Safira mendongakkan wajahnya dan menatap datar pada suaminya. "Kenapa, suamiku?"
"Neng, jangan pernah sesekali Neng memuji seorang wanita di hadapan Aa. Jangan pernah sesekali Neng menjabarkan apa saja yang dimiliki oleh wanita itu. Dengar, hal itu akan menjadi dosa jika Aa sampai membayangkan apa yang Neng katakan. Jadi, jangan ulangi lagi ya. Aa mohon pada Neng. Mohon untuk saling menjaga," ujar Ustadz Uwais dengan suara yang lembut namun tegas.
Safira menurunkan wajahnya dan melipat bibirnya ke dalam. Tentu saja ia sudah tahu akan hal itu. Namun, ia khilaf dan keceplosan.
"Maaf, suamiku. Neng benar-benar khilaf." Safira berkata dengan suara yang lirih.
Ustadz Uwais mengangguk paham dan memaklumi. "Ya, tidak apa-apa, Neng. Tapi, Aa harap jangan ulangi lagi, ya. Lagi pula, untuk apa Neng bicara seperti itu pada Aa." Ia kini membelai hangat surai hitam milik istri cantiknya itu.