara itu. Tangannya gemetaran dan kakinya mendadak menjadi melemas.

Lucas kembali menghubunginya.

Dadanya berdebar-debar. "I-iya." Jawab Angela.

"Apa kau bisa berbahasa asing dengan lancar?" tanya Lucas dari seberang sana.

"Bagaimana bisa kau mendapatkan nomorku yang baru?" tanya Angela lagi.

Lucas tertawa. "Aku selalu bisa menemukanmu, kau membawa milikku, kau ingat?"

Angela memukul jidatnya. Ia menyingkap poninya ke atas dan sesekali menggaruknya. "Apa maumu?"

"Aku hanya ingin tahu, apakah kau bisa berbahasa asing dengan lancar?"

Angela menggelengkan kepalanya, "tidak." Ujarnya berbohong.

"Hahaha, kau adalah pembohong yang buruk, Angela. Aku suka itu."

"Mengapa kau menghubungiku lagi?"

*

"Aku merindukanmu." Jawab Lucas yang saat ini sedang duduk menatap langit yang ada di luar jendela hotelnya.

Setelah ia mengetahui bahwa Angela mengubah nomornya, Lucas memang sengaja membiarkannya. Toh, sejak empat bulan yang lalu, Lucas sangat sibuk dengan urusan kantor cabang lain.

"Hahaha, lucu sekali leluconmu, Tuan Scorgia." Jawab Angela dari seberang sana.

"Aku merindukanmu, sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu." Lanjut Lucas dengan sesekali mengernyitkan jidatnya. "Aku ingin kau terbang kemari menemaniku berpesta."

Lucas saat ini sedang duduk bersandar pada sofa empuk berwarna krem. Tangan Lucas yang sedari tadi memegang gelas bir kemudian meletakan gelasnya dan kini tangannya berjalan turun ke bawah. Dilihatnya seorang wanita berambut hitam sedang asyik memberikan kuluman pada kejantannya. Lucas tersenyum melihat wanita itu.

"Tidak, terima kasih atas tawaranmu." Jawab Angela lagi dari seberang telepon.

"Aku masih ingin merekrut Ryan untuk menjadi karyawan di perusahaanku," ujar Lucas, "jadi, mungkin kau bisa memberiku kontrak yang kuberikan padamu waktu itu."

"Oh, Tuan Scorgia. Anda memanglah orang yang sangat baik." Jawab Angela dengan nada sarkas. "Dokumen itu sangatlah penting, akan sangat menyenangkan jika Ryan bisa belajar manajemen di perusahaanmu. Tapi aku membakarnya, bersama dengan foto bejat yang kau selipkan ke dokumen itu."

Lucas menjabak rambut wanita itu saat wanita itu menghisap tanpa aba-aba. "Begitu. Sayang sekali, padahal itu adalah souvenir yang langka untukmu."

"Hahaha, lucu sekali." Jawab Angela lagi.

"What a disobedient girl, Miss Vernon." Kata Lucas lagi. "Kau bahkan berani memblokirku, mengganti nomormu, membakar dokumen itu, dan berpura-pura hidup bahagia tanpaku. Kau bermain-main dengan kesabaranku."

"Aku bukanlah milikmu."

"Belum." Jawab Lucas lagi.

Lucas melirik ke arah wanita yang ada di hadapannya sedang berdiri melepas lingrienya. Kini wanita itu berdiri telanjang menghadap Lucas. Lucas menyeringai.

"Sebentar lagi kau akan menikah, bukan? Akan sangat disayangkan aku tidak ada disana untuk melihatmu berbahagia." Lanjut Lucas. "Aku ingin memberimu hadiah."

*

Angela menggelengkan kepalanya, ia berdiri dengan tangan kirinya di pinggangnya layaknya orang marah, namun suaranya terdengar tenang.

"Tidak perlu. Aku tidak membutuhkannya." Jawab Angela lagi.

"Aku bertaruh kau akan menyukainya." Jawab Lucas dari seberang sana.

"Ti-"

Ting! Ting! Ting!

Ucapan Angela terputus saat ia mendengar suara notifikasi ponsel para pengasuh yang mendapatkan pesan secara bersamaan. Angela menoleh ke dalam ruangan. Para pengasuh itu serempak membuka ponselnya.

"Aarrghh ahh ahh!"

Angela mendengar desahan dari ponsel para pengasuh itu, ia mengenali suara desahan itu. Itu adalah suaranya sendiri.

"Astaga!" pekik semua pengasuh itu.

Mereka terkejut, ada yang langsung menghapus pesan itu, ada yang langsung melempar ponselnya dan bahkan ada juga yang langsung mematikan ponselnya dengan marik baterainya keluar.

Ting!

Angela juga mendapatkan pesan yang sama dari nomor yang tidak ia kenal. Ia membuka pesan itu. Itu adalah salah satu potongan video dirinya dan Lucas tempo hari, untungnya video itu tidak memperlihatkan dengan jelas siapa saja pemainnya.

Video berdurasi tiga puluh detik itu seketika menghilang bersamaan dengan ruang percakapannya di ponsel Angela. Ia menggertakan giginya, diremasnya ponselnya. Lucas mencoba mempermainkannya.

