Chereads / call me adora / Chapter 6 - chapter 6: bangun

Chapter 6 - chapter 6: bangun

Sean terbangun dari tidurnya saat merasa ada sesuatu yang menyentuh kepalanya. Dengan mata tertutup, pria itu mencoba menyingkirkan benda kecil yang dengan berani bermain-main di atas kepalanya.

Duda tampan itu tertegun saat ia berhasil menyentuh benda yang sejak tadi bergerak di atas kepalanya. Benda tersebut memiliki tekstur lembut dan juga hangat. Memiliki ruas-ruas seperti ... Jari ... Manusia?

Sean sontak membuka mata dan mengangkat kepalanya. Alangkah terkejutnya pria tampan itu saat tahu bahwa benda yang telah mengusik tidurnya adalah tangan Ken. Putranya sendiri.

"Daddy? Kenapa kau tidur di sini?"tanya Ken.

Sean tiba-tiba berdiri. Ia menatap lekat-lekat putranya yang juga menatapnya balik. Pria itu lalu menangkup wajah mungil Ken dengan tangan lebarnya. "K--kau sudah bangun, Ken?"

Ken menganggukkan kepalanya. "Aku tidur cukup nyenyak tadi malam. Sekarang aku sudah merasa lebih baik."

Sean benar-benar terkejut. Pria itu memperhatikan Ken dari ujung kepala hingga kaki. Putranya itu tampak begitu sehat. Wajahnya tampak berseri. Tidak seperti wajah orang sakit pada umumnya.

Bahkan, Ken tidak lagi menggunakan ventilator untuk membantunya bernapas. Bocah itu tampak segar bugar. Benar-benar tidak seperti seorang anak laki-laki yang menderita penyakit langka nan mematikan.

"Daniel!!"teriak Sean. Daniel yang mendengar namanya dipanggil oleh bosnya itupun bergegas menemui Sean.

"Ya, Pak. Ada ap-- ..." Ucapan Daniel terpotong saat pria itu melihat sosok Ken yang tengah tersenyum menatapnya.

"Paman Daniel!!"teriak Ken girang. Sedangkan Daniel menatapnya tidak percaya.

"Ken? Apa ini kau? Kau sudah sehat?"tanya Daniel kebingungan. Ken hanya menatap pria itu dengan senyum polosnya. Senyum manis yang sudah lama tidak ia lihat.

"Daniel, segera panggil dokter Richard kemari!"perintah Sean yang langsung dituruti oleh Daniel. Tak lama kemudian, Daniel kembali bersama dokter paruh baya itu.

Sama seperti Daniel tadi, Dr.Richard juga merasa begitu terkejut dengan apa yang ia lihat. Anak laki-laki yang tadi malam masih terbaring lemah kini tengah menatapnya. Pria paruh baya itu bahkan mengerjapkan matanya berulang kali hanya untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat tidaklah salah.

Dr.Richard segera mendekati ke arah Ken. Pria paruh baya itu kemudian memeriksa keadaan bocah laki-laki tersebut. Sementara Sean dan Daniel memperhatikannya dalam diam.

Dr.Richard menghentikan kegiatannya. Ia menatap takjub sekaligus tak percaya pada Ken yang balik menatapnya polos.

"Bagaimana? Bagaimana keadaannya?"tanya Sean tidak sabar.

"Ini sulit dipercaya. Aku sangat yakin tak ada tanda-tanda ia akan sembuh dalam waktu dekat. Bahkan baru semalam putra anda mengalami masa kritisnya. Ini benar-benar sebuah keajaiban. 28 tahun aku menjadi dokter, baru kali ini aku menemukan kasus seperti ini. Putra anda telah sembuh total, tuan Jacob. Ia bahkan seperti tidak pernah menderita penyakit apapun sebelumnya."ucapnya.

Pernyataan yang dibuat oleh Dr.Richard tampaknya mengejutkan seisi ruangan kecuali Ken. Bocah laki-laki itu sepertinya tidak mengerti situasi yang tengah terjadi.

"Apa kau mengatakan yang sebenarnya, dokter?"tanya Sean.

Dr. Richard menganggukkan kepalanya. "Aku juga masih tidak mempercayai hal ini. Ini terkesan mustahil. Bagaimana bisa penyakit yang telah ia derita selama bertahun-tahun sembuh dalam waktu satu malam."

Sean tertegun. Pria itu jadi teringat dengan apa yang pernah Adora katakan kepadanya. "Ini adalah ramuan obat yang dapat menyembuhkan putramu. Satu tegukan dapat membuat penyakit yang ia derita sembuh dalam waktu satu malam. Putramu akan terbangun keesokan paginya seolah tidak pernah mengidap penyakit apapun."

Dan itu berarti, kesembuhan Ken ada kaitannya dengan obat yang diberikan oleh Adora. Sean menatap sendu pada Ken yang sedang diperiksa kembali oleh Dr. Richard.

"Sudah saatnya menghitung mundur."ucap Sean nyaris tanpa suara.

***

Blake menatap penuh tanya pada benda-benda yang ada di hadapannya. Pagi-pagi sekali Adora menyuruh pria itu membawakannya sebuket bunga mawar dan sekeranjang buah segar. Entah apa tujuannya Blake masih mempertanyakannya.

Ternyata kebingungan Blake tidak sampai disitu saja. Pria itu semakin dibuat bingung dengan sosok Adora yang telah berpenampilan rapi pada jam-jam yang biasanya wanita itu masih terlelap. Aneh sekali.Tidak tahan dengan kebingungannya, Blake pun memutuskan untuk bertanya.

"Kenapa rapi sekali? Ini masih pagi. Kau hendak kemana?"

Adora yang tadinya tengah bercermin menolehkan kepalanya menghadap Blake. Wanita itu kemudian tersenyum. "Anak dari pelanggan kita baru saja sembuh. Bukankah kita harus menemuinya dan mengucapkan selamat?"

Blake mengerutkan dahinya. "Pelanggan? Siapa? Siapa yang baru saja sembuh?"

"Kenan Marvin Jacob! Putra dari pelanggan kita yang bernama Sean Marvin Jacob. Ia baru saja sembuh setelah nyaris meninggal."

"Sean? Pria tampan yang berkunjung kemari beberapa hari lalu? Aku pikir dia tidak jadi membeli ramuan itu."ucap Blake.

Adora menyeringai. Wanita itu meraih sebuket bunga mawar bewarna hitam yang dibawakan Blake untuknya lalu menghirup aroma bunga tersebut.

"Orang-orang cepat berubah, my kitty."