"Iya, Umi. Ada yang bisa Fira bantu?" tanya Safira dengan sopan dan hangat.
Sapu lidi di luar ia biarkan begitu saja. Sampah yang sudah terkumpul pun tak ia pedulikan jika seandainya diterpa angin dan kembali berhamburan. Yang penting ia memenuhi panggilan sang Umi agar tidak membuat Umi marah padanya. Karena, memang adabnya seperti itu. Apapun yang sedang kita lakukan, selagi itu tidak genting, maka baiknya ditunda dulu jika tiba-tiba guru memanggil dan minta bantuan.
"Ini, Neng. Umi minta tolong cucikan baju yang ini, ya. Kemarin lupa gak Umi taruh di tempat cucian. Sepertinya Hana sudah mencuci sedari tadi. Jadi, Neng Fira saja yang mencucinya, ya. Bisa, 'kan?" ucap Umi Jannah meminta bantuan.
Sejujurnya, Umi Jannah hanya mengetes kesabaran dan keikhlasan calon menantunya itu. Ia ingin tahu sesabar dan seikhlas apa Safira. Jika sudah terlihat ikhlas dan sabarnya, maka ia tidak akan ragu dan terus ngetes ini itu lagi pada gadis cantik yang dicintai oleh putranya itu.