"Mobilku sudah siap?"tanya Sean kepada petugas parkir yang bekerja di kantornya. Pria paruh baya yang berprofesi sebagai petugas parkir itupun menganggukkan kepalanya. Ia lalu memberikan Sean kunci mobil mewah milik bosnya itu.
"Sudah, tuan. Aku sudah memarkirkannya di depan pintu masuk."
Sean menganggukkan kepalanya. Pria itu merogoh saku jasnya lalu memberikan pria paruh baya itu beberapa lembar uang sebagai tanda terima kasih Sean untuk pria itu.
Pria paruh baya itu tersenyum senang. Matanya menatap berbinar uang imbalan yang telah berpindah ke tangannya. "Terimakasih, Tn. Jacob."
Sean tidak membalas lagi. Pria itu melangkahkan kakinya mendekati sebuah mobil mewah yang terparkir dengan begitu elegant di depan pintu masuk kantor miliknya. Ia membuka pintu mobil tersebut lalu duduk di bangku kemudi.
Namun, baru saja Sean mendaratkan pantatnya di kursi kemudi, ia sudah dikejutkan dengan sosok wanita yang duduk di sebelahnya. Menatap Sean seolah tidak terjadi apapun.
Sean memelototkan matanya. "Kau!? Apa yang kau lakukan di sini?"tanya pria itu.
"Aku baru saja selesai berbelanja dengan Blake. Kami kesulitan menemukan kendaraan yang akan mengantar kami pulang. Kebetulan aku melihatmu. Jadi, sekalian saja aku menumpang denganmu."
Sean menatap Adora kesal. Pria itu menoleh ke arah kursi penumpang di belakangnya. Di sana ia menemukan Blake yang tengah menatapnya tanpa ekspresi. Ada tumpukan tas belanjaan yang terletak begitu saja di sebelah pria itu.
Sean berdecak. Pria itu buru-buru keluar dari mobilnya. Lalu, dengan kesal kembali menghampiri petugas parkir tadi.
"Hey! Kenapa kau memasukkan sembarangan orang ke dalam mobilku?"tanya Sean.
Pria paruh baya itu tampak kebingungan. Ia bergantian menatap Sean dan mobil pria itu. Seolah mencerna situasi apa yang sedang terjadi. "Aku tidak mengerti, tuan."
"Kau mengijinkan seseorang menaiki mobilku? Berani sekali kau!"bentak Sean.
Pria paruh baya itu masih sedikit kebingungan. Namun, tampaknya ia mulai memahamk situasi yang terjadi. "T--t-tapi, tuan. Aku bersumpah, hanya aku sendiri yang memarkirkan mobilmu di depan sana. Dan setelah itu, aku juga menunggumu di sini sambil memastikan tidak ada orang asing yang masuk ke dalam mobilmu."
Sean terdiam. Pria itu masih tampak kesal. Ia menatap nyalang petugas parkir di hadapannya itu. Seolah masih tidak terima dengan penjelasan yang pria itu berikan.
Di saat yang bersamaan, Adora keluar dari mobil Sean lalu menghampiri pria itu. Sementara Blake? Pria itu masih duduk manis di dalam mobil.
"Kau lupa cara kerjanya, Tn. Jacob. Hanya kau yang bisa melihatku di sini."bisik wanita itu tepat di telinga Sean.
Sean seketika terdiam. Pria itu menatap tajam Adora yang saat ini tengah berdiri di sampingnya. Mulut Sean sudah siap untuk memberikan beragam umpatan kepada Adora.
Namun, ia seketika sadar bahwa seperti yang dikatakan wanita itu tadi, hanya dia sendiri yang bisa melihat Adora saat wanita itu dalam wujud astralnya. Karena itu, Sean mengurungkan niatnya dan memilih untuk diam. Selain itu, ia juga tidak ingin dianggap gila karena telah berbicara sendiri.
Sean kembali menatap petugas parkir yang tertunduk ketakutan di hadapannya. Seketika, Sean merasa bersalah dengan pria yang berusia lebih tua dari dirinya itu.
