Ammara menatap iba pada Safira. Ia pun mengusap lembut punggung temannya itu. "Kamu pasti merindukannya. Ini mungkin sangat sulit untukmu, Fira. Aku sangat mengerti pada perasaanmu. Walaupun dia telah menyakitimu, tapi rasa sayangmu tidak akan hilang dan membuatmu sulit membencinya."
Safira mengangguk lemah. "Aku bahkan sudah memaafkan apa yang dia lakukan padaku. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Sungguh, ketenangan dalam hati sudah aku rasakan dengan ikhlasnya aku pada perbuatan Indah padaku."
"Semoga secepatnya Indah diberi hidayah oleh Allah. Aku khawatir dia akan terus-menerus merasa bersalah dan minder untuk minta maaf padamu." Ardi menimpali.
Safira mengangguk. Sedikit ganjal, biasanya Ardi memanggilnya begitu baku dan kaku. Ah, sungguh serba salah. Awal memanggilnya baku, ia merasa ganjal. Kini, Ardi memanggilnya santai, tetap saja mengganjal. Dasar manusia!
"Aamiin Yaa Rabb." Safira bergumam pelan.
"Assalamu'alaikum," sapa Aisyah dengan sopan.