"Ada apa dengan air itu, Nak?" tanya Bu Kartika dengan ekspresi heran namun juga begitu penasaran.
Pasalnya, saat ini Safira masih diam dengan raut wajah yang begitu syok. Pucat pasi, keringat mengucur tiada henti. Tentu saja hal itu membuat Bu Kartika dan Pak Usman tampak tegang dan cemas. Mereka takut terjadi apa-apa pada putri mereka itu.
Safira menghela napas, memejamkan mata. Seketika bayangan dalam mimpinya kembali terlintas. Siapa pria di dalam mimpi itu? Mengapa ia tak dapat melihat wajah si pria yang begitu bersinar? Dan, kenapa mimpinya begitu terasa seperti nyata?
"Istighfar dulu, Nak. Coba tenang dan jangan tegang seperti ini," ucap Pak Usman dengan lembut.
Safira membuang napasnya pelan. Kemudian ia membuka matanya dan mengangguk kecil.
"Astaghfirullahaladzim!" gumam wanita cantik itu dengan suara yang lirih.
Bu Kartika mengusap punggung putrinya. Kini, tubuh gadis cantik itu sudah tak gemetaran lagi.