"Maafkan aku, Pak. Maaf telah membentakmu tadi."ucap Sean tulus.
Pria itu mengangkat kepalanya. Samar-samar ia mulai tersenyum walau rasa takut masih belum hilang darinya.
"Tidak apa-apa, tuan. Maafkan saya jika pekerjaan saya kurang maksimal."
Sean menggelengkan kepalanya. Ia menepuk pelan bahu pria paruh baya itu. "Tidak, pak. Ada sedikit kesalahpahaman tadi. Dan itu bukan karena dirimu. Jadi, kumohon maafkan aku."
Setelah menyelesaikan kesalah pahaman yang disebabkan oleh Adora, akhirnya Sean memilih untuk memasuki mobilnya kembali. Pria itu juga diam saja dengan kehadiran dua penyusup di dalam kendaraan mewahnya itu. Ya, walaupun rasa kesalnya masih belum hilang.
Suasana di dalam mobil penuh dengan keheningan. Setiap orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Entah itu Sean yang fokus menyetir mobil mewahnya, Adora yang asyik mematut dirinya di depan sebuah cermin kecil yang ia bawa, atau Blake yang anehnya diam saja tidak melakukan apapun. Kecuali bernapas.
"Kau masih ingat di mana tempat tinggalku, bukan?"tanya Adora yang terlihat masih sibuk dengan cerminnya.
Sean melirik wanita itu dari sudut matanya sekilas, kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya. "Entahlah, apa di neraka?"
Adora terdiam. Ia menatap Sean tidak percaya. "Bagaimana kau bisa tahu? Ah, itu adalah kampung halamanku. Kau tidak perlu mengantarkanku sampai kesana. Kecuali, jika kau ingin membayar hutangmu sekarang. Kita bisa berangkat kesana bersama nanti."
Dallas memutar bola matanya. Pria itu berdecak malas. Wanita yang duduk di sebelahnya itu benar-benar sulit untuk di tebak. Ia punya banyak keanehan yang entah Sean harus kagumi atau tidak.
"Setelah ini, kau bisa belok ke kiri. Lalu, lurus sedikit di sebelah kiri."ucap Adora yang mencoba memberitahu Sean arah jalan ke rumahnya.
"Aku sudah tahu. Jadi, diamlah."ketus Sean yang membuat Adora senyum-senyum sendiri.
"Manis sekali. Ternyata kau sudah menghapal jalan kerumahku."goda Adora.
"Aku tidak menghapalnya. Rumahmu kebetulan berada tidak jauh dari kantorku. Aku sering melewatinya. Lagi pula, aku juga harus menghapalnya, bukan? Agar sewaktu-waktu aku bisa mengirim petugas kepolisian ke rumahmu jima obat yang kau berikan untuk Ken itu ternyata salah."jelas Sean dengan nada bicara yang pedas.
Adora hanya tersenyum menatap pria itu. Menatapnya cukup lama hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan rumahnya.
Sean menatap Adora datar lalu menunjuk ke arah luar menggunakan dagunya. "Keluarlah. Kita sudah sampai."ucapnya.
Blake langsung keluar dengan membawa seluruh barang belanjaan Adora. Sementara wanita itu masih diam di posisinya.
"Kau tidak ingin mampir? Aku bisa membuatkanmu teh hangat atau semacamnya."tawar Adora.
"Maaf aku tidak tertarik."jawab Sean datar. Pria itu mengalihkan pandangannya dari Adora.
Adora masih bertahan dengan senyumannya. Tangan wanita itu tergerak melepas seatbelt yang sebelumnya ia kenakan. Ia kembali menatap Sean sejenak.
"Kau sudah hapal alamat rumahku. Lain kali, kau bisa mampir sebentar. Aku siap menerimamu kapanpun."ucap Adora yang kemudian keluar dari dalam mobil tanpa menunggu jawaban dari Sean.
Sementara Sean diam saja. Pria itu tidak memberikan reaksi apapun terhadap ucapan Adora. Setelah memastikan Adora benar-benar keluar dari mobil, ia segera melaju dan menghilang dari pandangan Adora.