"Mama, mama maukan anggap Kak Sari sebagai anak juga? Aku saja sudah anggap dia sebagai kakak, masa papa dan mama nggak mau anggap dia sebagai anak."
Derai air bening dari kedua sudut mata Papa Galih juga Mama Kinanti kian deras menganak sungai di pipi mereka masing-masing.
"Ayu sini, Nak." Ayu sontak menoleh ke arah Papa Galih saat mendengar seruan dari pria paru baya tersebut.
Ayu tampak ragu tapi akhirnya dia melangkahkan juga kakinya mendekati sang papa.
Papa Galih mendekap sang putri bungsu begitu erat seperti kalau ini adalah salam perpisahan mereka saja. "Pa, Kak Sari." Ayu terus meracau dalam dekap Papa Galih. Dan pria yang telah membesarkan Ayu dengan segenap cinta dan kasih itu hanya bisa mendaratkan kecupan demi kecupan dia labuhkan di pusaran rambut seorang Suci Indah Ayu. Wanita yang telah dia nobatkan sebagai cinta terakhirnya.
"Iya sayang, iya," jawab Papa Galih dengan nada bergetar.