"Maafkan aku!" ucap Indah dengan suara yang bergetar.
Hal itu sontak membuat Ardi menghentikan langkahnya dan berdiri tanpa menoleh. Seketika saja jantungnya bergemuruh dan rasanya begitu sakit di ulu hatinya.
"Aku ... aku—" Indah belum selesai bicara, dengan cepat Ardi menoleh dan menyelanya.
"Kau yang melakukannya, bukan?!" tanya Ardi penuh selidik dan desakan.
Indah mengangguk dengan air mata yang sudah mengalir. Entah air mata rasa bersalah, penyesalan dan kasihan pada Safira. Atau air mata ketakutan dan kepanikan? Ardi tidak tahu persis. Yang penting saat ini wanita itu sepertinya sudah mulai menyadari apa yang telah ia lakukan dan menyadari bahwa semua yang Ardi ucapkan tadi memang untuknya.
"Maafkan aku." Indah berkata lirih. Ia bahkan tak berani mengangkat wajahnya.