"Apa-apaan itu tadi?" tanya salah seorang pengasuh.

"Matikan hei!" perintah yang lain dengan mengambil ponsel pengasuh yang lain dan kemudian mematikannya.

"Eh? Pesannya langsung menghilang." Tambah yang lain.

"Ah iya, benar."

Ia tidak bisa menahannya, ia tidak boleh menunjukan amarahnya di hadapan orang lain. Angela memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Dengan cepat ia berjalan melewati koridor panjang di gedung utama meninggalkan para pengasuh yang lain.

Saat ia berjalan melewati para pengasuh yang sedang menjaga anak-anak di taman, telinga Angela mendengar suara rekaman desahannya kembali. Bahkan Angela mendengar rekaman itu lagi saat ia melewati petugas kebersihan yang sedang membuka pesan itu. Ia mempercepat langkah kakinya.

Dasar iblis, apa maksudnya yang sebenarnya? - pikir Angela.

Ia kemudian berjalan ke arah sayap timur gedung, kemudian ia berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Dalam pikirannya saat ini, Lucas yang telah menemukan nomor barunya pasti juga bisa menemukan nomor Noel dengan mudah.

Angela menutup pintu kamarnya, ia kemudian mengunci kamarnya dan segera menghubungi Noel.

Tuutt tuutt tuutt

Ia berdecak kesal, tunangannya itu tidak mengangkat teleponnya. Angela mencoba untuk menghubunginya lagi.

"Halo, Angela." Jawab Noel dari jauh sana.

"Noel." Angela menghela nafas lega. "Akhirnya kau mengangkatnya. Di mana kau saat ini?"

"Aku sedang berada di kampus."

"Apa kau sudah mengecek ponselmu hari ini?"

"Belum, ada apa?"

"Jangan buka pesan itu!"

"Hah? Memangnya ada apa?"

Angela mendadak menjadi panik, dadanya berdebar-debar, tangannya gemetaran, tenggorokannya terasa kering, ia mencoba untuk duduk di sofa sebelah ranjangnya. Tidak, jangan sampai Noel tahu pesan itu, jangan sampai Noel menyadari siapa pemilik suara itu. Bahaya!

"Kalau kau mendapatkan pesan dari nomor yang tidak kau kenal, jangan kau buka pesannya." Jawab Angela mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Ada apa memangnya?"

"Sudahlah jangan banyak bertanya! Jika pesan itu masuk ke ponselmu langsung hapus saja! Jangan kau buka!" bentak Angela.

Angela mendengar helaan nafas dari Noel di seberang sana.

"Angela, aku tidak mengerti apa yang terjadi padamu, yang jelas aku tidak menerima pesan yang aneh akhir-akhir ini." Jawab Noel dengan nada yang lembut. "Kau terdengar panik, apa kau baik-baik saja? Apa penyakitmu kambuh lagi?"

Angela menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku baik-baik saja." Ujarnya yang kemudian memutus teleponnya.

Tangannya masih gemetaran saat ia mencoba mencari nomor Lucas yang baru saja meneleponnya. Angela kembali menekan tombol 'Panggil'.

*

Disaat yang bersamaan, Lucas sedang melakukan kegiatan seksualnya bersama dengan seorang pelacur yang sengaja ia panggil. Saat ponselnya berbunyi, Lucas mengabaikannya dan terus menghentak tubuh pelacur itu.

Dalam pandangan Lucas saat ini, wajah pelacur itu berubah menjadi wajah Angela. Lucas semakin bergairah, ia mengerang keras.

"Tuan Scorgia, kau menjadi lebih bersemangat sekarang." Goda pelacur itu.

"Berhenti menggodaku." Perintah Lucas dingin dengan memasukan tangannya ke mulut si pelacur - yang kini dalam pandangan Lucas adalah Angela yang sedang mengisap jari-jarinya.

Aku akan membuatmu kembali padaku, Angela! Kau milikku! Kau milikku! - pikir Lucas.

*

Angela menutup sesi panggilannya dengan kesal. Ia kemudian memegangi kepalanya yang tidak sakit, tenggorokannya yang kering memaksanya mencari gelas yang selalu ada di meja sebelah ranjangnya. Sayangnya gelas itu kosong, Angela kemudian berjalan keluar dari kamarnya untuk mengambil air.

Pikirannya tidak menentu hingga Angela sering kehilangan fokusnya. Saat ia hendak berbelok menuju ke dapur, tidak sengaja Angela menabrak Stefani.

Stefani terkejut dan menjatuhkan kresek yang berisi obat-obatan yang ia baru saja ia beli. "Kau mengagetkanku, kak." Ujar Stefani kesal.

"Ah, maafkan aku, Stef. Aku sedang tidak fokus, biar kubantu." Ujar Angela dengan berjongkok mencoba mengambilkan kresek Stefani yang terjatuh.

"Tidak perlu, kak!" kata Stefani memegangi tangan Angela.

"Apa ini?" tanya Angela.

Stefani menelan ludahnya.

-Bersambung ke Chapter #10-