"Fir! Maaf gue langsung masuk," ucap Indah yang baru saja masuk ke dalam rumah sederhana milik kedua orang tua Safira.
Safira yang sedang membawa cangkir kotor bekas kopi yang Ardi minum tadi tampak menoleh, "Hei, Ndah. Loe ke sini juga rupanya. Gue kira loe sudah lupa sama sahabat sendiri," sindirnya yang kemudian menyelesaikan kegiatannya tadi.
Indah terkekeh, "Maunya sih gue lupa. Tapi, sulit ternyata untuk jadi amnesia. Hahaha," kekehnya sambil tertawa-tawa lepas.
Safira ikut tertawa. Ia pun duduk di samping sahabatnya itu. "Sialan, loe! Bahkan sampai gue mati, loe gak bakalan bisa lupain gue, Ndah," ujarnya sambil menepuk lengan sahabatnya itu.
"Ya ya ya, gue tahu." Indah melepaskan tas kantornya lalu mulai duduk santai tanpa beban. "Oh ya, gue papasan sama Mas Ardi tadi. Mau ke mana dia? Kok kayaknya buru-buru banget," lanjutnya yang ini menanyakan Ardi.
"Ya, memang sedang buru-buru. Mau nemuin Sambas," jawab Safira.